Catatan 64

1496 Words
Setelah mengenal sosok Foxy, aku harus terus bolak balik antara Kota Nelayan dan Kota Industri. Aku mulai suka dengan sosok Foxy, wanita itu seakan menjadi angin segar dalam dunia mafia yang kejam dan gelap. Cara ia memperlakukan anak-anak yang tinggal di Chain Orphanage, cara ia mengurus bawahannya, dan juga cara ia bersikap benar-benar menunjukkan jika Foxy berada di tingkat lain dari para mafia. Tidak ada sesuatu yang spesifik yang dapat aku ceritakan di sini selama dua bulan terakhir. Aku masih bekerja seperti biasa dengan Hook dan aku sengaja menambah pekerjaanku sendiri dengan ikut merawat anak-anak jalanan yang diselamatkan oleh Foxy. Ya, aku dapat menggunakan bahasa “diselamatkan” karena memang itulah yang terjadi. Bukan hanya dari Hook, Foxy juga mengambil anak-anak untuk diserahkan kepada orang tua asuh dari tempat-tempat lain yang memiliki pekerjaan sejenis dengan Hook. Pekerjaan tambahan yang aku lakukan membuatku harus sering bepergian ke Kota Utara. Sebenarnya bukan hal yang mengejutkan mendengar informasi jika banyak organisasi serupa dengan Hook, tapi aku cukup terkejut ketika mendengar jika Chain Orphanage berada di puncak dari organisasi-organisasi tersebut. Bertemu dengan Foxy juga membuat pikiranku menjadi bingung. Bingung harus berbuat apa karena tujuanku masuk ke dalam Hook adalah untuk mengungkap modus operasi sindikat mereka, mengumpulkan barang bukti, kemudian menangkap mereka. Namun ketika masuk lebih jauh ke dalam organisasi mereka, aku menemukan sebuah cahaya harapan untuk membuat sindikat ini menjadi lebih baik. Mungkin aku akan terdengar naif berbicara seperti ini, namun inilah yang aku rasakan. Menemukan secercah cahaya dari seseorang seperti Foxy, membuatku berpikir jika aku dapat mengubah ekosistem para mafia ini menjadi sedikit lebih baik. Aku membayangkan, mengubah Hook dan organisasi-organisasi lain, dari mereka yang mengambil anak-anak dari orang tuanya, menjadi mengambil anak-anak jalanan yang tidak diurus oleh orang tua mereka. Aku rasa hal itu akan menjadi lebih baik, organisasi-organisasi itu nanti akan menjadi mirip dengan Arena yang berada di bawah pengawasan Bianka. Bahkan mungkin suatu saat aku akan dapat menjadikan Hook dan organisasi lainnya menjadi rekan dan informan pribadiku setelah meninggalnya Sheera. Hari ini adalah hari di mana aku harus membantu Foxy untuk mengantar dua anak yang pernah aku serahkan padanya kepada calon orang tua asuh mereka. Perasaanku sedang bagus hari ini, aku yakin semua akan berjalan dengan baik. Semalam aku sengaja menginap di rumah sederhana milik Foxy agar keesokan harinya tidak berangkat dengan terburu-buru. Pagi ini setelah sarapan, Foxy mengajakku menuju ke Chain Orphanage. Ia memintaku membawa mobil yang dipinjamkan oleh Zayn padaku menuju ke sana. Jalan yang harus dilalui ketika menggunakan mobil, tiga kali lebih jauh jika dibandingkan ketika berjalan kaki, karena mobil tidak dapat menembus hutan kopi sehingga harus mengambil jalan memutar. Seperti biasa, anak-anak di Chain Orphanage menyambutku dengan gembira ketika aku datang. May adalah orang yang paling bersemangat di antara mereka. Ia merasa sebagai ratu di antara anak-anak lain ketika di depanku. May merasa, ia adalah orang yang pertama kali berkenalan denganku ketika aku baru tiba di tempat ini, sehingga May berpikir jika orang lain ingin mengenalku lebih dekat, mereka harus melewatinya terlebih dahulu. Ia seakan menjadi penjagaku selama aku berada di Chain Orphanage. “Madame, apakah Madame akan mengantarkan dua kakak yang baru datang itu ke orang tua baru?” tanya May dengan nada polosnya di atas gendonganku. “Kau benar, bidadari kecil. Dua orang kakak itu akan bertemu dengan keluarga baru mereka,” jawabku. “Aku ingin mendapat orang tua baru, Madame. Kapan aku mendapat orang tua baru?” tanya May dengan wajah lesu. Sesekali May menggoyang-goyangkan badannya perlahan. Ada rasa kecewa yang ia rasakan, terlihat dari raut wajahnya yang ia tekuk ke bawah. Aku bingung bagaimana cara menjawab pertanyaan dari gadis kecil yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi ini. Aku hanya melirik ke atas sambil bergumam, berusaha agar wajahku tetap tampak menyenangkan untuk dilihat oleh May. “Kau akan segera memiliki keluarga baru, May. tenanglah,” sahut Foxy di sampingku sambil mengacak-acak rambut gadis kecil ini. May hanya terkekeh menerima perlakuan dari Foxy. Ia benar-benar menikmati berada di tempat ini. “Madame, Nyonya!” suara seorang pria yang muncul dari ruang belakang berhasil mengalihkan perhatianku dari tingkah lucu May. Pria itu muncul dari pintu yang menghubungkan ruang tengah dan ruang belakang. Di belakang pria itu, dua remaja yang dahulu terlihat tidak memiliki semangat hidup, kini berjalan dengan percaya diri dengan penampilan yang rapi dan badan yang terlihat lebih berisi. Tatapan mata kedua anak itu tampak berbeda dari terakhir kali aku bertemu dengan mereka. Sekarang, kedua anak itu tampak bersemangat, semangat hidup yang dulu hilang kini kembali menyala. “Selamat pagi, Madame, Nyonya,” sapa kedua anak itu bersamaan. “Kalian sudah siap bertemu keluarga baru?” sahut Foxy sambil berkacak pinggang. Kedua anak itu tersenyum dengan semangat, lalu mereka berjalan mengikutiku menuju ke mobil. Foxy juga ikut mengantar kedua anak itu karena hanya Foxy yang mengetahui tempat pertemuan dengan klien yang ingin mengadopsi kedua anak ini. Di dalam mobil aku berpikir, selama dua bulan aku berulang kali datang ke Chain Orphanage, tidak pernah sekalipun aku melihat dua anak ini meski aku sudah menelusuri semua ruangan yang ada di tempat itu. Ada keanehan yang aku tangkap dari tempat itu. Mungkinkah Foxy memiliki sebuah tempat rahasia yang tidak aku ketahui? Saat mengantar kedua anak itu dua bulan lalu, aku melihat jelas jika mereka dibawa pergi oleh orang yang tadi pagi mengantar mereka berdua ke hadapanku. May pun bersikap seakan mengenal mereka berdua dengan baik. Namun selama dua bulan berada di sana, aku sama sekali tidak melihat mereka di manapun. Dalam perjalanan aku hanya diam, bingung dengan pikiranku sendiri. Apakah aku harus menanyakan hal ini kepada Foxy? Jika iya, apa yang akan Foxy pikirkan terhadapku. Jika aku tidak menanyakannya, bagaimana aku dapat terus percaya kepada Foxy? “Hei, kenapa kau diam, Madame?” tanya Foxy yang duduk di sebelahku. “Ah, tidak. Aku tidak apa-apa,” sahutku datar. “Sudahlah, jika kau memiliki sesuatu yang mengganjal di pikiranmu, lebih baik keluarkan saja. Tidak baik terus menerus menyimpannya di dalam kepala.” Jawaban Foxy membuatku semakin bingung. Aku tidak ingin menyakiti perasaan wanita yang sudah berbuat baik kepada banyak orang ini, namun aku juga tidak ingin terus diam dalam rasa penasaran. Baiklah, ini adalah pertaruhan untukku. Anggap saja jika kali ini aku gagal, maka aku akan kembali ke The Barista dan merencanakan penyergapan terhadap Hook. “Aku memang merasa penasaran terhadap sesuatu dan ingin menanyakan hal ini kepadamu. Tapi aku takut kau tersinggung dengan pertanyaanku.” Akhirnya kalimat pembuka itu keluar dari mulutku. “Katakanlah, Madame. Aku bukan orang yang mudah tersinggung. Kau berhak bertanya tentang apapun padaku selama aku dapat menjawabnya.” Foxy sangat santai menjawab pertanyaanku, seakan tidak ada yang disembunyikan sama sekali dariku. “Bagaimana aku menanyakan hal ini padamu, Nyonya?” Aku memang ragu untuk bertanya. Bahkan mulutku masih terasa berat untuk mengeluarkan kalimat inti dari pertanyaanku. “Katakan saja.” Foxy melihatku dengan senyum hangat yang terukir di wajahnya. Tatapan Foxy membuatku merasa serba salah. Aku ragu dan takut akan kehilangan satu-satunya orang yang dapat membuatku nyaman setelah Sheera tiada. Namun aku harus tetap bertanya kepadanya. Beberapa saat yang lalu, aku sudah bertekad untuk mempertaruhkan semuanya di sini. Aku harus membunuh keraguan yang menghinggapi pikiranku. “Nyonya, maafkan aku sebelumnya. Tapi rasa penasaran ini benar-benar menghinggapi pikiranku. Sejak pertama aku mengantar dua anak ini. Selama dua bulan aku rajin mendatangi Chain Orphanage, aku sama sekali tidak pernah melihat mereka berdua,” yang aku maksud adalah dua anak yang duduk di belakang. Dua anak di belakang tampak ceria. Mereka saling bercanda dan bercerita satu sama lain, tanpa terganggu obrolan dua wanita yang duduk di kursi depan. “Oh, jadi itu yang mengganjal pikiranmu sejak tadi?” Foxy terkekeh perlahan. “Benar, maafkan aku, Nyonya,” jawabku lesu. “Tidak apa-apa, Madame. Aku memaklumi rasa ingin tahumu. Jika aku tidak menjawabnya, mungkin kau akan kembali ragu padaku.” Aku hanya diam mendengar jawaban dari Foxy. “Kau pasti sudah tahu bukan? Aku harus mempersiapkan mereka untuk bertemu dengan orang tua barunya dalam jangka waktu dua bulan. Dalam masa itu, aku memasukkan mereka ke dalam ruang rehabilitasi khusus yang ada di rumah yang berbeda dari Chain Orphanage.” Foxy menjelaskan secara gamblang tidak terlihat jika ia berusaha menutupi sesuatu dariku. “Lalu bagaimana dengan May? Kenapa gadis itu bersikap seakan mengenal dua orang ini?” Aku bertekad untuk mengeluarkan semua rasa penasaranku pada Foxy. “Hahaha… kau bahkan memikirkan hal itu, Madame?” Foxy tertawa geli. “ May adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ia sering ikut denganku ke rumah rehabilitasi sehingga wajar untuknya mengetahui banyak hal di luar Chain Orphanage.” Jawaban yang diberikan oleh Foxy terdengar masuk akal. Aku akan membuktikan semua ucapannya setelah menyelesaikan semua urusanku bersama dengan dua anak yang akan bertemu orang tua asuh mereka. Foxy, wanita ini masih menyimpan banyak sekali tanda tanya. Satu sisi, sikap yang ia tunjukkan padaku dapat membuatku terlena dalam sekejap. Tapi sisi lain, wanita itu tampak ingin selalu membangkitkan kewaspadaanku dan secara tersirat tidak ingin aku mengendorkan pertahanan terhadapnya. Foxy, sebenarnya apa yang benar-benar ia inginkan dariku?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD