Catatan 65

1662 Words
Dua orang remaja yang telah dirawat dengan baik oleh Chain Orphanage telah diantarkan kepada orang tua asuh mereka dengan imbalan yang cukup fantastis. Nominal transaksi yang dilakukan oleh Foxy jauh lebih besar dibandingkan dengan angka yang ada pada transaksi yang dilakukan oleh Hook. Kurang lebih sekitar sepuluh kali lipat. Hal itu membuatku tercengang menyaksikan transaksi itu secara langsung. Foxy berkata padaku jika biasanya para bawahannya di Chain Orphanage yang menangani transaksi, namun kali ini Foxy sendiri yang pergi melakukannya karena ingin mengenalkan dunia Chain padaku. Chain, adalah istilah yang digunakan oleh Foxy untuk menyingkat kata Chain Orphanage. Karena menurut keterangan dari Foxy, organisasinya tidak hanya mengurus anak-anak terlantar dari berbagai organisasi penculik jalanan, namun juga melakukan rehabilitasi terhadap mereka. Jika disebutkan satu persatu, maka Chain dibagi menjadi beberapa cabang. Di antaranya, Chain Orphanage, Chain Rehabilitation House, dan juga Chain Broker. Chain Broker sendiri terletak di rumah sederhana yang aku gunakan untuk menginap, merupakan tempat utama untuk melakukan transaksi antara Foxy dan klien yang membutuhkan jasa darinya. Sepulang dari mengantar kedua remaja itu ke orang tua asuh mereka, Foxy mengajakku ke cabang Chain yang belum pernah aku datangi, yaitu Chain Rehabilitation House. Menurut Foxy, tempat ini adalah tempat yang paling mengerikan di antara tempat yang lain. Di tempat inilah, pemandangan dari sisi lain Chain terlihat jelas. Pemandangan yang tidak pernah ditunjukkan ke orang lain karena terlalu mengerikan. Ketika di perjalanan menuju ke sana, Foxy berkata jika Chain Rehabilitation House adalah tempat yang sangat menakutkan di mana banyak anak mengalami siksaan psikis karena Foxy berusaha menyembuhkan mereka dari apa yang mereka alami di luar sebelum masuk ke Chain Orphanage. “Selamat datang di neraka, Madame,” ucap Foxy ketika sampai di sebuah rumah yang lagi-lagi berwarna serba putih yang terletak di sudut lain kebun kopi miliknya. “Sebenarnya seluas apa kebun kopi milikmu, Nyonya?” tanyaku ketika turun dari mobil dan berjalan menuju rumah yang tidak memiliki gerbang di depannya itu sambil melihat ke sekeliling, mengagumi betapa luas kebun kopi milik Foxy ini. “Berapa ya? Aku rasa sekitar sepuluh hektar, tidak terlalu luas, hahaha.” Aku melirik kesal pada Foxy yang tampak merendah untuk meroket ini. Sikap yang ia tunjukkan bukan tanpa sebab. Seperti yang Foxy katakan sebelumnya, harga tanah di tempat ini cukup mahal meski berada di tempat terpencil. Mendapat lahan seluas sepuluh hektar pasti membutuhkan dana yang tidak sedikit. Aku dan Foxy melangkah masuk ke dalam rumah yang disebut dengan pusat rehabilitasi milik Chain ini. Saat pintu utama dibuka, aroma obat-obatan sudah tercium pekat. Aroma dari bermacam-macam obat yang berbaur menjadi satu di udara, membuatku seketika merasa mual saat menciumnya. Aku menutup hidungku untuk mengurangi rangsangan bau yang masuk ke otakku. “Kau belum terbiasa dengan aroma-aroma ini, Madame? Padahal kau pernah masuk ke lokasi rahasia milik Hook yang memiliki aroma yang jauh lebih mengerikan dari tempat ini.” Aku mengernyitkan dahi mendengar ucapan Foxy. Rupanya wanita ini juga mengetahui segala hal tentang Hook. “Tidak perlu terkejut seperti itu, sejak awal aku memang mengetahui seluk beluk tentang Hook,” sahut Foxy setelah melirik ke arahku. Wanita ini sangat peka terhadap orang lain rupanya. Tanpa aku menjawab pun, ia sudah mengetahui apa yang aku pikirkan. Tapi memang benar jika tempat ini benar-benar tampak mengerikan. Ketika masuk lebih jauh ke dalam tempat rehabilitasi ini, aku melihat banyak pemandangan tidak lazim di tempat ini. Anak-anak kurus yang harus dipaksa untuk makan, anak-anak kurang gizi yang harus terbaring dengan banyak peralatan medis terpasang padanya, dan juga terdapat ruangan yang berisi anak-anak liar yang berusaha “dijinakkan” oleh petugas di sana. Dijinakkan sebenarnya adalah kata yang kasar, tapi kata itu menurutku cocok untuk digunakan mengingat betapa brutal anak-anak yang harus ditangani. Tidak jarang anak-anak liar itu menyergap dan menghajar orang dewasa yang mencoba menenangkan mereka. Menurut Foxy, perangai liar mereka adalah akibat dari perlakuan tidak manusiawi yang mereka terima sebelum masuk ke Chain, sehingga bawahan Foxy harus berusaha membuat mereka lebih tenang agar siap dipindahkan ke Chain Orphanage dan bermain bersama teman-teman mereka yang lain. “Kau ingin melihat sesuatu yang menarik, ayo ikut aku.” Foxy menarik tanganku masuk lebih jauh lagi ke tempat rehabilitasi ini. Aku dan Foxy masuk ke sebuah tempat yang terdiri dari beberapa ruangan yang penuh dengan alat medis dan juga ruangan kaca yang berisi anak-anak yang hanya duduk di pojok. Ruangan-ruangan ini lebih mirip dengan penjara daripada tempat perawatan, hanya ada satu buah ranjang di dalamnya. Mungkin aku bisa menyebut ruangan ini dengan “penjara kaca.” Ruangan-ruangan ini mengingatkanku akan tempat interogasi khusus milik The Barista yang berada di balik pusat perbelanjaan terbesar yang ada di Pusat Kota. Bedanya, ruang interogasi The Barista tidak memiliki ranjang dan hanya berisi satu buah kursi yang terikat di lantai dan diletakkan di tengah-tengah ruangan. Foxy berkata kepadaku jika anak-anak yang menghuni tempat ini adalah anak-anak yang mendapatkan perlakuan paling tidak manusiawi di tempat mereka sebelumnya. Di sini aku bingung, karena aku tidak melihat keanehan pada mereka selain wajah mereka yang tampak murung. Saat aku mengatakan kebingunganku padanya, Foxy hanya menjawab, “lihat saja setelah ini.” Aku mengangkat sebelah alis, lalu kembali memperhatikan ruangan-ruangan itu dengan seksama. Tidak lama kemudian, seorang anak tiba-tiba terlihat menggigil. Setelah itu ia tampak panik, badannya bergerak ke sana kemari tidak teratur. Ia mencoba menggerayangi tubuhnya sendiri dengan pandangan mata yang melihat ke segala arah. Anak itu melihatku yang memperhatikannya dari luar ruangan, dari sini aku tahu jika ruangan ini bukanlah kaca satu arah seperti di ruang interogasi The Barista. Anak itu melangkah cepat ke arah kaca yang menjadi pembatas antara aku dan ruangan di depanku, lalu ia mengetuk kaca berkali-kali sambil menatapku dan Foxy dengan air mata yang mulai berlinang. Dari tempatku berdiri, aku dapat melihat jika nafas anak itu tidak teratur dan cepat. Suara kaca yang diketuk dengan keras cukup mengganggu telingaku. Foxy yang berdiri di sampingku hanya diam, ia tidak melakukan apapun. “Dia berusia lima belas tahun. Aku mengambilnya dari salah satu organisasi penculik yang ada di Kota Agrari. Ketika datang ke tempat ini, anak ini berada pada kondisi yang lebih parah dari sekarang. Saat ini, ia lebih terkendali jika dibandingkan ketika pertama kali datang ke pusat rehabilitasi ini.” Foxy mendekat ke anak itu, lalu menempelkan telapak tangannya, disatukan dengan telapak tangan anak itu yang berada di balik kaca. Sebuah pemandangan dramatis aku saksikan di mana Foxy seakan berusaha merasakan apa yang sedang dirasakan oleh remaja laki-laki yang ada di balik ruangan itu. “Lebih parah?” tanyaku penasaran kepada Foxy yang berjongkok tidak jauh di depanku. Foxy berbalik menoleh ke arahku, matanya tampak berkaca-kaca. “Anak-anak yang menghuni ruangan-ruangan ini adalah pecandu narkoba. Kebanyakan mereka dicekoki narkoba oleh orang-orang yang berada di organisasi penculik untuk bersenang-senang. Saat akhirnya mereka sudah kecanduan, mereka diserahkan padaku. Chain lah yang harus menyembuhkan mereka.” Wajah Foxy mengisyaratkan jika ia ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh anak-anak di ruangan itu. “Seperti anak ini.” Foxy kembali menatap ke anak yang berada di balik kaca, “saat pertama datang ke sini, anak ini kecanduan narkoba golongan pertama. Ia pernah membentur-benturkan kepalanya ke tembok hingga kepalanya berdarah, lalu ia mengusap darah yang mengalir menggunakan tangannya lalu menjilatnya. Efek candu yang ditimbulkan oleh narkoba golongan pertama mampu membuatnya melakukan tindakan nekad menjilat darahnya sendiri. Mungkin ia berpikir jika narkoba yang ia konsumsi mengalir pada darahnya.” Air mata Foxy berlinang ketika menceritakan hal itu. Anak di balik kaca itu mengingatkanku dengan pengalaman tidak menyenangkan saat aku dicekoki obat terlarang ketika mengantar narkoba di kawasan kumuh Pusat Kota. Aku juga ingat jika aku pernah menulis pengalamanku tersebut ke dalam catatan penyelidikanku. Kejadian yang menjadi saksi, awal mula aku bertemu dengan Jacob. Melihat anak yang kecanduan narkoba karena dipaksa mengonsumsinya, menarik kembali ingatanku terhadap kejadian di masa laluku itu. Aku melihat ke arah anak yang duduk di balik kaca, anak itu menatap penuh harap agar dipenuhi kebutuhan candunya. Memang tidak parah, ia terlihat sudah tidak melukai dirinya sendiri. Namun ketika aku melihat lebih lekat lagi, terdapat bekas luka sayat di sekujur tubuhnya. Hal itu membuktikan jika memang ia adalah seorang pecandu kelas berat. Sangat disayangkan memang, seorang remaja yang belum genap berusia tujuh belas tahun harus menderita akibat narkoba yang dikonsumsi secara tidak bertanggung jawab. Aku merasa anak itu beruntung, saat ini ia telah berada di tangan yang tepat. Aku tersenyum melihat Foxy yang masih berjongkok di depan kaca bersama anak remaja itu. Sambil terisak, Foxy kemudian berdiri dan mengajakku berjalan ke ruangan selanjutnya. Ruangan selanjutnya adalah sebuah ruangan besar yang penuh dengan peralatan olahraga. Di tempat ini, anak-anak remaja yang aku taksir berusia hampir tujuh belas tahun sedang melatih tubuh mereka. Aku bingung, kenapa mereka harus berlatih sedemikian rupa sementara mereka hanya tinggal sebentar di tempat ini? Ketika aku menanyakan hal itu kepada Foxy, wanita berambut merah muda itu menjawab, “aku hanya ingin mereka sehat. Ketika mereka diperlakukan secara tidak manusiawi oleh orang yang merawat mereka sebelumnya, tubuh mereka menjadi lemah. Hal itu tidak bagus untuk masa depan mereka. Maka dari itu aku bertekad menjadikan tubuh mereka sehat agar ke depan mereka bisa hidup layak dalam waktu yang lama.” Jawaban dari Foxy jujur saja membuatku tersentuh. Foxy bahkan memikirkan anak yang ia rawat hingga serinci mungkin. Benar-benar sebuah cahaya harapan di tengah kegelapan organisasi-organisasi penculik yang berkeliaran di negara ini. Chain Rehabilitation House ini pun tidak kalah luar biasa. Di balik layar dan tanpa sepengetahuan pemerintah, Foxy berhasil membangun pusat rehabilitasi untuk anak-anak, tanpa bantuan dari pemerintah. “Ngomong-ngomong, Nyonya Foxy. Kenapa kau tidak mempublikasikan tempat ini? Masyarakat pasti senang dengan adanya tempat ini.” “Mempublikasikan? Lalu semua aktivitas terlarang yang ada padaku akan terbongkar? Maafkan aku, Madame. Aku tidak ingin sumber uangku terhenti begitu saja.” Foxy tersenyum ketika menjawab pertanyaanku. Sisa-sisa air mata masih terlihat melekat di wajahnya, merusak riasan tipis yang ia kenakan. Namun apa yang ia katakan memang benar. Jika pemerintah mengetahui aktivitas di sini, maka tempat ini akan segera dibongkar dan Foxy akan ditangkap karena kegiatan adopsi ilegal yang ia lakukan meski cara yang Foxy lakukan sebenarnya baik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD