Ijab Qobul

662 Words
PERINGATAN : DILARANG KERAS UNTUK MEMBAGIKAN ISI CERITA WALAU HANYA 1 EPISODE ATAU BAHKAN DUA PARAGRAF!! MEMBAGIKAN ISI CERITA KE TEMAN, SOSIAL MEDIA, KELUARGA ATAU KE SIAPAPUN SAMA SAJA MEMBAJAK CERITA INI YANG MANA AKAN DIKENAKAN PASAL PEMBAJAKAN! LEBIH BAIK, AJAK TEMAN, SAUDARA, KELUARGA ATAU YANG LAINNYA MEMBACA CERITA INI DI APLIKASI INI. Yang diperbolehkan adalah membagikan judul atau link cerita ini. Selain itu, sangat dilarang keras!! SEKALI LAGI, PEMBAJAKAN ADALAH PELANGGARAN HUKUM YANG AKAN DIKENAKAN SANGSI APABILA DILANGGAR. [DON'T BE SILENT READERS] QUOTES : "Membenci seseorang itu pilihan. Jika bisa memilih maka pilihlah untuk menyayangi. Di waktu bersamaan, kita tidak pernah tau, berapa banyak orang yang membenci kita." *** "Bagaimana saksi, sah?" tanya penghulu pada semua tamu undangan dan pada kedua keluarga mempelai. Tangannya masih menjabat tangan sang mempelai pria. Elang terlihat gugup tapi juga menahan senyum. Serentak mereka menjawab, "Iyaaa!!" Sembari menganggukan kepala masing-masing tanda ijab qobul yang pertama sudah selesai. Mereka semua tersenyum, tapi belum menampakan kelegaaan. Apalagi Elang dan keluarganya. Tidak terkecuali satu gadis yang kini menggantikan posisi Clarista--gadis pertama yang dinikahi oleh Elang--Elang mengecup singkat kening gadis itu sebelum bergeser. Sabina duduk di sebelah Elang dengan jantung yang berdegup tidak karuan. Ia sempat melirik ibu panti sebelum dan ibu panti tersenyum, menguatkannya, seolah berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Ini sulit, Elang belum tentu mau memperlancar ijab qobul yang kedua ini." Sabina berujar di dalam hati. Ia takut, Elang akan mengacaukan pernikahan ini dan akan mempermalukannya dan juga kedua orang tua Elang. Rupanya, sebelum penghulu mengucapkan ijab, Pak Susiono--ayah Elang--mendekati anaknya. Membisikan sesuatu lewat telinga, lalu terlihat Elang mengangguk samar. Elang langsung menjabat kembali tangan penghulu di depannya, itu mampu membuat arteri Sabina seakan tersumbat saat itu juga. Penghulu itu menjabat tangannya dengan erat. Elang mengangguk, tanda ia sudah siap. Elang ingin ijab yang kedua ini segera selesai. Ia terlalu muak dengan pernikahan kedua ini. Apa yang bisa ia harapkan dengan menikahi gadis lugu dan tidak menarik seperti Sabina? Tapi sayangnya, ia tak bisa apa-apa. Segala sesuatunya sudah diatur oleh orang tuanya. Mirisnya, Elang tidak bisa mengelak apalagi menolak, Elang terlalu takut mereka mengambil semua fasilitas yang mereka berikan. Baginya, orang tuanya adalah permata untuknya. Bukan, Elang tidak menganggap mereka berharga karena Elang sayang dengan mereka. Tidak, perasaannya tidak selembut itu, melainkan karena mereka-lah sumber kekayaannya. Hal megah yang dimilik oleh Elang sekarang adalah hasil rengekannya pada kedua orang tuanya. Tapi dengan imbalan yang setimpal. Bisa dikatakan itu bukan rengekan, karena setiap apa yang Elang minta pasti selalu harus dibalas dengan sesuatu yang harus Elang kerjakan. Mereka sebut itu impas, sementar Elang menganggap itu bentuk penekanan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya terhadap dirinya. "Nak, elang sama seperti tadi ya, hanya beda nama saja," jelas penghulu itu. Karena sudah mengerti, Elang lantas mengangguk. Setelah itu, penghulu langsung mengucapkan ijab dan kemudian diikuti oleh Elang yang justru membaca ijab qobulnya dengan intonasi suara yang kurang semangat, tidak seperti yang pertama. Semua yang hadir tentu bisa menilai mengapa Elang begitu. Apalagi Sabina, ia merasa hatinya teriris mendengar penuturan Elang. Meski begitu, mereka yang datang mengesahkan apa yang diucapkan oleh cowok itu karena Elang mengucapkannya dalam satu tarikan nafas. Dan penghulu juga mengesahkan mereka berdua. Kedua orang tua Elang langsung mengintruksinya untuk mengecup kening Sabina. Dengan malas-malasan Elang melakukan itu. Elang benci ini, dalam hati, dia merutuki kemauan orang tuanya. Bagaimana bisa, ia harus menikahi dua gadis sekaligus?! Ia akan sangat setuju jika hanya Clarista yang ia nikahi, tapi Sabina? Siapa yang mau menikah dengan gadis sepertinya?! Mulai hari ini, statusnya berbeda dan Elang tau itu. Ia juga tau apa yang orang tuanya harapkan dari pernikahan ini. Yakni, untuk merubah sifat dan perilakunya. Lagi pula, siapa yang bisa menjamin setelah menikah perilakunya akan menjadi lebih baik? Tidak, Elang tidak akan mewujudkan itu. Ia akan tetap menjadi Elang yang sekarang. Menikahi dua gadis sekaligus itu memang terdengar menyenangkan. Tapi entah mengapa itu tidak berlaku baginya yang masih mengenyam bangku pendidikan tingkat atas. **** @Zaynriz
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD