hampir seminggu sudah Nathan meninggalkan Kanya, dia tidak pulang ke rumah orang tuanya melainkan melaut ikut dengan temannya di desa sebelah.
Kanya tahu tempat yang di tinggalinya saat itu , tapi dia tak mau menemuinya , bukannya takut pada siapa - siapa .Kanya juga punya gengsi yang tinggi, gengsi jika dia yang harus memulai berbaikan lagi.
Kanya rela membawa serta rindu pada suaminya hingga mati, daripada harus datang padanya merendahkan diri meminta suaminya kembali, tidak Kanya tak akan melakukannya.kecuali dia khilaf mungkin.
"khan , mau bobo ya" Kanya bertanya pada bayinya seolah ia mengerti.
"khan dengan mama saja ya nak, khan janji ya sama mama , tidak akan meninggalkan mama, kalau besar nanti boleh kok menginap dirumah teman khan , tapi jangan lama, nanti mama rindu , ok" Kanya terus saja berbicara pada bayi nya yang sudah tertidur pulas di sampingnya.
Kanya mengambil handponenya yang dia simpan di atas meja kecil disudut ranjangnya,
tiba - tiba handponenya itu berbunyi
nomer baru , karena tak ada namanya disitu.
"hallo " Kanya mengangkatnya juga
"kanya , apa kau masih marah padaku"
"nathan"
"iya , aku minta maaf .meninggalkanmu saat itu, maafkan aku"
"kembalilah, kita jangan membahas itu lagi"
Kanya memutuskan sambungan.setelah mengatakan itu, ada air di sudut matanya .satu kedipan airmatanya jatuh , Kanya sangat merindukan suaminya.
satu pesan masuk,
"sayang , aku akan pulang dan berjanji tidak akan mengulangi hal itu lagi dan aku akan berusaha jadi lebih baik, aku akan berusaha membahagiakanmu dan putra kita ".
sudah sejak lama Nathan tak lagi memanggil Kanya dengan sebutan sayang, Kanya yang meminta Nathan mengganti panggilan itu dengan adek.dan Nathan abang , Kanya merasa sedikit risih.apaan sayang , berantem tiap hari, itu yang dia risihkan pada dirinya sendiri.
entah untuk merayu Kanya , Nathan mengawali pesannya dengan kata sayang , apapun itu Kanya tak berbunga , hanya saja dia memang rindu.