ROSE 2

1169 Words
"wow apa yang aku lakukan disini" mulutuku berkata untuk tidak pergi tapi hatiku mengigikan untuk tetap pergi. sekarang masih pukul 6 pagi dan aku sudah berdiri di depan gerbang membunyikan bel dan menunggu seseorang untuk membukakannya. padahal aku semalam sudah berniat untuk tidak kembali bekerja, setelah apa yang sudah dia lakukan padaku. Aku benar-benar tidak bisa memahami diriku sendiri. jasmin yang baru saja membukakan gerbang rumahnya terlihat bingung melihatku yang sudah berada di depan rumahnya sepagi ini. "apa yang kamu lakukan disini sepagi ini?" aku tidak tahu dia pura-pura lupa atau dia memang lupa,bukankah dia yang menyuruhku untuk datang tidak terlambat dan sekarang dia bertanya apa yang aku lakukan sepagi ini disini. aku melihatnya yang masih mengunakan pakaian tidur dan sepertinya dia juga baru saja bangun. "kamu menyuruhku datang lebih awal kemarin, apa kamu lupa?" "ah apa kamu tidak membaca pesanku, lihat ponselmu aku sudah mengirimimu pesan" dia menatapku seperti tidak percaya bagaimana aku bisa tidak membaca pesannya aku langsung mengecek ponselku dan benar ada pesan darinya kalau aku tidak perlu datang bekerja karena semua jadwal kerjanya untuk hari ini di cancel.aku merutuki diriku sendiri karena aku berangkat terburu-buru, aku jadi tidak sempat untuk melihat ponsel. "kamu seharusnya memberi tahuku semalam, jika terlalu mendadak bisa saja aku tidak melihat pesanmu, seperti sekarang" aku mengeluh "jadi kamu menyalahkanku, aku artisnya disini, seharusnya kamu yang lebih tahu jadwalku sebagai PAku. Jika kamu tidak tahu apa-apa dengan jadwalku untuk apa aku memperkerjakanmu" dia marah aku menghela nafas dia benar dengan apa yang dia katakan, aku tidak bisa membela diri lagi dan aku juga tidak tahu harus berkata apa lagi sebaiknya aku segera pergi dari sini. "kalau begitu aku akan pulang, waktuku terbuang sia-sia karena kemari, seharusnya aku bisa mengunakannya untuk tidur" aku tidak bermaksud sakartis hanya saja aku ingin dia sedikit merasa bersalah padaku, biarpun disini aku juga salah karena tidak melihat pesan darinya. Mungkin aku sedikit keterlaluan tapi aku tidak perduli angap saja ini balasanku kemaren. aku berbalik dan ingin pergi tapi baru beberapa langkah aku mendengarnya berbicara "tunggu?" aku berhenti dan menoleh melihat orang yang baru saja berbicara "ada apa?" dia diam dan terlihat ragu "tidak ada" "kalau begitu aku permisi" aku kembali berpamitan padanya untuk kedua kalinya "oze" dia berkata pelan tapi aku mendengarnya, aku melihat kesekeliling memastikan mungkin ada orang lain yang dia panggil, tapi tidak ada orang lain hanya ada aku dan dia di sini. "kamu bicara padaku" "memang ada orang lain disini" "namaku rose bukan oze" aku berkata sambil menekankan kalimat rose agar dia tidak mengubah nama orang dengan sesuka hatinya. Apa dia tidak tahu kalau menganti nama harus syukuran dulu. Tentu saja dia tidak akan tahu tentang hal-hal seperti itu "aku tidak perduli mulai sekarang aku akan memangilmu oze" "terserah lakukan yang kamu suka, ada apa?" "karena kamu sudah terlanjur datang kesini kamu bisa menemaniku" "Ha, untuk apa?" "tentu saja karena kamu PAku kamu harus berada disini menemaniku" "aku memang PAmu, tapi berdasarkan kontrak yang aku tanda tangani, aku hanya menemani sang artis saat ada pekerjaan saja, jika sang artis tidak ada pekerjaan aku tidak perlu lagi untuk menemani sang artis. Seharusnya kamu tahu tentang peraturan kontraknya" aku kesal dia diam dan aku merasa menyesal telah mengatakannya dengan kesal. Akhirnya aku mengalah "baiklah aku akan menemanimu" aku melihatnya tersenyum tapi sangat singkat saat dia menyadari aku melihatnya,senyumnya langsung hilang dan dengan cepat dia memasang wajah datarnya lagi. Dia berjalan masuk dan aku mengekor di belakangnya, sampai di dalam rumah, dia langsung menidurkan tubuhnya di sofa, meletakan tanganya di dahinya untuk menutupi matanya dari cahaya. Dia menyuruhku menemaninya tapi sekarang dia tidur, dia sungguh luar biasa. Aku melihat sekeliling rumahnya dan aku menyadari kalau rumahnya sangat kosong seperti tidak ada orang yang tinggal disini. Apa dia benar-benar tinggal disini. "kamu tinggal sendirian?" "ehm" "dimana orang tuamu?" tidak ada jawaban aku pikir dia kesal karena aku terlalu banyak bertanya jadi aku memutuskan untuk diam tidak mengajukan pertanyaan lagi. jasmin memang artis tapi dia tidak pernah berbicara tentang keluarganya di media. jadi tidak ada yang tahu tentang keluarganya. aku duduk di kursi hampir 30 menitan dan aku hanya diam tidak melakukan apapun.aku bosan, lalu aku melihat kearah jasmin yang sedang tidur aku memperhatikan posisi tidurnya yang tidak berubah sejak dia mulai tidur. "apa dia mati"aku bergumam aku mengulurkan tanganku untuk menyetuh kakinya karena kakinyalah yang lebih dekat denganku,aku menyentuhnya beberapa kali untuk memastikan kalau dia tidak mati "apa yang kamu lakukan" dia berbicara pelan akhirnya aku mendengar dia berbicara tapi suaranya tidak terlihat baik aku menghampirinya dan melihat wajahnya yang terlihat pucat,aku langsung memegang dahinya,sangat panas. "kamu demam" aku panik dan langsung mengambil ponselku,aku ingin menelpon manager,tapi tanganku langsung di pegang jasmin. "aku akan segera sembuh" "tapi kamu demam" "aku hanya perlu minum obat" "ok. di mana obatmu?" "di kamarku, di dalam laci di samping tempat tidur" "ok" aku segera berlari, tapi kemudian berhenti karena aku tidak tahu letak kamarnya ada dimana "dimana kamarmu?" "di lantai 2" aku langsung berlari menaiki tangga dan masuk kedalam kamar, saat membuka laci aku sedikit terkejut aku melihat banyak sekali jenis obat-obatan di dalamnya. "apakah menjadi artis harus minum obat sebanyak ini?" Karena aku tidak tahu harus memilih obat yang mana, aku memutuskan untuk membawa semua, lalu aku meletakan semua obatnya di atas meja, aku membantu jasmin bangun supaya dia bisa memilih obat mana yang harus dia minum. "aku tidak tahu obat yang mana yang harus kamu minum, terlalu banyak obat yang kamu miliki" dia mengambil salah satu obat lalu menatapku, sedangkan aku hanya diam tidak mengerti kenapa dia menatapku "air" "ah iya aku lupa,maaf" aku bergegas mengambil air, tidak lama aku kembali dia menerima air yang aku berikan dan meminum obatnya lalu dia kembali membaringkan tubuhnya "kamu tidak ingin pindah ke kamar?" aku masih berdiri di sampingnya "tidak, di sini saja, aku tidak suka di kamar" aku mengambilkan dia selimut dari kamarnya dan menyelimutinya. Aku melihat dia lekat hatiku marasa iba melihatnya. Aku tidak tahu sejak kapan aku tertidur dan berapa lama, tapi saat aku membuka mataku aku malihat jasmin sedang duduk di kursi sedang mamainkan ponselnya. "kenapa kamu tidak membangunkanku?" "sebaiknya kamu pulang, aku sudah memesankanmu taksi" aku tertegun aku baru bangun dan langsung di usir. Aku melihatnya dan menyadari kalau dia sudah rapi dan sepertinya dia mau pergi. "kamu mau pergi? kamu sakit kamu tidak boleh kemana-mana" "aku sudah sembuh, supir taksi sudah menunggumu di luar sebaiknya kamu bergegas" "kamu mau kemana?" aku tidak mendengarkan perkataanya aku penasaran dia mau pergi kemana. dia diam menghela nafas sepertinya dia kesal karena aku terlalu banyak bertanya, tapi aku tidak perduli "aku akan pergi makan malam" "dengan siapa?" "kenapa kamu terlalu banyak bertanya" "aku hanya bertanya kamu makan malam dengan siapa?" dia menyerah "aku akan makan malam dengan pacarku" aku langsung terdiam, entah kenapa mendengar kata pacar membuatku sedikit kecewa dan sejak kapan dia punya pacar, selama ini di media tidak ada berita kalau dia punya. "ada apa denganmu kenapa tiba-tiba diam?" "tidak apa, kalau begitu aku permisi, selamat bersenang-seneng" aku pergi begitu saja meningalkan rumahnya dengan lesu. dia terlihat bingung. TBC,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD