TWO| Berry iseng

2146 Words
TWO| Berry iseng Jadi, itu yang namanya Kuki Keci. Murid kelas satu yang melompati kelas dua saking pinternya. Smart, ya? Kayaknya itu aja nggak cukup untuk memenuhi kriteria kakak ipar yang Berry idamkan, bukan dalam artian yang sebenarnya. Maksudnya, Berry kepengin punya kakak ipar itu yang baik, nggak petakilan, dan yang penting nggak aneh. Dan apa itu? Dari informasi yang Berry dapat dari Reno, Kuki Keci atau yang sering dipanggil Keci itu, suka bawa raket nyamuk ke mana-mana. Dan, Berry juga baru tau kalo dia bukan korban pertama yang pernah ditabok Keci pake raket itu. Berry jadi ngeri sendiri ngebayangin kalau seandainya nih, nanti kalo dia punya keponakan—anak Keenan dan Keci—dihinggapi nyamuk, mungkin nggak sih Keci bakalan nabok anaknya pake raket nyamuk? Atau Berry yang terlalu berlebihan? Intinya, Berry nggak puas ama modal pinter yang Keci punya. Dia mau lebih  deket ama tuh cewek, untuk mencari tahu kelebihan dan kekurangannya untuk jadi kakak ipar dari seorang Berry Aberial yang tampan dari wilayah rumah dan tetangga. Berry memasuki kelas sambil memerhatikan satu per satu wajah teman barunya di kelas tiga. Sebenarnya nggak baru-baru juga sih, sebagian udah dia kenal dan itu juga cewek-ceweknya yang bohai aja. Kan udah dibilang, bukan Berry namanya kalo gaul ama anak-anak cupu nggak eksis. Jadi ceritanya, Berry itu terkenal deh di sekolah karna ketengilannya dan kegantengannya yang nggak seberapa. Dan ada lagi nih yang bikin cewek-cewek ngiler setiap ngeliat doi, Berry sering buka baju di kelas kalo kepanasan. Perut kotak-kotaknya bener-bener nggak nahan. “Lo yang namanya Kuki Keci?” tanya Berry pada cewek berambut ikal cokelat yang duduk tenang di meja paling belakang dekat jendela. Satu tangannya memegang raket nyamuk, satunya lagi mengetuk-ngetuk meja. “Hem, iya, gue Kuki Keci. Salam kenal?” jawabnya sambil mengulurkan tangan pada Berry. Berry melirik lima jari yang di jari manisnya terselip cincin putih, persis seperti yang dipakai Keenan. Atau cuma kebetulan? Nggak tau kenapa Berry jadi bertanya-tanya, tanpa mau menyambut uluran tangan Keci yang masih di udara. Merasa cowok di depannya nggak merespon, Keci menarik tangannya. “Bisa dibilang gue anak baru di sini, gue kelas akselerasi, dari kelas satu langsung naik ke kelas tiga. Mohon bantuannya, ya?” kata Keci ramah, suaranya begitu lembut dan terdengar riang. “Lo mau pamer?” tanya Berry ketus. Kedua alis Keci terangkat otomatis, cepat-cepat dia menyela. “Bukan, nggak gitu. Kasih tau aja sih,” jawabnya pelan dan ntah kenapa dia merasa malu. Padahal, dia sama sekali nggak maksud pamer. “Yau dahlah ya,” kata Berry lalu menarik kursi di sebelah Keci. “Umur lo berapa?” “Lima belas, tapi, bulan depan nanti enam belas tahun. Lo?” tanyanya dengan senyum manis, kedua lesung pipinya langsung terlihat. “Delapan belas.” “Kalo gitu, aku manggil kamu kakak, ya? Nama Kakak siapa?” tanya cewek itu mulai beraku-kamu. Keci selalu bicara seperti itu dengan orang yang lebih tua darinya, meskipun setahun di atasnya. Berry melirik Keci dengan satu alis terangkat. “Lo nggak kenal gue?” “Huh? Nggak, makanya mau kenalan kan biar kenal gitu, hehehe.” “Lo nggak kenal gue?!” Berry nggak percaya ini. Yang dia tahu semua cewek, dari kelas satu sampe kelas tiga nggak ada yang nggak kenal seorang Berry Aberial. “Dibilangin nggak juga,” jawab Keci agak bete. “Eh, kok marah sih?” kata Berry sengaja meninggikan suaranya. “Si-siapa yang marah? Hiaat—“ Plok! Ctek. Berry ternganga waktu raket nyamuk menempel tepat dijidatnya.  “Woiii!” bentak Berry. “Mati kau nyamuk!” kata Keci sambil ngeliatin nyamuk yang tepar di jaring-jaring raket. “Woi, jidat gue woi!” ucap Berry minta perhatian. Keci menoleh padanya dengan tampang innocent. “Kegigit, ya, tadi? Sini biar aku garukin!” kata Keci sambil mencakar-cakar jidat Berry yang memerah. Berry termangu, bola mata Keci terlihat indah dilindungi bulu mata yang panjang dan lentik. Hidungnya mungil tapi mancung. Pipinya putih  bersih. Berry beralih pada bibir tipis Keci yang merah muda. Tapi, tetap, cantik aja nggak cukup untuk jadi kakak ipar. “Ini apa sih? Jerawat, ya?!” kata Keci sambil menoel-noel satu benjolan kecil di jidat Berry. Belum sempat Berry menjawab, rasa sakit tiba-tiba membuatnya memekik kaget. “Iiiih, pecah, liat nih ada nasinya!” teriak Keci mengacungkan bulatan kecil berwarna putih di ujung telunjuknya. Berry mengelus-elus jidatnya yang sakit.  Sumpah perih banget, sampe-sampe air matanya keluar. Kayaknya duduk berdua dengan Keci akan mengubah masa SMA nya yang nggak bakalan ada manis-manisnya. Atau malah sebaliknya? Kita lihat aja nanti.                                                                   ♥♥♥ Sepuluh menit pelajaran pertama dimulai, Berry dan seluruh orang yang ada di kelas aman-aman aja sampe akhirnya terdengar bunyi ctek ctek dari kursi sebelah Berry. Keci, yang sama sekali nggak merasa jadi pusat perhatian, melirik nyamuk yang terbang di sekitarnya. Saat nyamuk itu mendekat, dia menyunggingkan senyum dan ctek! nyamuk tewas seketika diraket kesayangannya. “Berisik tau nggak?” tegur Berry jutek. Keci cemberut lalu meletakkan raketnya di atas meja. Tapi, nggak berapa lama kemudian, ctek! “Padahal ini masih pagi  loh, kok banyak nyamuk sih,” gumam Keci bete. Berry mendongkol dalam hati, ia merebut raket itu dan memasukkannya ke dalam laci mejanya. Keci melotot dengan bibir membulat. “Apaan sih kamu?” katanya dengan kening mengerut. Berry menunjukkan senyum setannya. “Mulai hari ini, lo nggak boleh jauh-jauh dari gue!” “Kok… gitu?” “Ya udahlah yaaa, dengerin aja apa kata gue!” Karna lo mau jadi kakak ipar gue. Gue pastiin lo nggak boleh jatuh cinta ama cowok lain, selain Keenan.                                                                       ♥♥♥ “Mah?” Berry menghampiri Mamanya yang lagi nonton TV di ruang keluarga. “Kenapa, Ber?” “Berry udah ketemu sama Keci! Anaknya aneh gitu, masih mau enam belas tahun pula. Serius itu mau jadi istri Keenan?” tanya Berry setelah duduk di sebelah Mamanya. “Wah, kamu udah ketemu, ya? Cantikan mana sama di foto, Ber?” Mama balik nanya dengan wajah sumringah. “Biasa aja sih. Tapi, aneh. Masa sekolah bawa raket nyamuk?” “Huahaha, iya, Mama lupa cerita sama kamu. Keci kayak gitu sejak SD, waktu itu tetangganya meninggal karna gigit nyamuk malaria. Jadi, mulai detik itu, Keci selalu bawa raket nyamuk kemana-mana. Alasannya simpel tapi kok ngena banget gitu, ya…,” “Emang alasannya apaan?” tanya Berry nggak begitu minat. “Dia nggak mau kehilangan orang-orang yang dia sayang lagi. Makanya dia benci banget ama nyamuk! Takut kalo kejadian dulu terulang lagi. Gituuu,” jelas Mama. Berry mengerjap, apa benar begitu? Apa Mamanya yang terlalu mendramatisir? Mengingat beliau termasuk kaum Ibu-Ibu lebay. “Oh,” respon Berry seadanya. “Kamu liat-liat Keci, ya? Bulan depan, mereka mau dipertemukan loh. Kalo bisa, kamu deket-deket deh ama Keci, biar ntar kalo udah jadi kakak ipar nggak canggung gimana gitu.” Berry terkekeh lalu beranjak. Mama aja yang belum tau kalo dia udah curi start lebih dulu. Lagi pula, sekali Keenan pernah bilang ke dia, ‘cewek gue cewek lo juga'. Maksudnya, apa pun pilihan lo buat gue, itu artinya gue juga suka’. Jadi, kalo Berry bilang dia nggak suka ama Keci, ada besar kemungkinan Keenan akan menolak perjodohan itu. Tapi, sebaliknya, kalo dia suka ama Keci, Keenan pasti sah-sah aja. Dan Berry nggak mau terburu-buru, biarlah dia cari tau dulu gimana sifat asli calon kakak iparnya itu.                                                                          ♥♥♥ “Halo?” suara yang terdengar manis dan manja itu membuat Berry tersenyum. “Ini siapa?” tanya Berry lalu merebahkan tubuhnya di permukaan kasur yang lembut. “Loh, kan kamu yang nelpon aku. Kamu yang siapa?” Keci bertanya dengan nada bingung campur bete. Berry bisa membayangkan kedua alis cewek itu pasti hampir menyatu sekarang. “Berry.” “Berry siapa, ya?” “Teman sebangku lo! Masa nggak kenal, sih?” “Oh, sori nih. Tapi, teman aku yang namanya Berry bukan kamu aja tauuu. Ada perlu apa?” tanya Keci dengan nada sopan yang dibuat-buat. “Kok marah sih?” “Siapa yang marah?” “Nggak usah gitu dong bibirnya!” Keci, yang lagi telungkup di depan laptopnya mengerutkan kening. Kok cowok itu tau sih dia lagi cemberut. Hemm, sejak pagi tadi cowok bernama Berry itu selaluuu aja mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan aneh, seperti : lo udah punya pacar? Mantan lo berapa? Aneh, baru kenal udah kepo. “Kamu ada perlu apa sih nelpon aku?” “Nggak tau. Kenapa, nggak boleh?” Keci berdeham panjang. “Ya udah, kamu lagi apa?” “Lagi napas.” Keci menarik napas dalam-dalam lalu menggertakkan giginya geram. Nih cowok nyebelin banget sih, pikirnya. “Ya udah,  aku lagi belajar nih. Nelponnya kapan-kapan aja, ya?” “Tapi, jenius. Ngapain belajar lagi?” “Aku nggak jenius, yang bilang aku jenius siapa?” “Ya udahlah ya, nggak usah jutek juga kaleee!” Hmmf. Keci jadi bete dibuatnya. “Nggak ada yang mau diomongin, kan? Aku mau tidur nih.” “Katanya tadi mau belajar, sekarang mau tidur? Yang mana sih yang benar?” Lagi-lagi Berry sengaja memancing emosi Keci. “Kok marah sih?” Ekh. Berry bungkam waktu Keci membalasnya dengan kata-katanya tadi. “Siapa yang marah?” “Iiiiih, nyebelin banget sih jadi cowok! Udah ah!” Klik. Telepon terputus. Berry langsung ketawa ngakak. “Asik juga ngerjain calon kakak ipar, hahah!” Iseng, Berry menelpon kembali nomor Keci. “Halo?” sahut cewek itu dengan suara lembutnya. “Kok diangkat sih? Habiskan pulsa gue jadinya!” Asdfghjklassasa. Keci segera menekan tombol merah dan menyelipkan benda petak berwarna putih itu  di bawah bantal. Keci bisa merasakan handphonenya bergetar-getar. Tapi, bodo amatlah. Pasti cowok itu lagi. Nyebelin banget sih jadi cowok. Nyesel deh sebangku ama dia! Huh! Bunyi status f*******:  Keci. Ting. Nggak berapa lama terdengar bunyi chat masuk. “Keenan?” dahi Keci berkerut sewaktu membaca nama pemilik akun itu. Hai, makasih udah confirm :) Keci diam sebentar, sepertinya cowok ini yang meminta pertemanan padanya sehari yang lalu. Iya… Balas Keci singkat. Boleh kenalan? Kok basi banget sih? Pikir Keci. Ini pasti cowok-cowok kurang kerjaan deh. Keci pemilih loh kalo chatting ama orang. Ya, jaga-jaga aja, mengingat sekarang banyak kejahatan yang berawal dari sosial media. Meskipun dia ragu hal itu akan itu terjadi padanya. Tapi, setelah melihat profil cowok itu, sepertinya nih, dia cowok baik-baik deh. Dan Keenan? Kok terdengar familiar, ya? Iya, boleh. Gue Kuki Keci :) Nggak berapa lama chat baru masuk lagi. Keenan, kenapa statusnya, lagi bete ya? Baru kenal udah kepo. Tapi, nggak apa-apa deh, asal nggak nyebelin kayak Berry. Ting. Baru aja disebut namanya, si empunya nama nongol dalam bentuk chatting. STATUSNYA PASTI BUAT GUE KAN? IYA TUH PASTI NGAKU AJA! Keci terkikik geli, cowok itu sejak kapan sih jadi temannya di f*******:? Cepat-cepat Keci membalas, dan mengabaikan pesan milik Keenan. Maaf, ya, ini siapa? Asdgfhkahdajdhajw. Baca status baru gue! Ntah berapa kali Keci mengerutkan kening hari ini, tapi dia juga penasaran apa sih emangnya status cowok nyebelin itu? Ada gitu ya cewek aneh ke mana-mana bawa raket nyamuk hahah! Nyebelin banget jadi cewek, cikidawwww aweu aweuuuu kwkwkw Keci mendongkol lalu membalas pesan Berry. Kamu tuh yang nyebelin! Wwkwkkw baru tau yaaaaaaaaa? “Iiih, nyebelin banget sih nih cowok?!” Dan ntah udah berapa kali Keci mengucapkan kata-kata itu. Males dan kesal chatting-an ama Berry, Keci membalas pesan milik Keenan. Sori lama bales. Iya, ada cowok nyebelin di kelas gue . Benci banget :( Wah, jambak aja XD Jangan benci-benci, ntar naksir loh :) Hahaha, mana bisa gitu. Keenan masih sekolah, kuliah atau udah kerja? Kuliah :) Oh, kuliah di mana kamu, kak? Melbourne University Wah, jaaauh banget! Ntar juga deket kok ;)  good nite, gue off dulu, bye. Sementara itu pada waktu yang sama.... Berry terus mengirim pesan baru tapi Keci nggak juga membalas. Apa banget sih tuh cewek? Ekh! Dia baru sadar kalo kakaknya ternyata online juga. Buru-buru dia menyapa orang itu dengan emoticon kiss. :* Kangeeeen :3 Sakit jiwa :* Ahhhh kangen pokoknya. Oi, lo udah ketemu ama cewek itu belum? Kata Mama satu sekolah, ya ama lo? Yoiiiiii, satu kelas malah! Serius? Iyaa, boleh dong gue ngerjain dia? Maksud gue, ngetes gitu. Gue kan juga punya kakak ipar idaman, pokoknya nggak perlu cantik-cantik banget, pinter juga nggak penting banget yang penting baik, terus cinta ama lo  dan gue heeee. Iyaaaa suka-suka lo aja. Apa? Yang penting baik terus cinta ama lo dan gue? Maksud gue, yang penting dia cinta keluarga gituuu :* :* gue pikir dia cinta kita berdua, kalo gitu siapa yang jadi suami pertama wkkwkwkw :* ahhhh gue rela kok jadi yang kedua kwkwkwkw :P Udah ah, gue off dulu. Salam buat Mama Papa, ya Iyaaa mumuaah Muaahhh Berry mematikan laptopnya setelah log out dari f*******:. Nggak berapa lama, dia kepikiran cewek itu. Kerjain lagi ahhh. “Halo?” “Jangan diangkat!” “Sakit jiwa kamu!” Klik. Berry ngakak lagi. Asik juga ternyata ngerjain tuh cewek, batinnya senang.                                                                               ♥
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD