2. Pacar Chiko?

1518 Words
Suasana rumah mewah itu sangat ramai. Semua orang berkumpul di meja makan rumah utama yang kebetulan di tempati keluarga Sisil dan Nata yang tak lain orang tua Queenayna. Terlihat sangat jelas mereka semua sangat bahagia ketika salah satu keturunan Keluarga Corlyn mau pulang ke Indonesia setelah hampir tujuh tahun menetap di Negara California. Sisil dan Viona sibuk menata piring, sedangkan yang lain sudah menatap makanan di depan mereka dengan mata lapar. Ada banyak sekali menu yang Sisil dan Viona sajikan untuk keluarga mereka. Terkadang, karena memang rumah mereka berjejeran Sisil dan Viona sering makan bersama agar suasana lebih ramai. Yah, meskipun ada banyak pelayan di rumah mereka tapi kedua wanita itu lebih suka memasak sendiri makanan yang akan mereka santap jika sempat. "Honey ini kapan makannya?" tanya Nata pada Sisil yang masih sibuk menata piring makan. "Ini sudah semua, ayo makan," ucap Sisil kepada semua orang. "Yeayyyyyyy," pekik Nayna, Varo, Zio dan Valeria kompak. Setelah makan malam Nayna memilih untuk ke kamarnya karena dia merasa badannya masih pegal-pegal. Tiba-tiba ada getaran di atas meja kamarnya. Amma Calling .. Nayna melebarkan senyumnya, baru saja berpisah satu hari dengan ammanya membuat Nayna sangat rindu dengan Tiya Vereneden Corlyn, nyonya besar Corlyn Family. "Selamat malam Amma," sapa Nayna dengan nadanya yang sangat manja. "Selamat pagi kesayangan Amma dan Appa," kekeh wanita itu mengingatkan Nayna tentang bentang waktu Indonesia-California. "Heheh iya Amma, Nay lupa kalau di sana sudah pagi," kikik Nayna merasa geli sendiri. "Kamu ini, hemm baru sehari hari kami tidak melihatmu rasanya sangat kengen. Bagaimana kabar orang tua dan saudara-saudaramu sayang?" "Mereka seperti biasa Amma, selalu heboh tiada tanding. Huh apalagi si manja Valeria," kikik Nayna menjawab pertanyaan ammanya. "Kakakkk, aku dengar tauk!" Tiba-tiba Valeria masuk dengan wajah sok polosnya. Valeria langsung berbaring di samping Nayna, menatap layar ponsel kakaknya penasaran karena sang kakak menyebut namanya. "Ada Valeri?" tanya sang amma. Begitu mendengar namanya di sebut, wanita itu terus menyaut ponsel Nayna tanpa permisi. "Hallo Amma, kenapa Amma tidak pernah menelpon Valeri? Apa amma lupa kalau amma punya cucu yang cantiknya nggak ketulungan?" Tanya Valeri tanpa peduli Nayna yang mendengus di sampingnya mendengar ucapannya yang terlewat percaya diri. Terdengar kikikan dari sana. "Haduh Sayang, Amma dan Appa tidak melupakan punya cucu cantik kok. Kan Vale sendiri yang sering gonta-ganti nomer ponsel seperti ganti baju." Valeria tertawa, dirinya memang suka selalu mengganti nomor ponselnya. Salah siapa setiap kali dia berganti nomor ada-ada saja para lelaki yang punya nomor terbarunya. Valeria sampai tidak habis pikir dengan mereka. Atau mereka sengaja menyewa pelacak nomor sampai tahu setiap kali Valeria ganti nomor ponsel? "Hehehe, iya-ya Amma. Ya sudah deh nanti Vale kabarin pakai nomor Vale terbaru. Sudah ya Amma, Valeria mau berangkat dulu. Muuuach," Vereden Corlyn tertawa mendengar ucapan Valeria. "Nih Kak," ucap Valeria menyodorkan ponselnya kearah Nayna. Nay melihat ponselnya sudah gelap, itu tandanya panggilan sudah terputus. Valeria nyengir kuda dan berlari keluar dari kamar Nayna. " VALEEEEEEE AWASS KAUUUUUUUU ADIK DURHAKAAA!!" teriak Nayna. * Tok tokk took , suara ketukan pintu membuat Nayna mengalihkan tatapannya dari video yang dia putar di laptop Apple Macbook Pro miliknya. Sisil masuk dengan tersenyum hangat kearah Nayna. Wanita itu duduk di samping Nayna, mengelus rambut panjang putrinya dengan lembut. "Sayang kamu kok malah nonton video emang nggak ada acara?" tanya Sisil "Enggak mom, tumben Mommy di rumah? Nggak ada kerjaan di kantor ya?" Sisil menggeleng, sebenarnya Sisil sudah melimpahkan semua kerjaannya hari ini kepada sekretarisnya. Dia ingin menghabiskan waktu lebih lama di rumah bersama Nayna yang baru beberapa hari pulang ke rumah. "Memangnya kemana teman-teman SMAmu?" tanya Sisil. "Mereka nggak tahu Mom kalau Nay pulang, rencananya sih besok aku mau datang ke acara ulang tahun Dian sekalian surprize gitu." Nayna tersenyum membayangkan wajah congek ke empat sahabatnya. Sayangnya tidak ada Maudi di Indonesia. Pekerjaannya sedang sibuk-sibuknya di sana. "Jadi kamu free kan? Gimana kalau kamu nganterin bingkisan oleh-oleh ke rumah aunty dan unclemu?" tanya Sisil. Nayna menggeleng, bisa seharian tidak pulang dia jika harus datang ke rumah pasangan aunty dan unclenya yang sudah pasti akan menahan Nayna untuk lebih lama di rumah mereka. "Nay mager Mom, Mommy aja sana sekalian silahturahmi kan," ucap Nayna membuat Sisil mencubit pipi Nayna. "Kok malah nyuruh Mommy?" tanya Sisil mendengus kesal. Sisil menatap layar laptop putrinya, "Eh Nay, anak perawan itu nggak boleh tauk males-malesan. Mana belum mandi lagi jam sebelas siang kayak gini. Mom takut kalau tidak ada yang mau sama kamu," ucapan Sisil sukses membuat Nay melotot. Tidak ada yang mau sama Nayna? Yang benar saja, Nayna bahkan sudah menolak banyak lelaki yang ingin berkenalan dengannya. "Mommy kok doanya gitu sih! Iya deh Nayna mandi dulu," gerutu Nay langsung masuk ke dalam kamar mandi. Sisil hanya tertawa melihat tingkah Nayna, lalu pandangannya beralih ke laptop yang masih memutar video yang Nayna putar sejak tadi. "Zainudin, maafkan awak. Awak mencintaimu," ucap pemeran wanita dalam film 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck'. Sisil mendengus mendengarnya, "Prettt! Moduss mana percaya aku," ucap Sisil dengan menatap jengah film yang katanya membuat banyak orang menangis setiap melihatnya. * Nayna gelisah berdiri di depan pintu rumah keluarga William. Kata mommynya, keluarga Rehan-Melodi dan Yona-Regan berada di rumah utama keluarga William yang tak lain keluarga Yona. Ting tong .. ting tong. Pelayan rumah itu membukakan pintu, sejenak diam terpaku menatap Nayna dengan mulut menganga mengagumi kecantikan Nayna. Pelayan rumah keluarga William langsung mengerjap begitu saja. "Maaf ?" ucap Nayna membuyarkan lamunan pembantu itu. ------------------------------------- ... Nayna Pov ... "Cari siapa cah ayu?" tanyanya tersenyum ke arahku. Aku tersenyum membalas pelayan dari keluarga Aunty Yona. "Saya mau bertemu dengan-" ucapanku terhenti. Aduh dengan siapa ya? Aku jadi bingung sendiri karena uncle Rehan dan aunty Melodi juga main ke rumah utama Keluarga William. "Dengan aunty Yona," jawabku pada akhirnya. Pelayan rumah itu mengangguk dan menyingkir memberiku jalan untuk masuk ke dalam. Aku berdiri di ruang tamu rumah mewah itu dengan bingkisan berada di tanganku. Rumah ini sangat besar, dan juga penataan perabotan rumahnya sangat bagus. "Mana bik tamunya?" Aku dengar aunty Yona bertanya. "Di ruang tamu nyonya," Aku mendengar suara langkah kaki semakin mendekat, "Cari siapa dek?" Tanya Aunty Yona Aku menoleh dan tersenyum kearah aunty Yona. "Naynaa?" pekiknya menghambus memelukku erat. Aaku membalas pelukan aunty Yona juga. Aunty Yona menatapku, mungkin aunty bingung dengan kedatanganku yang tiba-tiba. "Ada apa sayang ?" Tanya aunty Yona kepadaku. Aku menyerahkan bingkisan yang sudah mommy siapkan sebelumnya. "Ini loh ty, aku bawain oleh-oleh. Kebetulan baru saja sampai kopernya," jawabku tersenyum. Aunty Yona berbinar, "Kleh oleh untuk aunty?" tanya Aunty ku angguki. "Ayo masuk dulu, ada uncle Rehan dan aunty Melodi juga kok," kata aunty Yona mengajakku masuk ke dalam rumah orang tuanya. "Enggak usah deh ty, aku titipin aja punya aunty Melodi. Ini mau ke rumah aunty Nadia juga," tunjukku ke bingkisan yang masih tertenteng di tanganku. "Jangan nolak, ayo kesana kamu kan belum ketemu oma Shinta dan opa Hendra," aunty Yona menarikku masuk ke ruang keluarganya. Aunty Yona berdeham, "Lihat siapa yang datang," ucap aunty Yona membuat semua orang menatap kami. Mereka menatapku dengan mata terbelalak, mungkin tidak menyangka jika aku datang ke sini. "Nayna??", "Kak Nay?", Pekik mereka semua lalu memelukku bergantian, ah aku memang pusatnya perhatian. Aku ditarik Yoan dan Reon duduk di tengah mereka. Mereka berdua tumbuh menjadi lelaki yang sangat tampan, menuruni gen aunty Yona dan uncle Regan. Kata mommy, diantara pasangan yang lain aunty Yona dan uncle Regan pasangan yang paling ruwet. "Hei oma dan opa rindu dengan Nayna," omel Oma Shinta menggeser Reon untuk bisa duduk di sampingku. "Aku juga kangen dengan Kak Nay taukk," omel Ail yang lebih cerewet ketimbang Ale. Alena dan Aileen, putri kembar uncle Rehan dan aunty Melodi. "Sudah sudah, yang paling kangen tentu saja uncle Rehan. Ya kan Nay?" Tanya uncle Rehan dengan mengedipkan matanya kearahku, aku hanya tersenyum. "Ih kamu itu nggak ingat umur! Nayna ada apa tumben loh?" Tanya aunty Melodi. "Imi loh Mel dia bawa oleh-oleh untuk kita," jelas aunty Yona. Suasana rumah ini sangat ramai, mungkin mereka ada acara khusus hingga berkumpul di rumah utama Keluarga William. "Kamu sendiri aja Nay kemari ?" tanya uncle Regan kuangguki. Tiba-tiba saja sebuah suara membuatku menoleh, wanita cantik yang sepertinya adalah kakaknya uncle Rehan yang menikah dengan kakak lelakinya aunty Yona. Oh ini aunty Ariana? "Ini Nayna anaknya Sisil dan Nata ya?" Tanya aunty Ariana kepada semua orang. Beliau menatapku dengan berbinar, entah apa maksudnya dari tatapan matanya itu. "Iya kak. Nayna, dia ini kakaknya uncle Rehan dan kakak iparnya aunty Yona." jelas aunty Melodi. Tuh kan benar tebakanku! "Panggil saja Aunty Ana," kata aunty Ana "Kok aunty sih Mom, panggilnya Mommy juga lah. Kan dia pacar Chiko," ucap seseorang, menggeser tubuh Yoan dengan paksa dan duduk di sampingku sambil memelukku erat. Mataku terbelalak, begitu juga semua orang di sana. "PAAACARRR???" Pekik mereka semua menatap aku dan lelaki itu tidak percaya. Aku hanya melongo menatap Chiko, sedangkan lelaki itu hanya tersenyum menanggapi pertanyaan mereka semua. Astaga, ini kesalahan kebesarku datang ke rumah ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD