Expensive

2112 Words
"Masuk" Setelah mendengar izin itu, tiga orang berseragam hitam masuk ke dalam ruangan pribadi Sang Tuan besar. Mereka terlihat tersipu dan menundukkan wajahnya ketika melihat sang tuan sedang berciuman dengan seorang perempuan cantik berambut pirang.   "Maaf tuan", salah satu dari mereka memberanikan diri. Sang tuan menghentikan aktifitasnya. Dia mengalihkan tatapannya pada tiga orang yang berdiri di hadapannya. Menghiraukan perempuan yang masih mencoba menggodanya.  "Tuan, kami sudah menemukan perempuan itu"  Perlahan senyuman puas terbentuk di wajah dingin sang tuan. Dia menatap ketiga orang itu dengan paus,"Bagus. Berikan laporan lengkapnya padaku malam ini aku akan minta asistenku mengurus bonus untuk kalian."  Tiga orang itu mengangguk dan meninggalkan ruangan sang tuan. Perempuan berambut pirang itu kembali mencoba membangkitkan gairah sang tuan. Tapi pria itu mendorong kepala sang wanita dengan kasar,"Pergilah aku sudah tidak b*******h"  Perempuan itu lalu kembali memakai kaosnya dan pergi berlalu. Saat dia mau menyentuh pintu, dia berbalik "Temui aku kapan pun kau mau. Aku mencintaimu Ar"  Perempuan itu lalu pergi dengan anggunnya.  "Cih?!" Laki laki itu mengumpat pelan. Dia lalu berdiri dan merapikan baju yang dipakainya. Dia lalu berjalan menuju balkon ruangan kerjanya yang mewah. Dinyalakannya seputung rokok dan dihisapnya dalam lalu dikeluarkan,”Tidak lama lagi hingga kita bertemu lagi”. *************************************  Aku berjalan menyusuri lorong kampus ini. Tinggal menyusun skripsi dan aku akan lulus. Walau sejujurnya aku masih bingung akan bagaimana aku nanti setelah lulus. Aku ingin sekali sukses sesuai dengan jurusan yang aku pilih. Seorang desainer terkenal seperti cita citaku dari kecil. Tapi apa daya? Aku tidak memiliki uang untuk bisa menjadikan cita citaku itu jadi kenyataan. Aku tersenyum miris untuk apa aku kuliah di paris dengan jurusan desainer dan aku bela belain melanjutkan kuliah dengan jurusan yang sama, dengan uang jerih payahku sendiri kalau akhirnya aku tidak bisa mewujudkan impian itu.  "Kathy... Kemarilah temani aku makan di kantin. Banyak yang ingin aku ceritakan" Tiba tiba seorang wanita menarik tanganku. Aku menatapnya dna tersenyum mengetahui siapa dia. Dia Jessica Stuart Willan seorang primadona kampus keturunan inggris pakistan dengan rambut pirang ikal yang indah. Wajahnya sangat cantik dengan bibir tebal yang menggoda. Alis tebal dengan bulu mata yang panjang lentik. Hidungnya mancung sempurna. Dia juga tinggi semampai dan jangan lupakan garisi kata KAYA, dia anak tunggal keluarga Willan. Kakeknya adalah seorang pendiri Willa Company, perusahan besar yang bergerak di bidang kuliner terbesar di Eropa. Aku masih berfikir kenapa seorang Jessica Willan mau berteman denganku. Aku kaya saja tidak, well mungkin dulu iya dan tolong garis bawahi kata DULU. Jessica sosok yang low profile dan mudah bergaul dengan siapa saja. Tidak sepertiku yang kehilangan 'cara menjadi anak populer' sejak keluargaku jatuh dan aku pernah mengalami penindasan karena gossip mengenai keluargaku. Jika aku bersebelahan dengan Jessica seperti sekarang ini, mungkin orang akan berfikir "hey, Jessica datang bersama salah satu pembantunya".  Kania pernah bilang kalau rasa percaya diriku yang memang sudah minim itu semakin mengenaskan semenjak aku berteman baik dengan Jessica. Tapi apa lagi yang bisa kulakukan? Aku menyayangi Jessica. Dia adalah sahabatku. Kami duduk di kantin kampus. Jessica memesan lemon tea sedangkan aku memesan orange juice. Seperti biasanya, Jessica selalu menjadi artis mendadak dengan banyaknya mata menatapnya memuja berbeda denganku yang dari tatapan orang orang saja mungkin berkata  "Hebat juga mental perempuan itu ga minder bersanding dengan Jessica"  "Lihat betapa jauhnya kasta mereka"  Oke hentikan khayalan memuakkan itu.  "Kathy, hari ini kamu harus temani aku ke partynya Tomy". Aku mengaduk orange juiceku dan mulai mencoba mengingat siapa Tomy. Ahh,"Tomy? Anak psikologi mantan kamu itu?"  "Yap", Jessica mengangguk bersemangat. "Kamukan tau aku ga suka dengan segala hal berbau party"  "Kumohon Kathy, kau satu satunya sahabat terbaikku. Temani aku yaa. Lagian hitung saja sebagai permintaan maafmu karena akhir akhir ini sulit sekali mengajakmu hangout"  "Jessica", aku menatap Jessica mencoba memprotes. "Kathy please"  Aku mendesah , hentikan tatapan puppy eyes mu itu Jessica, kau tahu kalau kau sudah seperti itu aku tidak bisa menolakmu.  "Baiklah aku akan menemanimu", Aku tersenyum pada Jessica.  "Yeay! Kamu sahabat terbaikku Kathy"  Jessica langsung memelukku. Ya sekarang aku tahu kenapa aku betah dengan menjadi sahabat Jessica. Jessica pribadi yang menyenangkan ada sesuatu dalam dirinya yang membuat siapa saja nyaman. Kenapa Jessica bisa sesempurna itu?   "Kathyyyyyy"  Aku tersentak dan menatap Jessica bertaanya,"Ah, ya? Apa?"  "Kau mulai lagi"  "Apa?" Aku mengernyit tidak mengerti. "Melamun. Sudah berkali kali aku beritahu padamu kebiasaanmu itu bisa membuat beberapa orang menganggapmu aneh.” Jessica berdiri dan mengambil tasnya,”Ayo kita harus mencari baju buat nanti malam"  Jessica kembali menarik lenganku.  Aku masih bergeming, menatap Jessica,"Aku tidak punya uang Jes, sekarang tengah bulan, aku belum gajian"  "Kau pikir untuk apa punya dady kaya? Kita akan memakai credit card dadyku. Ayo"  *************************************  "Jessica kau gila"  Aku mencoba menarik tanganku dari genggaman Jessica. Jessica menarikku memasuki Rendlord Beautique. Apa dia sudah gila? Rendlord Beautique adalah butik terkenal di Virginia, dengan koleksinya yang branded dari forever21 bahkan hingga balenciaga. Dengan berada di luar tokonya saja, tokonya seolah menahanku untuk tidak masuk ke dalam dengan teriakan HANYA UNTUK ORANG KAYA. "Ayolah Kathy, dadyku yang akan membayari gaun kita. Kau tenang saja. Ayo masuk, sebelum banyak gaun yang indah diambil orang"   "Jessica, harga satu baju di toko ini bisa lebih dari gajiku sebulan"  "Kau terlalu berlebihan ayo masuk", Jessica berjalan mendahuluiku memasuki pintu kaca dengan bingkai keramik marmer putih tulang. Aku menghembuskan nafas berat. Aku sadar seberapa kuatpun aku mencoba membatah keinginan Jessica, jawabannya akan sama yaitu MUSTAHIL. Kami memasuki butik mahal ini. Saat masuk saja aku sudah merasa ciut melihat pengunjung yang datang sangat sangat sangat terlihat berkilauan. Kau tahukan maksud berkilauan ini bukan berkilauan seperti di film twilight.  "Ada yang bisa kami bantu kaka?" Kata seorang perempuan mungil dengan seragam butik mahal ini.   "Berikan aku koleksi gaun cocktail kalian. Ah satu lagi yang cocok untuk kami sexy but still elegant mengerti"  "Baik ka. Silahkan ikuti saya", pelayan itu tersenyum dan berjalan mendahului kami. Kami mengikuti perempuan itu ke bagian dalam butik mahal ini.   Kami tiba di salah satu bagian butik, terdapat lemari kaca memanjang dari ujung ke ujung memamerkan banyak manikin dengan gaun gaun cantik. Terdapat pula rak memanjang yang berisi banyak gaun yang digantung. "Ini bagian yang kaka kaka cari. Enjoy your time", Perempuan itu lalu tersenyum dan berdiri di samping Jessica.  Jessica langsung tersenyum sumringah seperti baru menemukan harta karun, dia lalu berlari kecil deretan gaun itu.  "Kathy pilih manapun gaun yang kamu suka. Anggap saja hadiah mau menemaniku. Lagian dadyku ini yang membayar bukan aku"  "Credit card dadymu yang membayarnya bukan dadymu"  Jessica tertawa mendengar penuturanku.  "Tutup mulutmu dan bawa p****t sexy mu itu ke sini, cari gaun yang cantik dan aku akan membayarnya".  Aku berjalan ke arah gaun yang digantung dan memilah milah gaun di hadapanku. Gaun cocktail yang well cukup membuat laki laki meneteskan liur bila melihatnya,"Apa ini tidak terlalu berlebihan?"  "Kathy darling, Tomy itu adalah remaja tampan yang popular dan temanya adalah sexy night. Lalu kamu mau mengenakan apa? Kostum panda?” Jessica menunjuk beberapa manikin,"Aku akan mencoba itu, itu dan itu" Sang pelayan mengangguk,”Silahkan masuk ke ruang ganti dulu Nona, biar saya ambilkan gaunnya”  Jessica mengedipkan sebelah matanya padaku dan berjalan kea rah ruang ganti.  Aku menggelengkan kepalaku mendapati sifat Jessica yang terkadang suka menyepelekan segala hal, dia juga tipe yang bertidak tanpa berfikir. Aku kembali melihat melihat gaun di depanku. Tidak ada yang cocok. Satu terlalu rendah dadanya. Satu terlalu pendek bawahannya bisa kau bayangkan 30 cm dari lututku sekalian saja tidak usah pakai bawahan. Satu lagi terlalu tipis. Satu lagi terlalu pas melekat di badan aku berasa seperti tidak memakai baju. Aku hampir frustasi mencari gaun yang pantas. Hingga akhirnya mataku menangkap sosok Jessica yang keluar dari ruang ganti. Mataku hampir tidak berkedip melihatnya. Sangaaaattttt cantik. Gaun hitam glamour bling bling polos berlengan panjang dengan potongan d**a yang pas tidak rendah tapi tetap memamerkan kulit dadanya yang putih mulus. Panjang gaun itu sekitar 15 cm di atas lutut.   "Bagaimana menurutmu?"  "Cantik" "Benarkah?" Jessica tersenyum sumringah dia lalu memutar badannya.   Astaga demi apapun mataku hampir copot melihat belakang gaun itu. Gaun itu tidak menutupi punggungnya hingga pinggang. Backless. Tanpa bra. "Jessica?!"  "Apa?" Jessica menatapku dengan polos.  "Apa kau tidak berfikir bahwa gaun yang kau kenakan terlalu terbuka?"   "kamu pasti bercanda. Ini gaun yang smepurna. Kau tahu? Banyak teman teman kaka Tomy juga diundang di acara ini. Kau tahukan Kakanya Tomy itu bisnisman muda? Jadi tentu saja akan banyak bisnisman muda yang tampan hadir di acara itu, baik bagiku untuk mengenakan baju yang lebih berani, supaya aku tidak terlihat seperti anak kecil. Siapa tahu aku akan bertemu jodohku."  Aku mengabaikan Jessica dan kembali memilah baju,"Yaah dan jangan lupakan yang tua dan buncit"  "Kathy.. Kau terlalu pesimis."  "Sebenarnya kau tahukan setampan apapun laki laki itu, jika dia tidak seperti pangeranku, dia tidak akan pernah menarik hatiku"  "Ya pangeranmu itu adalah laki laki tampan berkuda putih. Dan jika dilihat dari kacamata jaman sekarang, pangeranmu itu adalah laki laki texas peternak berbau kandang sapi dan jangan lupakan tidak tampan."  Aku meringis,"Kau terlalu jujur Jess" Tiba tiba Jessica sudah berdiri di hadapanku,”Kamu masih belum menemukannya?” Aku menggeleng. Semua gaun ini kekurangan bahan. Dia memilah milah hingga dia mengeluarkan satu baju kekurangan bahan berwarna biru tua yang membuatku berfikir 2x untuk menamainya gaun kekurangan bahan karena gaun ini sangaaaaat indah,"Kenakan ini", Jessica mendorongku kea rah pelayan berbadan mungil tadi.  Aku menutup pintu kamar ganti dan mulai mengenakan gaunnya. Setelahnya aku melihat pantulan bayanganku di cermin, gaun berwarna biru gelap yang indah. Gaun ini ditali ke belakang leherku hingga membuat leherku terlihat jenjang. pas sekali membentuk tubuhku hingga memamerkan liukan pinggangku. Gaun ini juga tidak terlalu pendek pas selutut. Walau gaun ini tidak menutup 100% punggungku tapi aku tetap menyukainya. Gaun ini membuatku tampak lebih tinggi. Aku lalu keluar untuk memperlihatkannya pada Jessica. Jessica sudah memakai bajunya kembali. Dia sibuk memainkan ponsel pintar barunya.  "Jessica bagaimana menurutmu?"  Jessica mengalihkan matanya dan terpaku menatapku. Matanya tampak berkaca kaca melihatku.  "Kathyyyyy",Jessica langsung menubruk dan memelukku. "Kau sangaaatt cantik dan menawan Kathy. Kau ambil gaun ini"  Jessica lalu melepaskan pelukannya.  Aku tersenyum kikuk padanya. Mataku lalu beralih ke bandrol harga di pinggir rok. Dan mataku langsung membulat. Ini gila. Butik ini tidak hanya mahal tapi pemerasan namanya.  "Hey? Kau kenapa Kathy?"  “harga gaun ini hampir setara sewa flatku selama setahun Jessica” "Kathy.. Jangan berlebihan seperti itu. Sudah sana lepaskan gaun itu dan kita bayar."  "Jessica. Gaun ini memerasku kau tahu?"  Jessica mengibaskan lengannya masih memainkan iphone dengan tiga kamera itu,"Kathy, bayar saja oke"  "Jessica"  Jessica mengalihkan pandanganya padaku dan menatapku memelas,"Please"  Aku menghembuskan nafas berat dan kembali ke kamar pas sambil menghentakkan kaki. Kudengar Jessica tertawa kecil mungkin karena tingkahku. Aku lalu mengganti gaun pemerasan ini dengan bajuku. Aku lalu keluar. Jessica langsung mengambil gaun di tanganku. Kami berdua berjalan ke arah kasir.   "Berapa semuanya?"  Oke mungkin aku salah aku dengar  "Berapa mba?" Aku mengulangi pertanyaan Jessica Oke mungkin aku sudah gila. Bagaiman bisa dua potong kain seharga sebuah mobil? Yang kurasakan selanjutnya adalah semuanya gelap.  *************************************  "Ahh thanks God kukira kau mati"  Aku mengerjap ngerjapkan mataku. Aku melihat sekeliling, ini bukan rumah sakit aku yakin itu ini terlihat seperti salon? Aku ada di salon? Aku yang gila atau memang aku sekarang ada di salon?  "Kita di mana?"  "Kita di Salon. Asalnya aku mau bawa kamu ke rumah sakit tapi kulihat jam sudah jam 5 sedangkan partynya jam 8 aku takut kita ga keburu ya udah aku bawa kamu ke salon. Tapi tenang sepatu udah di tangan."  Jessica mengambil dua buah bungkusan disebelah tempat duduknya.   "Tadaaaa heels gucci dan sudah dicocokkan dengan gaun kita"  "Gucci?"  "Yup"  Aku sudah tidak mau bertanya lebih lanjut, sudah kukatakankan Jessica selalu bertindak tanpa berfikir. Apa yang akan dilakukan kakek Jessica jika dia tahu bagaimana cucunya menghabiskan uang. Bukan tidak mungkin jika Jessica akan dikirim ke Ethiopia. Aku beralih menatap cermin, hal pertama yang kulihat adalah seorang perempuan dengan make up tipis yang sangat cantik. Rambut perempuan itu terurai dengan curly cantik di ujungnya. Aku tersenyum menatap ciptaan Tuhan yang indah itu. Hey tunggu dulu kenapa saat aku tersenyum dia ikut tersenyum? Aku mengedipkan mataku dan perempuan itu juga ikut berkedip. Apa jangan jangan..  " Lihat dirimu. Kau sangat cantik Kathy. Aku jadi ingin menangis kalau saja aku tidak ingat aku sudah dimake up"  Aku terperangah mendengar ucapan Jessica. Jadi perempuan cantik itu adalah aku? Evangeline Kathyline Esmeralda Antonio? Kau pasti bergurau. Aku menatap kembali bayanganku di cermin. Dan meraba wajahku. Aku tersenyum dan menatap Jessica. Jessica juga sangaaattt cantik make up tipis mempertegas wajahnya yang memang cantik. Rambutnya di luruskan aku sedikit menyayangkan hal itu karena menurutku Jessica lebih cantik dengan rambut ikalnya.  "Ayo cepat ganti baju. Waktu kita satu jam lagi sebelum party dimulai."  Aku mengangguk lemah mengambil bungkusan milikku dan berjalan ke toilet salon.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD