Bab 72

1319 Words
Saat ini Harmoni dan Dewa sudah berjalan saling beriringan menuju arah aula seminar. Saat sudah berada tepat di depan pintu ruangan tersebut, Dewa menahan pergelangan tangan Harmoni. "Ada apa?" tanya si empunya tangan menatap ke arah Dewa. "Masih ingat dengan apa yang aku katakan?" tanya Dewa ingin kembali mengingatkan Harmoni. Gadis itu tersenyum pada Dewa sembari mengangukkan kepalanya pertanda, jika ia ingat semua hal yang sudah di jelaskan padanya saat berada di ruangan Dewa yang hanya dipenuhi dengan berbagai foto pada dinding ruangan bercat putih tersebut. "Bagus! yang jelas kau harus ingat dan ...." "Iya, Sayang! bisik Harmoni tepat di telinga Dewa dan jarak antara keduanya sangat dekat. Dewa yang sengaja menoleh ke arah Harmoni hampir saja menempelkan bibirnya pada bibir sang gadis namun, Harmoni lebih sigap dan tahu kondisi. "Jangan macam-macam, Tuan! ini masih wilayah umum, kau tak boleh seperti itu di hadapan para mahasiswamu," sindir Harmoni pada Dewa. Tangan Harmoni langsung menarik gagang pintu ruangan tersebut dan mulai masuk ke dalam, sementara Dewa hanya tersenyum sendiri seperti orang gila karena baru kali ini Harmoni memanggilku dengan sebutan sayang. Saat Harmoni masuk ke dalam ruangan itu, semua pasang mata lagi-lagi mengelu-elukan dirinya. Dilihat dari atas sampai bawah, semua yang menempel pada Harmoni seperti magnet yang mampu menarik perhatian para mahasiswa dan mahasiswi yang hadir di ruangan tersebut. Di belakang gadis itu juga diikuti oleh Dewa, pria bermata biru dengan kacamata yang masih bertengger di kedua matanya. Seksi, tampan, dan jantan, adalah perpaduan yang sangat komplit bagi para kaum hawa yang ingin meminang Dewa menjadi suami masa depan mereka. Dewa dan Harmoni melangkah ke arah meja yang sudah tersedia di depan dengan beberapa kursi yang juga sudah berjajar rapi menunggu penghuninya datang. Jason, Lani, Mona, dan Hicob sudah menunggu mereka berdua sedari tadi dan beruntungnya hanya memakan waktu 10 menit saja. Hicob yang menjadi dalang dari semua rencana ini hanya bisa mengusap dadanya karena merasa lega, akhirnya waktu kembali berjalan normal. Hicob sangat tahu bagaimana watak Dewa, pria itu biasanya cukup lama bersama dengan orang yang ia kasihi namun, kali ini Hicob cukup takjub dengan perubahan yang terjadi pada Dewa. Waktu yang dibutuhkan Dewa, jika diperkirakan, biasanya lebih dari 10 menit namun, saat ini sungguh pencapaian yang sangat bombastis menurut Hicob, pas 10 menit waktu yang Dewa gunakan untuk melepas rindu dengan Harmoni. Wajah Harmoni dan Dewa terlihat lebih bersinar dari sebelumnya dan Hicob paham akan hal itu. "Seharusnya Anda berterima kasih kepada saya, jika saya tak peka, saya sangat yakin, pasti Anda akan terus mencuri pandang terhadap Nona Harmoni," celoteh Hicob dalam hatinya. Dewa dan Harmoni sudah duduk di tempat masing-masing dan kebetulan posisi tempat duduk gadis itu berada di tengah-tengah antara kedua pria yang saat ini sudah sama-sama jatuh hati padanya. Harmoni melihat ke arah kanan di mana Dewa berada, sementara di sebelah kirinya sudah ada Jason dengan senyum yang ia umbar pada Harmoni sedari tadi. "Kenapa aku seperti dihimpit oleh dua beton sekaligus seperti ini? apa panitia penyelenggara sengaja membuat tempat dudukku seperti ini?" pikir Harmoni dalam diamnya. "Baiklah! karena semua pengisi acara sudah hadir, maka kita akan memulai acara seminar para pengusaha muda yang sukses di bidangnya dan kami harap, semua mahasiswa dan mahasiswi yang hadir, bisa menjadikan ketiga tauladan ini untuk acuan kalian semua, agar meraih kesuksesan yang sama seperti para pengusaha yang sudah berada di hadapan kalian semua," tutur pembawa acara pada pagi hari ini. "Sebelum kita memulai acara ini, mari kita sama-sama berdoa, agar acara pagi ini berjalan dengan lancar dan sukses," pandu pembawa acara tadi sembari menundukkan kepalanya memanjatkan doa. Setelah pembawa acara itu kembali menegakkan kepalanya, ia kembali melanjutkan acaranya. "Selaku pemilik dari universitas ini, kepada Bapak Dewa Abraham, dipersilahkan untuk memberikan salam sambutan." Semua mata tertuju pada Dewa saat pria itu berdiri dengan jari telunjuk membenarkan posisi kacamatanya. "Jadi ini yang namanya pak Dewa." "Tampan sekali!" "Cocok dengan perempuan yang berada di tengah itu." "Dia pemilik kampus kita, masih muda dan tampan, aku ingin menjadi kekasihnya." Seperti itu bisikan para mahasiswi yang baru tahu, jika pemilik kampus yang mereka tempati untuk menimba ilmu ini sangat tampan dan masih muda, bukan bapak-bapak atau bahkan kakek-kakek. Dewa dan Hicob hanya bisa tersenyum mendengar bisikan itu karena telinga mereka lebih peka dari seekor serigala. "Baiklah, selamat pagi semuanya, saya di sini tak ingin banyak memberikan kata sambutan, satu hal yang ingin saya ingatkan pada semua mahasiswa dan mahasiswi, agar kalian semua mengikuti dengan seksama acara seminar yang saya adakah untuk kepentingan dan sebagai acuan kalian semua, agar ke depannya, kalian bisa terinspirasi dari kami para pengusaha muda dan kalian semua bisa membangun lapangan pekerjaan untuk para karyawan yang membutuhkan, bukan hanya bercita-cita ingin bekerja dengan gaji yang besar, setidaknya kalian ada rencana untuk membangun usaha kalian sendiri dan membuka lahan pekerjaan bagi para pekerja di luar sana, hanya itu yang bisa saya sampaikan dan terima kasih," sambut Dewa tersenyum tampan pada semua mahasiswa dan mahasiswinya. "Baiklah, karena sambutan dari Bapak Dewa Abraham sudah selesai, mari kita langsung menuju ke acara selanjutnya, yaitu bagaimana proses perjalanan para pengusaha muda ini sampai mereka mencapai gelar pengusah muda di negara kita, kepada Bapak Jason, kami persilahkan," tutur pembawa acara tersebut. Jason mendengar namanya di panggil, akhirnya pria itu berdiri tegap dengan senyum yang ia umbar pada setiap pasang mata yang melihatnya. "Terima kasih untuk waktunya dan saya berada di sini hanya ingin menyampaikan beberapa poin penting dan hal tersebut bukan niatan untuk menyombongkan diri, murni hanya untuk mendongkrak semangat para adik-adik yang saat ini masih menempuh studi dan sebagai motivasi kalian semua, agar lapangan pekerjaan di negara kita bisa lebih banyak dan berkembang lagi karena lapangan pekerjaan sangat dibutuhkan jadi, kami harap setelah acara ini selesai, kalian semua bisa mempertimbangkan atau bahkan memiliki suatu rencana masa depan yang sangat bagus kedepannya," jelas Jason membuat Harmoni salut pada pria yang kini berpidato seperti layaknya seorang yang sangat profesional di bidangnya. "Saya mengawali karir saya karena keadaan orangtua yang memang sudah tidak memungkinkan melanjutkan memegang kendali perusahaan dan saya sebagai anak tunggal harus bisa menjadi pengganti mereka, tetap memberikan para karyawan pekerjaan, jangan sampai mereka kehilangan pekerjaan mereka, di dunia modern seperti sekarang ini, kita harus memiliki ide-ide yang baru, mengikuti zaman, trik saya membangun perusahaan seperti itu, intinya kita sebagai pengusaha harus pintar memilih peluang yang saat ini cukup membuat perusahaan lambat laun bisa merangkak naik ke atas dan motivasi saya ingin menjadi pengusaha yang sukses adalah seorang gadis," jelas Jason panjang lebar. Saat alasan Jason di paparkan, semua bibir mengukir senyum mereka. Tak terkecuali dengan Jason yang juga mengukir senyumannya. Harmoni yang masih tak sadar, jika gadis yang di sebut oleh Jason adalah dirinya, hanya bisa ikut tersenyum kagum pada besarnya cinta pria itu pada sang gadis pujaan. Berbeda dengan Dewa yang hanya menatap datar ke arah Jason dengan jari telunjuk yang ia letakkan di dagunya. Dewa sangat tahu siapa gadis yang dimaksud oleh Jason, pasti gadis itu adalah Harmoni, gadis yang saat ini sudah sah menjadi kekasihnya, meskipun hanya pura-pura. "Cinta saya terhadap gadis itu sangat besar, sampai saya ingin membangun perusahaan saya sendiri, meskipun masih masuk dalam warisan keluarga, tapi saya bangga, karena berkat kegigihan saya, perusahaan itu perlahan merangkak naik dan hanya dengan hitungan dua bulan, kami bisa membawa nama perusahaan ke tingkat yang lebih dikenal oleh orang-orang dan semua itu tak luput dari kerjasama antara semua karyawan yang sangat ulet jadi, jangan pernah takut memulai sesuatu yang menurut kalian itu baik karena usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil jadi, kerahkan semua ide cemerlang kalian, agar kalian bisa menjadi salah satu dari kami bertiga, sekian dan terima kasih," tutur Jason menundukkan kepalanya mengakhiri pidatonya. Prok prok prok prok Suara tepuk tangan yang saling bersahutan menggema di aula seminar tersebut. Mereka semua kagum akan hal-hal yang di sampaikan oleh Jason. Semangat para mahasiswa dan mahasiswi itu kini mulai terlihat jelas di setiap wajah mereka dan Hicob tersenyum karena rencananya berhasil membangun jiwa pengusaha muda dalam diri para mahasiswa dan mahasiswi kampus milik Dewa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD