Rencana Licik Joni

1557 Words
Beberapa menit kemudian, setelah Harmoni dan Joni menunggu, akhirnya minuman pesanan mereka datang. Seorang pelayan pria meletakkan kopi latte tersebut di meja Harmoni dan Joni. Pria itu langsung menyeruput kopi tersebut tepat di hadapan Harmoni, tanpa permisi. "Saya memang terkesan mungkin sedikit ceroboh, tapi saya memang sengaja langsung meminum kopi ini karena saya hanya ingin memberitahu kepada Anda secara tidak langsung, jika kopi latte di tempat ini, memang sangat enak dan silahkan dicoba," tutur Joni pada Harmoni. "Tidak apa, saya mengerti maksud tersembunyi yang Anda lakukan, ini seperti bagian dari promosi Anda untuk restoran ini," komentar Harmoni atas kelakuan Joni. Harmoni langsung mencoba minuman tersebut dan memang benar seperti apa yang dikatakan oleh kliennya itu, ternyata minuman di restoran ini memang sangat enak. "Bagaimana? enak?" tanya Joni dengan raut wajah penuh harap, jika gadis yang berada dihadapannya saat ini menganggukkan kepalanya atau mengatakan kata "iya". "Sangat ...." Harmoni sengaja menggantung kata-katanya, agar pria yang saat ini berada tepat di hadapannya merasa sedikit tegang. "Sangat apa? kenapa Anda sangat suka membuat orang lain penasaran, Nona Harmoni!" tutur Joni secara blak-blakan. "Sama seperti Anda, yang membuat saya lebih penasaran lagi," tutur Harmoni ambigu. Saat mendengar penuturan dari mulut Harmoni, pria itu seketika melirik ke arah Harmoni penuh rasa besar kepala yang sangat tinggi. "Apa benar, saya sudah bisa membuat Anda penasaran?" tanya Joni mematikan lagi. "Tentu saja! apa kita tak apa, jika mengobrol lebih dulu sebelum menuju ke arah pembicaraan yang berhubungan dengan perusahaan?" tanya Harmoni kembali menyesap kopi latte yang membuat indera perasanya semakin candu. "Kenapa tidak? kata "iya" hanya untukmu, Nona!" Joni tersenyum sumbang dan Harmoni dapat merasakan senyum isyarat akan penuh tipu muslihat di dalamnya. "Sejak kapan, Anda membangun perusahaan itu?" tanya Harmoni blak-blakan karena gadis itu tak ingin berlama-lama bersama dengan pria yang menurutnya harus diwaspadai. "Baru 4 bulan yang lalu," sahut Joni jujur. Arah tatapan mata Harmoni langsung menyorot kedua manik mata Joni dan tak ada kebohongan di sana. "Jadi Anda ...." "Saya masih sangat bau kencur sekali, dibandingkan dengan Anda yang sudah sangat berpengalaman," rendah Joni. "Bukan itu maksud saya, semua orang bisa kapan saja mengambil alih sebuah perusahaan, asal orang tersebut sudah sangat berpengalaman dalam bidangnya dan kata pengalaman itu bukan hanya berapa lama kita bekerja di sebuah perusahaan, akan tetapi, seberapa peka kita menelaah tiap hal yang berhubungan dengan perusahaan, meskipun hanya sebagai pemerhati saja, tanpa harus turun tangan kelapangan, jika diri kita mampu memahami, maka orang tersebut sudah dapat kita sebut berpengalaman dan terkadang, orang yang diam-diam berada di balik layar, orang itu lebih cerdas dari seseorang yang sering berada di depan layar," jelas Harmoni panjang lebar. Senyum manis pria itu haturkan pada Harmoni. "Anda terlalu menyanjung, Nona!" "Tapi itu kenyataannya," timpal Harmoni kembali menyesap kopi latte miliknya. Joni kembali menebar senyum manisnya pada Harmoni, agar gadis itu sedikit tertarik padanya namun, pada kenyataan, Harmoni sebenarnya sangat muak harus bersandiwara dengan pria macam Joni ini. "Jika bukan karena ingin tahu siapa kau sebenarnya, aku tak akan mau duduk berlama-lama denganmu," gerutu Harmoni dalam hati yang sudah sangat dongkol dengan sandiwara yang ia mainkan sendiri. "Apa sebelum Anda menjabat sebagai CEO, posisi itu masih ada pada ayah Anda?" tanya Harmoni pura-pura penasaran. "Ya," sahut Joni datar. "Kenapa harus di turunkan pada Anda? apa terjadi sesuatu dengan ayah Anda?" tanya Harmoni lagi yang ingin memancing percakapan kali ini. "Dia sedang lelah mengurus perusahaan dan mungkin dia saat ini sedang bersantai saja tanpa melakukan apapun karena ... saat ini, dia tengah berlibur, tapi tempat yang dia pilih menurut saya kurang pas," tutur Joni semakin memancing spekulasi pada benak gadis itu. "Kurang pas? kenapa?" tanya Harmoni terus berusaha mengulik kenyataan hidup Joni. Joni bukannya menjawab, pria itu malah tersenyum meledek pada Harmoni. "Apa Anda sangat penasaran dengan cerita ayah saya?" tanya balik Joni membuat mulut Harmoni bungkam seketika saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Joni. "Jangan-jangan, pria ini sudah mulai curiga padaku? sebaiknya aku mengalihkan topik saja untuk sementara waktu," pikir Harmoni. "Tidak terlalu penasaran dan biasa saja," jelas Harmoni melempar senyum manis pada Joni. "Syukuran! karena, jika Anda memaksa, maka saya akan menceritakan semuanya," ucap Joni lagi. "Sepertinya itu mengarah ke hal yang bersifat pribadi jadi, mari kita diskusikan pekerjaan kita saja," pinta Harmoni mencoba menghilangkan rasa curiga pada Joni. "Tentu saja, Nona! lebih cepat lebih baik." Joni segera mengeluarkan berkas yang berada di dalam tasnya dan pria itu meletakkan berkas tersebut tepat di hadapan Harmoni. "Silahkan di pelajari, semoga Anda tertarik dengan ide perusahaan saya," hatur Joni yang lagi-lagi mengumbar senyumnya. Karena berkas perusahaan milik Joni sudah berada tepat di hadapannya, Harmoni akhirnya membuka dan melihat berkas tersebut, apakah perusahaan Joni layak berkerjasama dengan perusahaannya atau tidak. Tiba-tiba senyum licik pria itu seketika terbit, saat Harmoni tengah sibuk membaca setiap kata yang terdapat dalam lembaran berkas yang ia bawa. Karena terlalu fokus, gadis itu sampai tidak sadar, jika ada sesuatu seperti cairan yang menyemprot dirinya dari atas dan Harmoni tak menyadari hal tersebut. "Bagaimana, Nona? apa Anda tertarik bekerjasama dengan perusahaan kami?" tanya Joni sembari menyentuh tangan Harmoni. Gadis itu seketika menatap ke arah telapak tangan Joni yang seenaknya menyentuh telapak tangannya. Arah tatapan mata tajam Harmoni langsung menukik ke arah pria tersebut. "Jangan sembarang, Tuan!" desis Harmoni membuat pria itu seketika mengangkat kedua tangannya tanda ia menyerah. "Maafkan tangan yang lancang ini," sesal Joni diiringi senyuman tipisnya. "Masih belum bereaksi rupanya," gumam Joni dalam hati. Harmoni kembali fokus pada berkas yang berada dihadapannya dengan kedua alis yang masih saja hampir menyatu karena gadis itu saat ini sungguh benar-benar merasa kesal dengan kelakuan Joni. Saat Harmoni sedang dalam keadaan fokus mencermati setiap isi dari berkas yang diberikan oleh kliennya, pria tersebut yang tak lain adalah Joni sedikit menoleh ke arah sebelah kirinya di mana seorang kasir perempuan juga tengah menatap ke arahnya dan seketika, anggukan di gerakkan oleh kepala Joni dan kasir wanita itu tersenyum manis pada Joni. Lagi-lagi sebuah semprotan yang menghasilkan cairan embun, luruh menerpa bagian tubuh Harmoni dan gadis itu tak sadar akan hal tersebut namun, arah tatapan mata Joni tertuju tepat ke atas, di mana arah semprotan tersebut berasal. Kali ini tubuh Harmoni bereaksi. Gadis itu merasa ada sesuatu yang aneh pada tubuhnya namun, Harmoni coba mengabaikan hal tersebut dan kembali fokus dengan berkas yang saat ini masih berada tepat di hadapannya. Senyum penuh kemenangan terukir dari bibir Joni karena dia bisa memastikan dari kegelisahan dalam diri Harmoni menandakan, jika semua rencananya berjalan dengan lancar. "Tinggal menunggu kapalnya karam," sorak Joni dalam hatinya. Pria itu membenarkan posisinya dengan menyilangkan kaki kirinya dan kedua tangannya ia lipat. Joni terus memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan oleh Harmoni dan gadis itu kali ini benar-benar cukup merasa tak nyaman karena ia merasa dirinya sangat gerah, padahal baju yang ia pakai juga tidak terlalu tebal dan sedari tadi ia merasa aman-aman saja namun, saat ini tubuhnya terasa begitu penuh dengan keringat. Harmoni segera mengambil beberapa tisu yang berada di meja itu dan mengusap pelipisnya secara perlahan dengan gerakan lembut karena ia tak ingin make-up yang sudah melekat pada wajahnya berantakan karena ulahnya sendiri. "Anda kenapa, Nona?" tanya Joni pura-pura bodoh. "Tidak apa-apa, Tuan! hanya saja saya berkeringat," tutur Harmoni yang menatap ke arah Joni dengan tatapan curiga. "Jangan-jangan, ada sesuatu dalam kopi yang aku minum ini?" tanya Harmoni dalam hati dengan arah mata yang tiba-tiba tertuju ke arah kopi yang ia minum. Joni sadar, jika Harmoni nampak sudah mulai curiga dengan kopinya. Dengan gerakan cepat, Joni akhirnya mengambil gelas yang berisi kopi milik Harmoni dan meminum kopi tersebut sampai habis tak tersisa. Gadis itu dibuat terkejut dengan kelakuan tak sopan dari kliennya. "Apa yang kau lakukan? kenapa seenaknya saja meminum minuman milik orang lain," cecar Harmoni yang kesal pada tindakan Joni yang tak tahu tata krama. "Saya tahu, jika Anda curiga dengan minuman itu dan saya meminumnya sampai habis ingin membuktikan, jika minuman tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan keringat yang mencucur dari pelipis Anda," jelas Joni membuat raut wajah Harmoni langsung menegang bukan main. "Apa pria ini bisa membaca pikiran seperti, Dewa?" tanya Harmoni dalam hati dan seketika gadis itu coba membuang pemikirannya tentang Dewa. "Kau menuduhku tanpa bukti, Tuan! apa kau tak tahu, jika itu bisa menjerumuskan dirimu," ledek Harmoni ingin mencairkan suasana yang mulai memanas. "Astaga! apa mungkin aku yang terlalu gegabah dalam mengambil kesimpulan mengenai raut wajah seseorang," sesal Joni diiringi senyum manisnya pada Harmoni. "Mungkin," sahut Harmoni kembali fokus pada berkas itu yang sudah tinggal 1 lembar lagi untuk ia pelajari lebih lanjut. Pria itu hanya bisa menunggu, kapan rencananya akan benar-benar berjalan dengan mulus. Lima menit setelah perdebatan tadi, akhirnya tubuh Harmoni kali ini benar-benar terasa sangat panas dan ia ingin sekali membuka bajunya di sana namun, nampaknya akal sehat gadis itu masih normal. "Aku ini kenapa? apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhku?" tanya Harmoni pada dirinya sendiri. "Sudah mulai bereaksi dan saatnya menjalankan misi selanjutnya," tutur Joni dalam hati. Pria itu kembali mencoba menyentuh punggung tangan Harmoni dan kali ini bukan penolakan yang gadis itu lakukan, melainkan hanya sebuah tatapan sendu saja yang dapat Harmoni berikan pada Joni. "Apa Anda baik-baik saja, Nona?" tanya Joni yang hanya bersandiwara di hadapan Harmoni. "Apa kau melakukan sesuatu padaku?" tanya Harmoni yang sudah dapat memastikan, jika itu semua pasti perbuatan Joni. Senyum licik langsung terukir indah dari bibir pria itu. "Tentu saja! untuk mendapatkanmu dan membalas semua penderitaan keluargaku," sahut Joni mengatakan semua kebenaran yang ada pada Harmoni.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD