Seperti yang Asa ucapkan tadi kepada Iza, sepulangnya ia dari kuliah, ia menunggu Aby ditempat fotokopian dekat kampus. Ia dan Aby akan berangkat bersama menuju butik untuk fitting baju. Lisa dan Suci telah menunggu mereka berdua di butik itu. Yang membuat ia kesal adalah kenapa sang Bunda menyuruhnya tidak lebih tepatnya memaksanya berangkat bersama Aby. Padahal ia bisa berangkat sendirian kesana tanpa perlu bersama Aby. Tinggal pilih baju yang cocok setelah itu dia akan pulang tidak perlu ribet-ribet berangkat bersama. Huh baru kali ini ia merasa sangat kesal. Ditambah Aby lama sekali munculnya membuat Asa ingin meninju wajah Aby saking kesalnya ia menunggu.
Mobil berwarna hitam berhenti tepat didepan Asa, tak perlu ia menebak-nebak karena ia sudah tau pasti kalau itu adalah Aby. Dengan kesal, ia membuka pintu belakang mendudukan dirinya dan sedikit membanting pintunya ketika ia menutupnya.
"lama banget sih?"
"ya maaf soalnya tadi aku ada tugas kampus sebentar" setelah Asa menerima lamarannya, Aby memang mengubah panggilannya kepada Asa dengan Aku-Kamu an, tetapi tidak dengan Asa, ia masih mengunakan bahasa formal ketika berbicara dengan Aby.
Asa hanya mendengus
"aku bukan supir kamu loh" celetuk Aby.
"terus?"
"pindah kedepan"
"jalan atau saya turun" ancam Asa.
Mendengar ancaman Asa, tanpa ba bi bu, Aby mulai menghidupkan mesin mobilnya dan menjalankannya menuju butik dimana ia dan Asa akan melakukan fitting baju pengantin. Selama perjalanan tak ada pembicaraan yang terjadi baik Asa maupun Aby memilih bungkam. Asa memang malas untuk bebicara dengan Aby dan Aby yang bingung ingin berbicara apa.
Sesampainya mereka di tempat tujuan, Asa tanpa patah kata langsung turun dari mobil Aby memasuki butik meninggalkan Aby yang berdecak kesal karena ditinggal oleh Asa. Aby menyusul Asa memasuki butik setelah sebelumnya ia memarkirkan mobilnya.
Ia melihat Asa sedang berbicara dengan Bundanya dengan muka tertekuknya. Di lain sisi Mamanya yang sedang melihat-lihat kebaya pengantin berbeda corak dan warna.
"Asa" panggil Aby.
"apa" ketus Asa.
"Asa jangan ketus gitu sama calon suami kamu" tegur Suci kepada putrinya.
"iya Bunda" Asa menyahut dengan malas.
Lisa menghampiri Asa, Aby dan suci lalu memperlihatkan sebuah kebaya pengantin berwarna putih dengan corak-corak yang unik.
"Asa lihat nih, Mama udah pilihin kamu kebaya. Kayaknya ini cocok deh buat kamu"
Dengan malas, Asa mengambil kebaya yang disodorkan oleh Lisa, lalu melangkahkan kakinya menuju ruang ganti untuk mencoba kebaya itu. Setelahnya ia keluar menunjukannya kepada Aby, Lisa dan Suci yang terperangah melihat Asa yang semakin cantik mengenakan kebaya itu.
"cantik" gumam Aby.
"kan apa Mama bilang, kamu cocok pakai kebaya itu. Makin cantik" Asa hanya tersenyum tipis menanggapinya.
"aduh anak Bunda cantik sekali" Asa tertawa pelan.
Anggap aja yang pake baju pengantin itu Asa ya
"perempuan pasti cantik Bunda"
"sekarang giliran Aby ya, yang nyobain jasa sama kemejanya" Lisa menyodorkan Jas dan kemeja berwarna putih. Aby mengangguk patuh melangkah menuju ruang ganti. Ia keluar setelah memakai kemeja dan jasnya. Asa yang sedang sibuk melihat kebaya yang ia pakai mematung ketika melihat Aby keluar dari ruang ganti. Ia akui Aby memang tampan sekarang ditambah dengan jas dan kemeja berwarna putih yang ia pakai semakin terlihat tampan.
"wah kalian serasi sekali" komentar Lisa dan Suci.
Asa yang sudah sadar dari kekagumannya terhadap Aby, memutar dua bola matanya malas.
"bajunya yang serasi, sama-sama berwarna putih"
"gimana?. Apa masih mau mencari pakaian yang lain?" tanya seorang penjaga butik ini.
"gimana Asa?"
"ini aja deh Bun, Asa capek kalau harus bolak-balik ganti pakaian."
"kalau Aby?"
"ini aja deh"
Kedua wanita paruh baya itu mengangguk.
"cukup yang ini aja Mbak"
Mbak-Mbak yang bername tag Aida itu mengangguk. Aby dan Asa pun kembali keruang ganti untuk kembali mengganti pakaiannya.
Asa yang selesai terlebih dahulu, menghampiri Suci dan Lisa.
"Bun, Ma, Asa pulang duluan ya udah capek banget soalnya"
"loh nanti tunggu Aby sebentar ya, kamu bareng sama Aby. Bunda sama Mama Lisa mau ketempat katering nya dulu"
Asa berdecak, masa dia akan pulang bersama Aby lagi sih.
"gak usah Bun, Asa biar pulang sendiri aja naik taksi"
"loh kenapa?"
"eem ya gak apa-apa"
"kamu pulang sama Aby aja ya?" ucap Lisa
"t-tapi Ma-.."
"gak ada tapi-tapi" Suci dan Lisa berucap kompak.
Asa hanya bisa menghela nafas. Akhirnya ia menuruti kemauan Bundanya dan Mama Aby untuk kembali pulang bersama Aby.
"ya udah Mama sama Bunda tinggal dulu ya?, mau ketempat katering takut nantinya kesorean"
Asa mengangguk
"Bunda pamit sayang"
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Aby yang baru saja keluar dari ruang ganti, heran ketika hanya melihat Asa yang tengah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Ia menghampirinya.
"loh, kok kamu sendiri?, Mama sama Bunda mana?"
Asa mengalihkan pandangannya dari ponselnya kearah Aby.
"kamu sih kelamaan, ayo anterin saya pulang, saya udah capek banget ini" tanpa menunggu jawaban dari Aby, Asa melangkah terlebih dahulu keluar butik. Aby yang lagi-lagi ditinggal oleh Asa hanya bisa menghela nafas lalu berjalan cepat mensejajarkan langkahnya dengan langkah Asa.
Asa mengerutkan keningnya ketika Aby memberhentikan mobilnya didepan rumah makan.
"loh kok berhenti?, rumah saya kan masih jauh?"
Aby memandang kebelakang tepatnya memandang Asa sekilas. "aku laper, kamu juga pasti laper kan?, jadi kita makan dulu sebelum aku anterin kamu pulang."
"saya gak laper kok." kilahnya.
'kruuuuk
Ternyata ucapannya tak sejalan dengan perutnya, baru saja ia berkata seperti itu perutnya berbunyi pertanda cacing-cacing diperutnya meminta jatah makan kepadanya membuat Aby menahan tawanya. Dengan menutupi rasa malunya ia membuka pintu mobil, lalu berjalan terlebih dahulu memasuki rumah makan itu. Aby yang sedari tadi berusaha menahan tawanya, setelah melihat Asa sudah keluar. Ia tak dapat lagi menahannya dan akhirnya tawanya pecah seketika.
"lucu" gumamnya lalu menyusul Asa memasuki rumah makan.
Asa membolak-balik buku menu, lalu mengucapkan pesanannya. Ia memberikan Aby buku menu itu yang dibalas dengan gelengan kepala membuat Asa menatapnya heran. Menyadari keheranan Asa, Aby berucap sebelumnya ia berdeham.
"hhmm, saya samakan saja Mbak" pelayan itu mengangguk.
"tunggu sebentar ya Mas dan Mbak"
Aby mengangguk singkat, sedangkan Asa ia sibuk memainkan ponselnya.
Lalu berjalan meninggalkan Aby dan Asa untuk mengambilkan pesanan mereka.
Asa mengalihkan pandangannya keatas meja ketika pesanannya telah diantarkan dan ditaruh satu persatu. Ia menelan ludah dan dengan susah payah, melihat makanan yang ia pesan berupa ayam bakar, sambel ijo, tempe dan tahu goreng, lalapan yang paling ia sukai adalah mentimun.
"terimakasih Mbak"
Asa mulai mengambil piring, lalu meletakkan nasi, tahu dan tempe goreng, ayam bakar bagian pahanya, lalapan dan sedikit sambel ijo. Kemudian memakannya dengan lahap tanpa memperdulikan Aby yang melongo menatap porsi makannya. Biar saja dia ilfiel sekalian, pikirnya.
"katanya tadi gak laper, sekarang aja ck ck laper apa doyan?." goda Aby.
"dua-duanya" ketus Asa.
Aby menggeleng lalu mulai memakan makanannya. Sesekali ia menatap Asa yang sedang makan dengan lahapnya. Ia semakin kagum dengan Asa, biasanya para perempuan pasti menjaga image nya jika makan bersama seorang laki-laki tapi lihatlah Asa, ia makan apa adanya tanpa peduli apa yang akan dikatakan orang lain tentang cara dan porsi makannya yang besar. Ia heran tubuh Asa langsing begitu padahal makannya banyak, kemana hilangnya makanan yang ia makan?. Ia menggeleng lalu melanjutkan makannya.