10. Bukan Pernikahan Impian

1033 Words
Dulu, sebelum kau menikah, surga ada dibawah telapak kaki ibumu, namun setelah kau menjadi tanggung jawab suamimu, surga ada dibawah telapak kakinya... SJ *  *  * Hari ini adalah hari yang sakral bagi Aby dan Asa, karena hari ini mereka akan melangsungkan akad nikah yang akan dilangsungkan dirumah Asa dan dilanjutkan resepsi pernikahannya disebuah gedung yang telah disewa dan disiapkan Suci dan Lisa. Asa duduk didepan meja rias dengan wajah datarnya. Ia tidak menginginkan pernikahan ini terjadi, apakah ia kabur saja?. Tetapi itu pasti akan melukai hati banyak orang. Asa menghela nafas, ia tak menyangka dalam beberapa jam lagi statusnya akan berubah menjadi istri dari Aby, si anak kepedean yang sering membuat risih dirinya dengan kelakuannya.          Seorang perias yang sedang merias wajah Asa, heran melihat wajah Asa yang tak ada bahagianya sama sekali, padahal hari ini seharusnya adalah hari bahagianya. Ia yang kelewat penasaranpun menanyakannya. "Mbak, kok keliatannya gak bahagia gitu?" Asa terperanjat, ia tersenyum tipis. "saya gak apa-apa kok Mbak." "tapi kok keliatannya gak bahagia gitu?" "saya cuma sedih aja sebentar lagi saya pisah sama keluarga saya." Ia tak mau membeberkan masalahnya kepada orang asing, ia tak sepenuhnya berbohong ia juga sedih karena nantinya pasti ia akan tinggal bersama Aby dan meninggalkan rumah orang tuanya, alasan itulah yang juga membuatnya sedih. "nah udah selesai."Asa menatap datar wajahnya yang semakin cantik setelah dirias melalui pantulan cermin. Seharusnya ia tak pernah mengalami hal ini, seharusnya ia tak akan menikah dengan Aby karena insiden tabrakan itu yang membuat ia dan Aby saling mengenal, dan seharusnya ia bisa ikhlas dengan yang ditakdirkan oleh Allah untuknya, inilah jalannya. Ia itu hanya seharusnya, detik ini ia belum bisa menerima pernikahan ini entah kapan ia akan menerima takdirnya dengan hati yang ikhlas, ia tak tau. Asa duduk dengan diam menunggu sang Bunda datang. Baru beberapa menit ia menunggu, suara pintu dibuka membuat ia membalikkan badannya. Terlihat Suci tersenyum melihat Asa dengan air mata yang mengalir dipipinya. Melihat sang Bunda menitikkan air mata, membuatnya ikut menitikkan air mata. Suci menghampiri Asa lalu mengusap air mata yang mengalir dipipi putrinya. "shuuuut jangan nangis sayang, nanti make up kamu luntur." canda Suci. "Bunda juga jangan nangis." Asa mengusap pipi sang Bunda yang basah karena air mata. Suci menahan tangan Asa lalu menggenggamnya dengan erat. "Bunda nangis karena bahagia." "jika Bunda bahagia Asa juga bahagia." Asa berusaha tersenyum. "terimakasih sayang." Suci memeluk Asa dengan erat yang dibalas dengan Asa tak kalah eratnya. "Bunda gak nyangka, Asa secepat ini akan ninggalin Bunda. Perasaan Bunda baru aja hamil kamu ternyata kamu udah dewasa ya sekarang." Suci membelai lembut kepala Asa. "Bunda jangan bilang gitu, Asa pasti akan sering pulang kerumah. Atau kalau perlu Asa tinggal disini aja nanti Asa kasih tau sama Aby." "shuuut jangan bilang begitu nak, setelah Aby menjabat tangan Ayah dan mengucapkan ijab kobul didepan saksi, Asa sudah resmi menjadi istri Aby, itu berarti kemanapun Aby pergi Asa harus ikut kemana ia pergi." "iya Bun, Asa paham. Tetapi bagaimana pun juga Asa tetap putri Ayah dan Bunda kan?. Yang kapanpun Asa ingin pulang, Ayah dan Bunda mengizinkannya." "itu pasti sayang, pintu rumah ini selalu terbuka lebar untuk Asa. Nanti sering-sering ya ajak Aby main kesini." Asa mengangguk. "yuk turun, kasian Aby udah nungguin dari tadi." Suci menuntun Asa untuk keluar kamar lalu melangkah pelan-pelan menuruni tangga. Aby lega bukan main ketika telah selesai menjabat tangan Putra lalu mengucap ijab kobul. Ia menunggu Asa dengan perasaan yang berdebar-debar. Jantungnya semakin berpacu dengan cepat kala ia membalikkan tubuhnya, dan terlihat Asa yang sedang dituntun Suci menuruni tangga dengan pelan-pelan. Asa sangat cantik dengan kebaya berwarna putih yang ia pakai, batik span berwarna coklat sebagai bawahannya dan riasan yang sederhana menambah kadar kecantikan Asa,membuat Aby tak henti-hentinya meneguk ludah, matanya tak berkedip memandangi Asa dari atas hingga bawah mengagumi kecantikan ciptaan Allah yang beberapa menit lalu telah menyandang sebagai nyonya Darmawan, istri sahnya. Dilihatnya Asa yang berjalan kearahnya, setelah tepat berada didepannya, tubuhnya menghangat ketika Asa meraih tangannya lalu menempelkan bibirnya di punggung tangannya. Setelah Asa mencium punggung tangannya, Aby meraih wajah Asa lalu mencium keningnya lama. Aby merasakan kehangatan diseluruh tubuhnya kala ia mencium Asa. Sedangkan Asa, tubuhnya mematung kala Aby mencium keningnya. Selama ini laki-laki yang pernah berkontak fisik dengannya adalah keluarganya dan oramg itu, masalalunya. Tubuhnya menegang ketika bayangan masalalu nya menghinggapi pikirannya. Aby yang merasakan tubuh Asa menegang, ia pun dengan berat hati melepaskan bibirnya dari kening Asa. Ia tau, Asa pasti gerogi jika berkontak fisik dengannya, ia memakluminya. Asa dan Aby bertukar cincin setelahnya mereka mulai menandatangani surat nikah. Sang fotografer, memfoto setiap momen-momen penting bagi Asa dan Aby. Aby tersenyum penuh kebahagiaan dan Asa hanya tersenyum tipis. *  *  * Asa dan Aby tersenyum ketika para tamu undangan satu persatu menyalami dan memberikan semangat atas pernikahan mereka. Asa mendudukan dirinya ketika tamu udangan yang terakhir telah berpamitan untuk pergi. Untung saja ia memberikan syarat kepada Aby supaya tamunya tidak perlu banyak-banyak, cukup undang para tetangga, teman terdekat dan kerabat. Ia patut bersyukur memberikan syarat seperti ini karena ia tak tau nantinya selelah apa dirinya jika para tamu lebih dari ini. Ia sebenarnya ingin istirahat, tapi ia sedang menunggu Iza datang, sahabatnya itu tidak bisa hadir pada pagi tadi ketika akad nikah berlangsung, karena ada urusan yang mendadak dan tak bisa diwakilkan. Sebagai gantinya ia berjanji akan datang pada acara resepsi pada malam hari jika urusannya telah selesai. "capek?" Asa menoleh kearah Aby yang sedang menatapnya lembut. "hmm." ia hanya bergumam. "kalau mau istirahat aku ijinkan supaya kita keatas terlebih dahulu." tawarnya. "nanti aja, saya sedang nunggu sahabat saya." Aby hanya mengangguk. Asa tersenyum ketika seorang gadis, memakai baju muslimah berwarna biru dongker dengan hijab yang senada dengan bajunya. "aduh maaf ya gue telat." "iya gak apa-apa kok." "selamat ya atas pernikahan kalian." Iza memeluk Asa singkat lalu memberikan senyum kearah Aby seraya menangkup kedua tangannya. Aby membalasnya dengan senyum. "jagain sahabat gue ya, jangan sampai lo sakiti." "insyaallah kak." "oh iya ini kado dari gue buat kalian, semoga bermanfaat ya." Iza memberikan bungkus kado berwarna coklat berukuran sedang kearah Asa. "makasih ya." Asa menerimanya. "sama-sama, oh iya gue gak bisa lama nih, soalnya udah ditungguin sama Mbak Ana." "yah kok buru-buru?." Asa terlihat sedih. "maaf, solanya tadi gue bareng sama dia jadi gak enak kalau lama-lama, kebetulan tadi dia ada urusan disekitar sini, jadi ya bareng aja." Akhirnya Asa mengangguk. Iza memeluk Asa lalu berbisik " gue pulang ya, lo beruntung dapetin si berondong." "Assalamualaikum." Izza melambaikan tangannya kearah Asa dan Aby.  "Waalaikumsalam." jawab mereka. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD