Part 3

1232 Words
"Bantu mereka berdua berdiri!" Perintah Aliando Steven pada anak buahnya. Para pengawal segera membebaskan Chalisa Reina dari pelukan pria bernama Alfian Steven tersebut. Dan saat Chalisa bergegas melangkah pergi, Alfian menahan pergelangan tangannya. Membuat gadis itu menoleh ke arahnya. "Apa? Mau mati?!" Chalisa Reina mengancungkan tinjunya pada wajah Alfian. Dia melihat seringaian pria nakal tersebut. "Sampai jumpa lain hari!" Bisiknya di telinga gadis itu. Seperti keinginan untuk menyapanya kembali. Dan memastikan untuk bertemu dengannya kembali. Chalisa hanya bisa mengibaskan genggaman tangannya dari yg tangan Alfian Steven. Lalu mengambil tisu dari dalam tasnya untuk membersihkan lipstik yang belepotan di bibir tipisnya. "Kamu sudah membatalkan tuntutan padaku?" Tanyanya pada Aliando setelah Alfian di bawa pergi oleh para pengawal. Sejak tadi pria itu cuma diam tanpa berkata apapun. "Belum." Jawabannya singkat. "Kau! Wahhh! Aku tidak percaya pria berstatus tinggi seperti dirimu tidak menepati janjinya." Chalisa berkacak pinggang. Dia sangat marah mendengar jawaban pria di depannya itu. "Kenapa? Kamu benar-benar menciumnya untuk mencari perbedaan di antara kami berdua?!" Teriaknya dengan suara lantang sekali. Membuat Chalisa Reina terbengong menatap wajah penuh amarah di depannya itu. "Sebenarnya apa yang dia lakukan? Kenapa tiba-tiba semarah itu? Bukannya dia sendiri yang mengatakan bahwa hanya itu yang bisa membedakan di antara keduanya?!" Gerutu Chalisa dalam hatinya. "Lalu kenapa kalau kami berciuman? Aku juga bukan istrimu!" Ujar Chalisa sambil mendengus lalu keluar dari dalam ruangan tersebut. Meninggalkan presdir perusahaan berlian itu mematung dengan segudang perasaan dalam benaknya sendiri. "Iya! Dia bukan istriku! Lalu apa yang menjadi masalah? Hah! Apa sebenarnya yang ada dalam kepalaku!" Aliando tersenyum putus asa, melihat gadis yang mengambil ciuman pertamanya kini berciuman dengan adik kandungnya sendiri. Dia selalu kalah dari segi pergaulan dengan adiknya, Alfian yang begitu supel dan blak-blakan selalu mudah mendapatkan pasangan cintanya. Lain dari dirinya yang hanya belajar dan terus belajar. Di dalam benaknya hanya terus terisi bisnis dan segala pernak-perniknya. "Sudahlah lupakan saja Chalisa!" Bisiknya pelan, lalu keluar dari dalam kamar tersebut. "Astaga!" Aliando terkejut setengah mati melihat Chalisa berdiri di luar kamar tersebut, gadis itu sedang bersandar di dinding sambil menyilangkan kedua tangannya. "Kenapa kamu masih di sini?" Tanya Aliando terkejut. Dia tidak tahu jika Chalisa masih berdiri di sana dan pasti gadis itu mendengar semua yang dia katakan sebelumnya di dalam kamar tersebut. "Kenapa? Kamu takut sekali ketahuan olehku? Karena aku yang mengambil ciuman pertamamu?" Aliando segera mendekat dan membungkam mulut Chalisa dengan telapak tangannya. Lalu menyeretnya masuk ke dalam kamar itu lagi. "Akkh! Bruuuk!" Pekik Chalisa. Ketika Aliando dengan gusar melemparkan tubuh Chalisa Reina ke atas tempat tidur yang tadi disewa oleh Alfian. "Apa yang kamu lakukan!" Teriak gadis itu. Chalisa berusaha bangun, dia sedikit kesulitan karena roknya terlalu mini. Dia hanya bisa beringsut sedikit demi sedikit agar roknya tidak tersingkap ke atas. Malangnya dia, Aliando menahan kedua tangannya di atas tempat tidur tersebut. Pria itu berada di atas tubuhnya. "Iya kamu yang mengambil ciuman pertamaku! Memangnya kenapa jika aku sibuk, dan tidak pernah berkencan atau berciuman!" Teriaknya penuh amarah menatap wajah Chalisa. Wajahnya terlihat begitu putus asa. Chalisa terdiam mendengar suara putus asa pria di depannya itu. Dia hanya bisa mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia merasakan posisi tubuhnya yang berada di bawah tubuh Aliando Steven adalah posisi seseorang yang sedang ingin melakukan hubungan seksual. "Itu, sebenarnya juga ciuman pertamaku." Ucap Chalisa Reina dengan wajah datar. Dia tidak ingin melihat pria itu merasa putus asa. Entah kenapa dia sedikit kasihan padanya. Kini Aliando Steven terdiam mendengar ucapannya. Dia hanya melihat bibir tipis Chalisa. Perlahan sekali pria itu kembali melumatnya. Melumatnya dengan sangat lembut. Chalisa hanya bisa melotot merasakan pagutan lembut pada bibirnya. Perlahan suhu tubuhnya meningkat saat Aliando melepaskan sepatunya sendiri, juga mengendorkan dasinya tanpa melepaskan pagutan bibirnya pada bibir Chalisa. Chalisa meremas lengannya merasakan lumatan lembut bibir Aliando. "Apakah aku sudah gila! Aku sangat menikmati ciuman pria kaya raya ini! Dan rasanya begitu lembut." Bisik Chalisa dalam hatinya. "Akkkhhhhh.. " Desah Chalisa ketika Aliando mulai menciumi lehernya. Baginya ini pertama kalinya dia merasakan bibir pria menyapa kulit tubuhnya. "Akkkhh, jangan.. " Pekiknya ketika Aliando menarik G-string miliknya turun dan membuangnya ke lantai. Tapi Aliando Steven tidak mau mendengarkan teriakannya. Pria itu kembali menyumbat bibir Chalisa dengan pagutan bibirnya. Dia membuka kedua pahanya, Chalisa merasakan pedih dan nyeri pada belahan sensitifnya saat Aliando menerobos masuk ke dalam area terlarang miliknya. "Akkhhh.. ooohhhh.. sakittt.." Chalisa memukul-mukul lengannya meremas-remas punggung Aliando. Aliando mendorong pinggulnya maju-mundur, membuat Chalisa terus memekik menyebut namanya. "Al.. akkkhhh.. okhhhh.." "Mmmmhhhh... Aliando... Akkkhhh..." Desahnya seraya meremas bahu pria yang terus berpacu di atas tubuhnya. "Akkkhhhhhh.." Aliando melenguh merasakan klimaksnya, dia mengeluarkan cairan kentalnya di atas perut Chalisa Reina. Permainan tersebut berakhir, Chalisa meraih selimut untuk menutupi tubuhnya. Dan mulai mengambil pakaiannya satu persatu. Aliando masih terbaring di atas tempat tidur tersebut. Masih sibuk mengatur nafasnya. Dia melihat Chalisa berniat pergi tanpa mengatakan apapun padanya. "Chalisa tunggu!" Panggilnya padanya, tapi gadis itu malah berlari dan pergi. Aliando Steven kembali masuk ke dalam kamar tersebut dia meraba sprei yang kini penuh noda bercak merah. Dia tahu dia telah merenggut kegadisannya! Kegadisan Chalisa Reina! "Aku harus menikahinya! Wanita yang baru aku kenal dua hari lalu, aku telah merenggut satu-satunya miliknya." Aliando begitu yakin dengan perasaannya. Dia tidak melakukannya dengan hasrat seksual. Tapi dengan penuh kesadaran seratus persen. Chalisa sendiri juga berfikir sama, entah apa yang membuatnya menyerahkan dirinya pada pria itu. Dan jika dia menuntutnya agar mau menikahinya, pasti sangat memalukan sekali. Mengingat dirinya hanyalah seorang polisi wanita biasa, itupun masih masa magangnya! Keesokan harinya Chalisa bekerja seperti biasa, dia sedang menuju ke kantor polisi tempatnya bekerja. Dia terkejut melihat siapa yang sedang berdiri menunggunya di luar kantornya tersebut. Aliando Steven bersama lima pengawalnya. Pria itu berkali-kali melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya. Chalisa tidak berpikir pria itu sedang menunggunya, dia berniat melaluinya begitu saja. Tapi begitu langkahnya dihadang oleh para pengawal di sana, dia tahu kalau pria itu sengaja menunggunya. "Ada apa?" Tanyanya seperti biasanya, sambil berkacak pinggang seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara mereka berdua. "Kita harus bicara empat mata." Ujarnya pada Chalisa. "Katakan saja sekarang aku sedang sibuk." Ujarnya santai. "Kita harus menikah." Ucap Aliando Steven sambil menaikkan kedua alisnya. "Kau? Aku? Menikah?!" Chalisa menjatuhkan berkasnya di bawah kakinya. Chalisa Reina menggigit bibir bawahnya sambil menyibakkan rambutnya ke belakang. Membalikkan badannya lalu berbalik lagi menatap ke arah Aliando yang masih berdiri di belakang punggungnya. Dia ingin memastikan kalau itu hanya mimpinya belaka. "Apa ini? Maksudnya kamu melamarku?" Tanya Chalisa Reina sambil tersenyum tidak percaya. Baru kali itu dia melihat seorang pria melamar dengan membawa lima pengawal. "Ini bukan lamaran! Tapi ini tuntutan!" Ujar Aliando penuh keyakinan lalu menunjukkan berkasnya, tentang tuntutan dirinya terhadap Chalisa karena telah merenggut keperjakaannya! "Apa ini?! Hahahhahhahha! Dasar pria aneh! Kamu bahkan akan menuntut-ku karena ini?" Tanyanya masih tidak percaya dengan apa yang tertera di sana. "Kenapa memangnya? Itu pertama kalinya bagiku! Jadi kamu harus bertanggung jawab!" Sergahnya lagi. "Hem! Kamu seperti pria yang hamil gara-gara diriku! Hahhahahha! Lucu sekali! Ya tuntut saja! Kamu akan ditertawakan di pengadilan! Hahahhahhahha! Apa semua Presdir sebodoh dirimu?!" Ujar Chalisa sambil terpingkal-pingkal mengibaskan tangannya di depan wajahnya sendiri. "Kamu berani-beraninya bilang aku bodoh!" Geramnya sambil berkacak pinggang. Lalu mengisyaratkan tangannya, meminta pengawalnya untuk membawa Chalisa masuk ke dalam mobilnya. "Ini penculikan!" Teriak Chalisa. "Aku tidak peduli!" Sahut Aliando Steven santai, duduk di sebelahnya. "Kita kemana Presdir?" Tanya sopirnya. "Rumah besar!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD