Prolog

1003 Words
Para siswa berkumpul di lapangan mengelilingi api unggun. Malam ini merupakan malam terakhir perkemahan yang diadakan di bukit yang tak jauh dari sekolah setiap tahunnya. Sudah menjadi kegiatan tahunan sebagai bentuk perpisahan anak-anak kelas tiga dengan adik kelasnya. Semua orang sangat menanti malam ini, karena malam ini merupakan puncak acara. Dimana setiap orang yang terpilih akan menampilkan kreasi seni. Sharing pengalaman juga unek-unek selama bersekolah di sekolah mereka. Dan di penghujung acara, biasanya akan ada kakak kelas menyatakan cinta yang selama ini ia pendam. Entah untuk teman seangkatannya atau untuk adik kelas. Alisha bersama Dita yang merupakan sahabatnya telah duduk bersiap mengikuti acara. Hawa dingin malam terasa menusuk membuat Alisha beberapa kali bersin. Tampaknya ia mengalami alergi cuaca yang jika saat kedinginan hidungnya akan terasa gatal. "Istirahat aja, Al. Kamu gak perlu ikut acara," usul Dita tak tega melihat hidung sahabatnya itu mulai memerah. "Gak apa-apa, Dit. Ngapain aku ikut kemah tapi acara intinya gak aku ikutin!" tolak Alisha bersikukuh. "Kamu yakin?" Dita mencoba memastikan. Cepat Alisha mengangguk mantap, meyakinkan sahabatnya bahwa dia baik-baik saja. Di tengah-tengah acara, alergi Alisha semakin menjadi. Kini ia tak hanya bersin-bersin melainkan hidungnya sudah dipenuhi lendir yang mulai mencair. Bersamaan dengan itu, seorang kakak kelas yang merupakan kakak favorit Dita tengah menyanyi menampilkan sebuah lagu. "Aku ada aroma terapi di tas. Ambil aja gak apa-apa!" ujar Dita yang tak ingin ketinggalan sesaat pun dari penampilan kakak kelasnya ini. "Iya aku ambil, Dit. Gak apa-apa nih aku buka tas kamu?" "Iya gak apa-apa. Maaf banget ya, Al, bukan aku gak mau ambilin. Tahu sendiri lah, hehe …." "It's oke! Aku ke tenda dulu!" Alisha bergegas menuju tenda yang posisinya berada di ujung. Ada dua puluh tenda yang digunakan para siswi, dalam satu tenda ditempati lima orang. Tenda tersebut berjajar sepuluh sepuluh, dan tenda Alisha ada di barisan belakang paling ujung. Alisha segera mencari aroma terapi yang dimaksud Dita. Ia menggeledah tas sahabatnya hingga beberapa saat kemudian barang yang dicarinya ketemu. Ia segera menggosokkan aroma terapi tersebut pada leher dan dadanya. Kemudian setelah selesai, ia kembali keluar bermaksud untuk kembali mengikuti acara dengan membawa aroma terapi milik Dita. Saat ia keluar, seseorang dari arah belakang membekap mulut Alisha dengan sapu tangan yang telah diolesi obat bius. Tidak perlu menunggu waktu lama, Alisha jatuh pingsan. Orang itu segera menyeret kembali tubuh Alisha ke dalam tenda. Niat jahatnya sudah direncanakan sebelum menjelang malam. Ini karena besar cintanya pada Alisha membuat ia ingin menikmati tubuhnya sebelum benar-benar keluar sekolah. Awalnya pria ini berencana akan membekap mulut Alisha setelah acara selesai. Namun, siapa sangka kesempatan datang tanpa diduga. Ia segera mengikuti kemana Alisha pergi saat melihat wanita pujaan hatinya pergi dari tempat acara. Dengan debaran jantung yang tak karuan antara takut ketahuan dan segera ingin menuntaskan, pria itu perlahan menyibakkan rok panjang yang melekat di tubuh Alisha. Tak perlu bermain-main dulu, sejak tadi bendanya sudah mendesak ingin keluar walau hanya dengan melihat kecantikan wajah Alisha. Dengan ini, kau akan menjadi milikku, Alisha. Kaki yang jenjang dengan kulit putih dan mulus membuat pria itu menelan saliva tak sabar. Perlahan ia buka sehelai kain yang berbentuk celana dan setelahnya segera membuka resleting celana yang ia kenakan. Dibukanya kaki Alisha lebar-lebar menampakkan sesuatu yang ingin segera ia masuki. Alisha masih dalam keadaan tak sadarkan diri. Obat bius yang dihisapnya memang bekerja kurang lebih selama delapan jam sehingga pria ini tak perlu takut Alisha terbangun walau merasakan rasa sakit sekalipun. Darah keluar saat pria itu berhasil memasukkan bendanya. Kemudian ia memainkannya beberapa saat hingga akhirnya hajatnya tertuntaskan. Ah, kau benar-benar masih perawan! Seringai terlukis di wajah liciknya. Seketika, hilang segel kehormatan Alisha yang ia jaga selama ini. Bersamaan dengan itu, pria yang telah menyetubuhinya tersenyum puas. Ia segera membereskan semuanya dalam keadaan semula. Dipakaikannya kembali celana dalam milik Alisha. Kemudian ia tidurkan Alisha di tempat yang lebih nyaman dan menutupnya segera dengan selimut yang ada di sana. Penampilan kakak kelas favorit Dita telah selesai. Sahabat Alisha itu sedikit heran karena Alisha tak kunjung kembali. Namun, cepat pikirannya menduga bahwa mungkin sahabatnya itu memutuskan untuk istirahat. Setelah selesai acara, Dita bergegas menuju tenda dan sesuai dugaan, Alisha telah terlelap tidur. *** Alisha terbangun dari alam bawah sadarnya. Ia melihat ke sekeliling, Dita dengan tiga orang lainnya sedang terlelap tidur. Alisha kembali mengingat-ingat apa yang terjadi saat malam, karena ia tak ingat sejak kapan dia tertidur. Namun tak ada yang terpikirkan kecuali saat ia mengoleskan aromaterapi pada bagian-bagian tubuh tertentu. Apa aku ketiduran saat itu? Ia masih bingung sekaligus heran karena tak ingat apa yang telah terjadi. Tak mau banyak berpikir, Alisha pun berniat untuk melihat jam yang disimpan dalam tasnya. Namun, saat ia mencoba bangkit, bagian bawahnya terasa perih juga sakit. Alisha pun bergerak perlahan, pelan dan penuh hati-hati. Kemudian ia menuju toilet umum yang berada tak jauh dari tenda. Di sini memang kerap digunakan orang-orang untuk berkemah sehingga warga setempat membangun toilet umum untuk digunakan. Ia segera melepaskan pakaiannya hendak membersihkan diri. Sedikit terkejut saat melihat bercak merah tepat di roknya. Namun ia segera berpikir mungkin itu darah menstruasi. Walau sedikit heran karena di pakaian dalamnya ia tak menemukan. Apa yang terjadi sebenarnya? Semua ini menjadi teka-teki bagi Alisha yang dipikir berapa kali pun ia tak kunjung mendapat jawaban. Menjelang siang semua orang sibuk berkemas karena hari ini mereka semua pulang. Dita menangkap basah Alisha yang terus melamun, ia banyak terdiam kala orang-orang berangsur-angsur pulang. Dita pun mendekat seraya membantu membereskan beberapa barang milik sahabatnya. "Apa kamu masih sakit?" tanya Dita membuyarkan lamunan Alisha. Alisha menggeleng kebingungan. "Ada apa? Sepertinya ada yang sedang dipikirkan sejak tadi?" tanya Dita kembali. "Dit, apa ada yang terjadi padaku semalam?" Dita mengerutkan keningnya sebelum kemudian menjawab, "Memangnya kamu tidak ingat?" Alisha kembali menggeleng. "Semalam 'kan kamu alergi cuaca terus pergi ke tenda sendiri. Aku pikir kamu akan kembali, rupanya kamu malah tidur duluan," jelas Dita sebagaimana yang ia tahu. Benar, begitu juga yang Alisha ingat. Namun, ia merasa ada juga hal lain yang terjadi yang tak diketahuinya. Alisha pun memilih tidak lagi meneruskan pembicaraan. Ia segera berkemas lalu setelah itu pulang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD