Demi persahabatan yang terjalin setelah beberapa tahun lamanya. Syakila siap berkorban. Subuh-subuh sekali ia sudah menyelinap masuk ke kamar Rachel untuk menjalankan rencana yang telah disusun dengan sempurna. Untuk memuluskan rencana tersebut, Adnan sudah menanti kedatangan Rachel di dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari gerbang rumahnya.
Sedangkan Adara. Mengawasi pergerakan Marcel dan Rere, yang mulai sibuk mengurus ini dan itu. Sekaligus mencegah tim penata rias pengantin, seandainya datang cepat hari ini.
"Kamu yakin ini aman, Kila? Aku tidak sanggup jika ini ketahuan dan malah jadi menikah dengan Alvin."
Rachel bergidik ngeri. Melihat ke arah bawah. Kamarnya yang ada di lantai dua tentu saja membuat jarak yang tercipta sangat tinggi.
Dan sekarang, dengan entengnya Syakila mengeluarkan seutas tali yang disambung dengan tirai jendela. Mengikatnya dengan tiang balkon dan berucap.
"Ayo turun! Di samping pagar rumah kamu sudah ada om Adnan. Ayo, ayo …"
Syakila melirik kiri dan kanan. Memeriksa keadaan agar Rachel aman saat turun.
"Kamu yakin ini, Kila? Gila aja ini kalau jatuh bakal patah pinggang akunya." Rachel menggeleng. "Enggak. Aku mau. Ini tidak baik untuk masa depan aku. Apalagi kamu yang ikat tali itu. Mengikat tali sepatu aja kamu nggak bisa apalagi ini."
"Astaga, kamu ini.. Udah dibantuin sempat-sempatnya ikat shaming samaku. Udah, kamu segera turun sebelum ketahuan. Lebih baik kamu patah tulang daripada harus menikah dengan Alvin. Makhluk astral aja ogah nikah sama pria menyebalkan seperti dia." Dengus Syakila. Mendorong Rachel untuk mendekat ke bibir balkon.
"Sekarang kamu turun atau tidak sama sekali? Sebentar lagi adzan subuh berkumandang dan kedua orang tua kamu akan datang ke sini dan melihat kita berdua. Untuk tali kamu tidak perlu khawatir. Kamu lupa ya, aku ini alumni anak Pramuka?" Syakila menaikan kedua alisnya.
"Pramuka apaan? Kamu baru dua kali latihan saja sudah menangis minta mundur." Rachel mengejek.
Bisa-bisanya Syakila membawa Pramuka dalam hal ini. Padahal gadis itu hanya dua kali mengikuti pelatihan. Setelah itu ia menangis meminta mundur karena tidak bisa makan menggunakan tangan. Kecuali disuapi.
"Ya, pokoknya aku pernah ikut Pramuka terserah mau dua hari atau tiga hari, ya sama saja. Sama-sama pernah ikut, kan?" Gurau Syakila, menutup mulutnya agar tidak kelepasan tertawa. Melihat wajah Rachel yang menegang, menghadirkan rasa geli pada hatinya.
Rachel yang merasa takut terjatuh dari lantai dua, berusaha melawan rasa takut tersebut. Ia membayangkan betapa menyeramkannya menikah dengan Alvin, dibandingkan dengan patah tulang karena terjatuh. Sehingga ia memutuskan untuk tetap turun menggunakan tirai dan tali yang telah disambung menjadi satu.
Cukup menegangkan dan menakutkan. Akan tetapi, bisa dilalui dengan baik karena keinginan Rachel untuk lari dari Alvin sangatlah kuat.
Tidak lagi peduli dengan keselamatannya, Rachel melesat turun dan akhirnya sampai di bawah dengan selamat. Disusul Syakila yang ikut turun dengan tirai tersebut. Tidak ingin mengambil resiko Syakila juga memutuskan untuk turun lewat balkon. Agar tak ada yang mencurigainya sebagai dalang kaburnya Rachel.
"Chel, kamu yakin ingin lari dari ini semua?" tanya Syakila sekali lagi. Memastikan apakah Rachel benar-benar ingin kabur atau tidak.
Takutnya nanti gadis itu menyesal dan malah menimbulkan masalah baru. Alvin yang terlanjur kecewa tentu saja akan berpikir ulang untuk kembali kepadanya. Mengingat Rachel telah kabur tepat di hari pernikahan mereka.
"Syakila benar, Chel. Sebelum benar-benar kabur kamu harus benar-benar yakin tidak akan pernah ada penyesalan di kemudian hari. Karena Papa yakin Alvin benar-benar kecewa atas kepergianmu. Jadi lebih baik kamu pikirkan lagi sebelum kita benar-benar pergi."
Adnan menimpali. Saat mendengar pertanyaan Syakila kepada Rachel. Sebagai ayah dari Alvin tentu saja ia hafal bagaimana sifat putra sulungnya itu. Alvin adalah tipe pria yang setia dan bucin setengah mati. Buktinya, sedari dulu hingga sekarang tetap menjaga cintanya untuk Rachel seorang, meskipun banyak wanita yang mendekat. Ia tidak mampu mencintai wanita lain, selain Rachel tentunya.
Rachel pun mengangguk cepat. Sudah mantap dengan keputusannya untuk lari. Bagaimana nantinya saat ia pergi, Adnan dan Adara yang akan mengurus selaku kedua orang tua Alvin.
"Aku pergi bukannya benci kepada Alvin. Aku lari karena dia terlalu baik dan tidak pantas menjadi suamiku, Pa. Aku tidak ingin karena menikah dengannya hubungan kami menjadi canggung dan tidak sedekat dulu lagi. Apalagi dari dulu aku tidak pernah menganggapnya sebagai teman atau sahabat. Melainkan kakak kandungku sendiri. Dan alasan lainnya aku sudah memiliki kekasih yang mencintai dan sangat kucintai," tutur Rachel, menjelaskan sedikit tentang apa yang membuatnya kabur dari Alvin.
Terbiasa hidup berdampingan sedari kecil tentu saja tidak ada rasa yang tumbuh, kecuali rasa sayang kepada kakak sendiri. Selain itu Rachel juga sudah memiliki kekasih, dan sangat mustahil baginya untuk berpisah. Karena hubungan yang terjalin sudah berlangsung lima tahun lamanya. Rachel benar-benar tidak sanggup jika harus menikah dengan Alvin yang dianggapnya sebagai kakak dan berpisah dengan sang kekasih yang sangat dicintainya.
Sudah yakin seratus persen. Tidak ada sedikitpun keraguan yang terbesit di hati Rachel, sehingga Adnan juga yakin dengan keputusannya untuk membawanya pergi jauh. Menyembunyikan Rachel di tempat yang tidak pernah diduga sedikitpun oleh Marcel.
"Semoga ini keputusan yang tepat untukmu," gumam Syakila di dalam hati. Melepaskan kepergian Rachel dan Adnan, sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Sisanya, ia akan mengurus setelah mandi dan sedikit memoles wajah cantiknya dengan make up tipis.
Bersenandung kecil Syakila masuk ke rumah tanpa tahu Davin, sang ayah melihat dengan jelas apa yang dilakukan oleh putri sulungnya.
Membantu Rachel kabur dari acara pernikahannya dengan mengikat tirai di tiang balkon. Dan kini Syakila masuk rumah dengan gesture tubuh biasa, seakan tidak terjadi apa-apa. Padahal ia baru saja selesai membuat masalah yang akan menggemparkan dunia.
Rachel telah kabur di detik-detik pernikahannya akan dilangsungkan. Dibantu oleh putrinya sendiri. Tidak bisa dibayangkan betapa hancurnya Alvin dan marahnya Marcel, putrinya kabur begitu saja.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Selena, dengan air wajah yang tidak bisa ditebak.
Davin menggeleng. "Aku tidak tahu sampai semua orang menyadari Rachel tidak ada."
Datar dan dingin kata yang keluar dari mulut Davin. Tatapannya lurus ke depan menatap rumah mewah yang berada di dekat rumah mereka.
Rumah yang telah dihias sedemikian rupa, dengan deretan karangan bunga ucapan selamat yang menghiasi hingga ujung komplek. Sangat jelas terlihat sebentar lagi disana akan diadakan pesta pernikahan yang sangat megah dan meriah.
Namun, tidak ada yang tahu putri sulungnya telah menghancurkan acara pernikahan yang telah disiapkan secara matang tersebut.
"Aku serahkan semuanya padamu," ucap Selena, mengusap pundak Davin. Sebelum melangkah pergi seraya memijat pelipisnya. Apa yang dilakukan Syakila di matanya benar-benar keterlaluan.