Bab. 1 - Rencana Perjodohan

1120 Words
Tidak semua bayangan terpatri dalam memori Satu yang pasti Seseorang akan terngiang bila terasa berarti... *** Tiga bulan sebelumnya... Malam itu Akbar menyempatkan diri mampir mengunjungi rumah utama sang kakek, Jaka Susena Prasaja. Tujuannya bukan mencari pria berambut putih itu. Melainkan untuk melihat kondisi adiknya yang masih berumur dua belas tahun. Biasanya, seminggu sekali ia rutin menjenguk sang adik. Meski Nisa masih terbaring tak berdaya di kamarnya. Sudah sekitar dua bulan gadis itu sempat mengalami koma karena kecelakaan. Keadaannya mulai membaik, walau belum bisa banyak bergerak. Hanya kedipan mata dan gerakan tangan yang bisa ia lakukan. Sekarang sedang mulai terapi lanjutan. Langkah Akbar menuju lantai dua terhenti, ketika sayup mendengar obrolan di dekat kolam renang. Dari balik pintu kaca yang terhalang tirai biru, diam-diam ia menguping. Pembicaraan Jaka dengan teman lamanya, membuat keingintahuan Akbar merajalela. Ada sebuah kalimat yang menarik perhatian pria tiga puluh satu tahun ini. "Kita jodohkan saja mereka. Bukan kah bagus untuk persahabatan dan kekeluargaan kita?" Jaka terkekeh di sela ucapannya. Ia meneguk lagi sedikit teh dalam cangkir putihnya. Hariyadi menghabiskan minuman di gelasnya, kemudian mengurut kening sekilas. Kerutan di dahinya makin kentara, tidak hanya karena usia senja. Namun juga akibat terlalu banyak beban pikiran yang mengganggu masanya untuk istirahat dari kerumitan hidup. Apalagi kalau bukan tentang Nadia, cucu sematawayang yang selalu hobi berulah dan membuat onar. Susah diatur dan semaunya sendiri. "Apa Akbar nggak keberatan? Kau tahu sendiri seperti apa cucuku Nadia. Sudah lima asisten pribadi yang mengundurkan diri, karena tak tahan dengan ulahnya." "Jangan khawatir. Cucuku pasti setuju. Kalau tidak, aku akan menghentikan biaya perawatan Nisa." "Itu kejam sekali." Hariyadi terkesiap mendengar ucapan karibnya yang tidak masuk akal. "Har, asal kau tahu ya, Nisa bukan cucu kandungku. Gadis malang itu hanya hasil dari hubungan gelap putraku dengan selingkuhannya. Aku menerima Nisa di sini bukan sebagai cucu sebenarnya, hanya formalitas saja." Pernyataan Jaka barusan nyaris menghantam ulu hati Akbar. Ia tahu kenyataan yang ada. Ia juga sadar semua fakta masa lalu keluarganya yang cukup memalukan. Ibunya menghilang setelah mengetahui perselingkuhan sang ayah dengan wanita lain. Terlebih setelah tahu wanita tersebut memiliki anak dari suaminya. Memang benar Akbar membenci pelakor sialan itu, wanita yang sering ia sebut benalu dalam keluarganya. Tapi, sedikit pun tak pernah dirinya membenci Nisa. Bagaimanapun juga, gadis itu tak tahu apa-apa. Ibu kandungnya bahkan membuangnya di depan rumah keluarga Prasaja, karena tak mendapat pertanggungjawaban dari ayah Akbar. Kemudian pergi entah ke mana. Sementara Hans, ayah Akbar terkena serangan jantung usai ditinggalkan sang istri. Terhitung sudah lima tahun sepeninggal Hans. Dan permintaan terakhir yang Akbar ingat adalah Nisa. Ia meminta putra sulungnya menjaga dan merawat sang adik dengan baik. Mulanya Akbar memang sangat marah pada Hans, tapi tidak pada adiknya. Ia masih punya naluri sebagai seorang kakak yang penuh belas kasih. "Ya, ini memang memalukan, tapi faktanya, Nisa memang bukan cucuku!" Suara Jaka kembali terdengar. Akbar berhasil kembali tersadar dari lamunan emosi. Ia mengepal tangan dengan perasaan tak menentu. Hatinya seperti dikuliti dengan pisau tertajam di dunia yang dibuat oleh Lars Scheidler. Ia membenci kerusakan dan pecah belahnya keluarga karena kekhilafan sang ayah. Namun, waktu tak bisa diputar ulang. "Jangan terlalu keras pada cucumu. Akbar dan Nisa adalah anak-anak yang baik." Hariyadi mencoba menenangkan kawan karibnya. Sudah berulang kali ia mendengar racauan sama seperti ini dari teman setianya ini. "Kakek!" Lengkingan suara bariton Akbar memecah percakapan mereka. Jaka berdecak setengah terkejut. "Kamu sudah datang, Nak?" katanya acuh. "Apa maksudnya dengan perjodohan?" Terlanjur ketahuan, sekalian saja ia ungkapkan niatnya pada sang cucu. "Nak, kamu kan harus segera menikah juga. Umurmu sudah tiga puluh satu tahun. Mau menunggu apa lagi?" "Ya aku tahu, Kek. Tapi nggak sekarang. Aku belum siap dan belum berminat!" seloroh Akbar mengemukakan pendapat. Tidak ingin mematik kericuhan antara kakek dan cucu, akhirnya Hariyadi bangkit dari duduknya, mendekati Akbar di ambang pintu. "Bukan seperti itu, Nak. Tenanglah. Aku hanya ingin minta tolong padamu." "Perjodohan dan minta tolong adalah dua hal berbeda, Kakek Har!" tegas Akbar tak ingin dibantah. "Ya, kamu benar. Aku hanya punya sedikit rencana saja. Bila kamu tidak keberatan. Kamu bisa mulai mengenal Nadia lebih dulu. Setelah itu, keputusan ada di tangan kalian." "Nadia? Bagaimana aku bisa mengenalnya? Bertemu aja belum pernah. Aku bahkan nggak ada niat jalin hubungan serius dengan seseorang sekarang." Kalimat Akbar cukup mengikiskan harapan Hariyadi padanya. Muka lelahnya makin bermuram durja. Hingga terdengar suara ponsel berdering. Pria tua itu merogoh saku celana, menarik telepon genggam dan mengangkat panggilan video masuk. Untuk beberapa saat, Akbar bisa melihat dengan jelas gambaran foto seorang gadis terpampang di layar ponsel Hariyadi. Sementara pria itu sedikit menjauh, Akbar justru asik mengingat sebuah kilasan balik dari ruang memorinya. Sekelebat bayangan seorang gadis menelusup amat jelas. Mengetuk hati Akbar yang lama tertutup kosong. Senyuman samar tersuguh di wajah tampan aristokratnya. Kumis tipis serta mata cokelatnya menambah seksi tampilan di wajah maskulin pria berkharisma ini. Buru-buru Akbar mencari sebuah video berdurasi singkat dalam galeri ponsel. Melihat kembali sosok di dalam video yang jelas serupa dalam benaknya, ekspresi Akbar tampak penuh keanehan. Antara senang dan penasaran bercampur menjadi satu. "Kebetulan yang sangat baik ... " gumamnya terkesima. "Kakek?" panggil Akbar pada Jaka. "Ya, kenapa?" "Akan kuterima tawaran perjodohan ini, tapi dengan satu syarat." "Syarat?" Jaka menautkan satu alis curiga. Ia kenal betul bagaimana sikap cucu kesayangannya. Pewaris utama perusahaan perkebunan sawit milik keluarga Prasaja. Jika ada syarat artinya akan ada penawaran. Jika sudah timbul penawaran, maka akan terjadi kesepakatan. "Katakan, apa maumu, Nak?" "Aku akan menjadi asisten pribadinya tanpa dia tahu siapa aku sebenarnya." Spontan Jaka terkesiap mendengar hal tersebut. "Apa maksudmu? Kamu mau meninggalkan kursi direktur untuk mengenal calon istrimu? Begitu?" tebaknya. "Bukan meninggalkan, Kek." "Lalu?" "Merangkap. Anggap saja aku punya dua pekerjaan sekaligus." "Tapi untuk apa harus jadi asisten pribadi segala? Bukan kah lebih mudah kalau kalian pendekatan secara terbuka?" Akbar menggelengkan kepala. Jauh di dasar pikirannya, ia punya asumsi sendiri. Mengingat banyaknya gadis mendekati dirinya hanya karena materi dan status sosial tinggi, Akbar tak mau kecewa lagi. Cukup satu kali ia pernah jatuh cinta pada perempuan yang salah. Tidak boleh terjadi lagi. Hal itu mendasari niatnya untuk melakukan sebuah penyamaran terselubung. "Kakek nggak perlu cemas. Aku akan tetap urus bisnis kita." "Kamu yakin bisa melakukannya?" "Tentu aja. Aku ini Akbar Raditya Prasaja. Cucu Kakek yang nggak bisa diremehkan. Jangan lupakan kemampuanku, Kek." "Ya ya. Terserah padamu saja." Alhasil, diskusi pun dilakukan untuk memanipulasi keadaan. Mereka menyusun rencana bersama secara terorganisir. Supaya Nadia tidak tahu siapa Akbar sesungguhnya. Sepanjang malam Akbar terpekur di peraduan kamar. Sudah sepuluh kali video i putar ulang. Pria bermimik dingin itu selalu berhasil menerbitkan senyum seindah surya kala wajah Nadia membayang. "Apa kamu adalah jawaban dari kesepianku selama ini? Apa kamu adalah obat dari lukaku selama ini? Apa kamu adalah alasan di balik kesendirianku selama ini? Apa kamu adalah keajaiban dari Yang Maha Kuasa atas penantianku selama ini? Hmm ... aku ingin tahu jawabannya nanti..." Pria itu masih saja bermonolog seorang diri. Menerka-nerka kenapa hatinya bisa bergetar hanya karena melihat Nadia di layar ponsel. ==♡LoveGuard♡==
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD