Mundur?

1194 Words
Memang ya, waktu itu sangat cepat mengejar manusia. Gesit sepert cheetah. Kalau saja tidak ada pemberitahuan dari speaker sekolah saat ini, pasti Melodi mengira waktu kelas sepuluh masing panjang, padahal dua hari lagi sudah UAS. Melodi akan naik kelas. Entah sekelas lagi dengan teman-temannya saat ini atau tidak. Sebentar lagi Melodi akan pindah ke kelas sebelas, artinya ia akan punya teman baru. Bagi Melodi, teman baru hanya menambah bebannya. Itu berarti Melodi harus berkenalan lagi dengan orang baru, menceritakan dirinya ke orang lain, lagi. Dulu di kelas ia hanya punya satu teman dekat saja, Dinda. Melodi tidak bisa membayangkan nanti di kelas sebelas temannya siapa. Sungguh memuakkan jika harus berteman tapi teman itu menusuk dari belakang.  Hal yang ditakutkan Melodi selain soal kimia UAS nanti, dia takut kalau kelas sebelas Bian tidak satu kelas dengannya. Siapa lagi selain Bian yang mau membela Melodi? Melodi terlalu pemalu dan pendiam. Ada kemungkinan besar ia akan ditindas lagi. Pasti semua orang akan pilih-pilih untuk berteman dengan Melodi. Sedangkan Dinda, dia mungkin akan sangat senang Melodi bisa berpisah dengan Bian. Dinda selama ini suka dengan Bian, dengan cara sembunyi-sembunyi. Bahkan Dinda memusuhi Melodi karena hal ini. Tidak habis pikir, Melodi kira Dinda mau sedikit mengalah, tapi memang benar, perasaan suka dengan seseorang itu tidak mudah untuk dilupakan, seperti kalau baju  terkena tinta, pasti meninggalkan bekas walau dicuci berkali-kali. Melodi masih punya harapan sekelas dengan ARION. Mungkin saja hal itu terjadi. Sekarang saja, saat  UAS mereka satu kelas. Entah kebetulan atau bagaimana yang membuat pihak sekolah menyatukan ARION di dalam satu ruang kelas, lengkap. Barangkali mungkin karena ketidaksengajaan karena sistem pengacakan nama saat UAS untuk satu sekolahan. Dari kelas IPA sampai IPS di campur adukkan. Dan untung ada ARION yang satu kelas dengan Melodi. Setidaknya Melodi tidak merasa sendiri. Percobaan masih dilakukan sekolah Melodi untuk melaksanakan UAS nanti. Karena UAS di sekolah Melodi berbasis komputer, tidak menggunakan kertas lagi. Di uji coba ini, Melodi juga bisa tau kalau ternyata ARION satu kelas dengannya. Para penggemar ARION pasti akan berulah. Melodi tau betul itu. Apalagi kejadian waktu mereka di kantin. Sehari-hari dikerumuni banyak siswa, itulah ARION. Hanya saja Melodi tidak pernah melibatkan dirinya dalam hal itu. Melodi memilih menjauh dan menghilang dari sana sementara waktu sampai semua kembali tenang. Tak banyak yang tau bahkan mungkin tidak ada yang tau kalau Melodi adalah anggota ARION. Baru saja menyalakan laptop yang Melodi pinjam sementara dari Sera, salah seorang siswa datang ke mejanya. Dia meletakkan coklat dan bunga di atas meja Melodi. Kening Melodi mengerut, memangnya ini valentine?  Satu kelas melihatnya dengan jelas. Mereka melihat Melodi dan anak laki-laki itu dengan saksama. Namun anehnya, cowok itu segera berlalu tanpa mengatakan apa-apa. Jujur Melodi tidak kenal siapa dia. Kemudian disusul beberapa siswa lagi, kali ini lebih banyak. Mereka melakukan hal yang sama sampai akhirnya meja Melodi dipenuhi coklat dan bunga. Mungkin kalau Melodi membuka toko dadakan akan laris juga dengan bunga dan coklat sebanyak itu. Apa mereka melakukan ini karena mulai sadar kalau Melodi anggota dari ARION? Mata Melodi fokus melihat satu objek yang , Bian. Bian lewat di depan kelas yang ditempati Melodi saat ini. Ruang UAS Bian memang bersebelahan dengan ruang UAS Melodi. Baru saja Melodi ingin keluar dan menyusul Bian,  sudah ada Dinda yang mengikuti di belakang Bian. Melodi mengurungkan niatnya. Selalu saja Melodi harus mengalah. Ia heran, yang pacarnya siapa? Melodi atau Dinda? Uji coba sebelum UAS berhasil. Semua laptop sudah bisa digunakan. Setelah guru penjaga keluar, Melodi menutup laptop dan memasukkannya ke dalam tas. Sera sudah mengijinkan Melodi untuk membawa pulang laptopnya. Bahkan sebenarnya Sera memberikan laptop itu. Alasannya karena dia sudah punya dua di rumah, jadi yang lain bisa untuk Melodi, tapi Melodi tidak mau. "Kenapa?" Rey duduk di samping meja Melodi. Dia memperhatikan Melodi dengan saksama. Sudah hampir satu tahun mereka bersahabat, dan Rey sudah terlalu peka kalau Melodi sedang gelisah. "Gapapa Rey, I'm fine." "Gini ya Med. Lo tau kan buah jambu merah? Yang luarnya berkilau, mengkilat, dan keliatannya layak makan, belum tentu dengan isinya. Sama kayak lo, keliatannya lo baik-baik aja, tapi kita tau kalau lo lagi ada masalah. Cerita aja Med." Tutur Gema panjang lebar. Melody memastikan kalau kelas sudah benar-benar sepi dan hanya ada ARION. "Bian." "Selingkuh?" Serobot Leron. "Bukan. Tapi Dinda ..." "Suka sama Bian? Ngejar Bian?" tanya Sera khawatir. "Dinda itu temen lo yang sering ke kantin bareng itu bukan sih?" Rey berpikir keras terbukti dengan dahinya yang berkerut. "Iya Rey, Dinda itu temen gue di kelas. Dia orang yang peduli sama gue, selalu belain gue kalau dikerjain temen-temen. Tapi, sekarang dia berubah." "Pasti gara-gara Bian juga kan?" Selidik Gema. "Dinda suka Bian, gue nggak bisa saingan sama Dinda. Dia itu temen gue sendiri Gem." ARION diam, tidak ada yang bisa menyelesaikan semua ini selain Melodi sendiri. Keputusan apapun ada pada Melodi, tidak ada yang akan memaksa. ARION jauh lebih mementingkan kebahagiaan Melodi daripada perjanjian itu. "Kayaknya kita nggak bisa bantu Med, ini masalah hati lo." Sera mengelus punggung Melodi. "Semua keputusan ada di lo. Kalau mau berhenti, berhenti aja sebelum semakin rumit." Rey juga menepuk-nepuk pundak Melodi. Semudah itukah Melodi berhenti? Pertemanannya dengan Dinda sudah rusak. Bagaimana bisa Melodi berhenti setelah semua itu? "Gimana nanti sama gue coba? Gue liat Medi udah mau kabur duluan." "Lo lebih parah!" Gema menempeleng Leron dan cowok itu mengajak Melodi serta Sera keluar.  ***** Hal yang sama dirasakan Bian. Selama UAS beberapa hari ini, Dinda terus saja mencari cara untuk mendekatinya. Bian merasa risih, tapi dia juga menghormati Dinda karena dia adalah temannya. Tidak mungkin Bian membentak dan mengusir Dinda. Tapi jika dibiarkan, kesempatan Bian untuk bertemu Melodi semakin sempit. Hubungan mereka yang backstreet, membuat Bian dan Melodi harus sembunyi-sembunyi dari teman satu kelas. Setiap kali Bian ingin ke kantin untuk bertemu Melodi, Dinda selalu merengek ikut dan akhrinya Bian tidak jadi ke kantin sekaligus batal bertemu Melodi. Memang, Bian tidak pernah terang-terangan bicara ke Melodi kalau dia ingin bertemu, tapi setidaknya melihat Melodi dengan ARION juga sudah cukup. Akhir-akhir ini, Bian melihat Melodi selalu muram, entah karena apa Bian tidak tau pasti. Kesempatan Bian berkomunikasi dengan Melodi hanya di sekolah. Di rumah atau di luar sekolah tidak bisa. Hal itu karena Melodi tidak punya ponsel. Jadi, satu-satunya kesempatan Bian adalah ketika istirahat dan saat pulang sekolah. Itu pun bisa berjalan lancar jika tidak ada Dinda, tapi seminggu ini Dinda juga tidak lepas dari Bian. Bian takut Melodi melihat semua ini, dia tidak mau Melodi salah paham. Bian ingat betul kejadian waktu ulang tahun Dinda, firasat Bian mengatakan kalau Dinda dan Melodi sedang tidak baik-baik saja. Kekhawatiran Bian baru saja terjadi. Melodi telah melihanya bersama Dinda ke parkiran. Dinda mengatakan kalau sopir tidak bisa menjemput karena suatu hal. Dinda ingin Bian mengantar pulang. Melodi tak tau apa alasan Bian dan Dinda pulang bersama. Melodi hanya bisa menyimpulkan kalau Dinda memang benar-benar ingin bersaing dengannya. Bian tidak tau saja kalau tantangan terbesar dalam hubungan mereka berjarak dekat sekali dengan mereka sendiri. Memangnya siapa yang tidak cemburu melihat pacar mengantar pulang teman sendiri yang jelas-jelas mengibarkan bendera perang? Kalau tau akan begini, Melodi tidak akan menyanggupi perjanjian yang disepakati ARION. Lebih baik Melodi mundur daripada terus sakit. Mundur, akan Melodi pikirkan hal itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD