Chapter 5 - CCTV

971 Words
"Where there is love there is life." Mahatma Gandhi Di mana ada cinta, di situ ada kehidupan ••••• Darren Morreno Smith pov Dua bulan berlalu sejak kedatangan Diana ke rumahku. Aku belum sempat ke Jakarta untuk menemukan fakta sebenarnya. Begitu banyak pekerjaanku di Kantor, apalagi aku mendapat tugas membuat sistem aplikasi baru untuk rencana pengembangan perusahaan. Disisi lain, orderan membuat design rumah lumayan menumpuk. Bahkan di hari sabtu dan minggu aku harus berkutat dengan pekerjaan. Mungkin bisa dibilang ini rejeki anak. Eh, tunggu dulu, belum tentu juga anak di kandungan Diana itu anakku. Ngomong soal Diana, dia perempuan yang baik. Setiap pagi dia membuatkanku sarapan, malam hari ketika pulang kantor juga selalu ada makanan di meja makan. Rumah jadi tertata lebih bersih dari biasanya. Baju baju ku jadi ada nyuciin dan setrikain, nggak perlu laundry lagi. Waktu aku harus lembur ngerjain kerjaan, dia juga nemenin, buatin kopi dan cemilan. Ada baik juga ada buruknya. Di masa kehamilannya ini, dia sering kali ngidam aneh aneh. Tidak jarang malam hari aku dibangunin cuma buat beli makan. Hari ini aku berniat akan ke Jakarta. Tidak bisa ditunda-tunda lagi. Aku harus mencari tahu kebenarannya. Kalau memang anak yang dikandung Diana adalah anakku, maka aku harus segera menikahinya. "Kamu jadi mau ke Jakarta?" tanya Diana. Dia ikut mambantuku memasukkan baju dalam tas. Aku mengangguk mantap. Dia terus saja menanyakan perihal ini kepadaku dari kemarin, padahal dia sudah tau jawabannya akan tetap sama. "Jangan lama-lama ya," ucapnya manja. Entah ini sifat aslinya atau bawaan bayi, aku tidak tau. "Minggu sore atau malam aku udah sampe sini lagi," jawabku. "Lagian ngapain sih ke sana, dikerjain di sini aja." Aku memang bilang ke dia bahwa aku ke Jakarta untuk mengurus program ku yang baru di kantor pusat. "Kali ini aku harus langsung ke sana. Kantor pusatnya kan ada di sana. Lagian nanti kalau selesai aku langsung pulang." "Kalau adek minta makan malem malem gimana?" Diana membahasakan 'adek' untuk bakal bayi yang ada di kandungannya. "Go-food aja kan bisa, atau minta tolong pak Tono." Pak Tono ini adalah satpam yang biasa jaga gerbang kompleks. "Ini uang buat dua hari kedepan, jangan boros-boros," kataku sembari memberikan beberapa lembar Soekarno-hatta kepada Diana. Diana menerima uang itu dan mengangguk, lalu memasukkannya ke dalam kantung celana. "Mau langsung berangkat sekarang?" tanya Diana. "Iya, nanti keburu macet," jawabku. Hari ini hari jumat sore, dipastikan jalanan akan lebih macet dari biasanya. Aku keluar dari rumah sambil membawa tas yang berisi pakaian. Diana mengekor dibelakangku. "Aku berangkat, hati-hati di rumah," pesanku saat akan melesakkan mobilku. Diana melambaikan tangannya. *** "Hai bro, apakabar?" sambut Ivan ketika ku memasuki ruangan kerjanya. Dia dan Andre sengaja ku kumpulkan di cafe milik Ivan ini. Mereka harus membantuku menyelesaikan masalahku. "Luar biasa." jawabku ketus. Bagaimana tidak ketus, mereka akar dari permasalahanku saat ini. "Kalian harus bantu gue buat nyelesain masalah ini. Cari tau siapa wanita yang malam itu gue tidurin." "Gimana caranya bro? Kita aja nggak tau gimana rupanya?" ujar Andre. "Kita cari lewat cctv," kataku. "Mana boleh, dimana mana cctv itu rahasia, cuma orang dalem sama polisi yang bisa lihat," tukas Ivan. "Yaudah kita bobol aja cctvnya. Yang penting gue harus tau isi cctv itu," ideku. "Gila, kalau ketahuan kita bisa dipenjara," protes Ivan. "Kita bertiga lulusan IT, kita harus kerjasama gimana caranya biar nggak ketahuan. Lagian sumber masalah ini dari kalian kan, kalian harus bantu gue cari solusinya." "Oke, fine," putus Andre. *** Aku dan teman-temanku akhirnya menyusun sebuah rencana untuk membobol cctv diskotik tempatku bermalam dulu. Saat ini kita bertiga berada di atas gedung diskotik. "Gue berhasil," teriak Andre. Kami langsung melihat isi cctv yang terpampang nyata melalui layar laptop. "Bukan yang bagian ini, kamar yang deket sama toilet ndre," ujarku memberi arahan. "Stop stop! ya ini bener. Waktu gue masuk sekitar jam sepuluh lewat." Andre mempercepat video pada jam yang kumaksud. "Iya itu bener," tunjukku pada layar. "Coba zoom ndre!" perintahku. Deg Itu Diana. Jelas wajah itu milik Diana. Jadi anak yang dikandung Diana benar anakku. God, aku salah telah meragukannya selama ini. "Kenapa lo bro?" tanya Ivan sambil menghuncang bahuku. "Dia wanita yang sama dengan yang dateng ke rumah gue." "Oh yang ngaku hamil itu," tanya Ivan. Aku mengangguk. "Jangan bilang kalo lo percaya itu anak lo," tebak Andre. Aku tidak menjawab pertanyaan yang lebih mirip pernyataan itu. "Jangan mudah percaya bro, hari gini itu banyak wanita nggak bener," tukas Andre. "Bener, malam ini tidur sama lo, besok bisa aja tidur sama cowok lain. Bisa aja itu bukan anak lo," sahut Ivan. "Dia wanita baik-baik, gue bisa rasain itu. Apalagi gue yang pertama kali masukin dia," kataku emosi. Entah kenapa, aku tidak terima, Diana dilecehkan seperti itu. Beberapa bulan hidup dengannya, aku bisa menilai bahwa Diana wanita yang masih polos. "Jangan marah dong, emang itu kenyataan jaman sekarang," ujar Andre. "Kalian harus bantu gue cari asal usul wanita ini," perintahku. "Gimana caranya? namanya aja kita nggak tau," protes Ivan. "Namanya Diana, dia lulus sma tahun ini____." "Gila, masih muda banget," teriak Andre kaget. "Makanya kalian harus bantu gue cari asal usulnya, gara-gara hamil dia di usir dari rumah." "Oke kita bantu, informasi apa aja yang lo dapetin?" "Dia udah daftar kuliah di Presiden Univercity Jurusan Manajemen, bokap lo kan dosen senior di situ, bisa dong korek korek info." Aku memberikan tugas pada Ivan. "Masalahnya, yang namanya Diana itu pasti banyak," protes Ivan. "Kan ada fotonya van, cari yang mirip sama gambar ini," tukas Andre sambil menunjuk gambar pada video yang sudah di pause oleh Andre. "Bener kata Andre. Tiga hari dari sekarang, gue harus udah tau jawabannya." "Oke, tapi kalau misal lo ada info tambahan segera hubungin gue, setidaknya itu akan lebih memudahkan tugas gue," tukas Ivan. "Pasti gue infoin ke lo." ••••• Sorry Typo ? WARNING !!! Jangan lupa tekan ? True Love ©2020 laelanhyt All rights reserved
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD