Chapter 9 - HIPNOTERAPI

938 Words
aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya debu aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada Sapardi Djoko Damono ••••• "Lama banget sih di," protes Darren. Lelaki itu sudah menunggu Diana dari satu jam yang lalu dan Diana belum ada tanda-tanda selesai berdandan. Pagi ini sesuai rencana, mereka akan bertolak ke Jakarta. Malam nanti, Ivan akan bertunangan dengan kekasihnya. Mereka berangkat pagi, maksudnya supaya Diana bisa istirahat dulu di Hotel, jadi nanti malam, dia tidak kelelahan. Darren berjalan mendekati Diana di kamarnya. "udah selesai?" tanya Darren. Diana sedang memilah baju yang akan dibawanya ke Jakarta. "Aku udah siap tapi____" ucapannya menggantung. Dia takut memberitahu Darren, selama ini dia sudah banyak merepotkan Darren. Darren menyatukan alisnya. Dia masih menunggu kelanjutan perkataan Diana. "Kamu berangkat sendiri aja gimana?" tawar Diana. "Kenapa lagi? kita udah sepakat dateng bareng bareng kemaren." Tangan Darren menutup lemari yang dibuka Diana. Dia menggandeng tanggan diana untuk mengajaknya segera berangkat. "tunggu dulu," cegah diana. "Kalau kamu nggak bilang, aku nggak akan tau. Aku bukan mbah dukun kalau kamu lupa." kata Darren. "Aku nggak punya baju," lirih diana. Dia menggigit bibir bawahnya, takut merepotkan Darren. "Baju di lemari kamu banyak. Masalahnya di mana?" Darren bingung dengan makhluk bernama wanita, baju di lemari banyak dibilang nggak punya baju. "Nggak cukup, aku gendutan," ucap Diana sarkas. Dimana-mana tidak ada wanita yang ingin dibilang gendut. Tapi kalau tidak dijelaskan sejelasnya Darren tidak paham. "Nanti mampir butik. Kamu nggak gendut, cuma sedikit cubby aja," kata Darren jujur. Perlahan Diana menyunggingkan senyumnya. *** "Harusnya kamu pilih baju yang agak tertutup," gerutu Darren. Diana mengenakan dress selutut tanpa lengan. Bagian dadanya sedikit terbuka, juga begitu press body. Sehingga tubuh sexy Diana terlihat. "Baju ini bagus kok," jawab diana. "Lain kali bajunya nggak usah dipake lagi," putus Darren. Dia tidak menyukai jika tubuh istrinya menjadi tontonan orang. Cukup hanya dirinya yang menikmati tubuh Diana. Oh tidak, sepertinya Darren mulai gila. Dia mendambakan tubuh Diana berada di dalam pelukannya. "Iya iya, yaudah ayo berangkat, keburu malem." "Bawa jaket, nanti kamu pasti kedinginan," kata Darren. Dia mengambil Jaketnya yang sudah dia gantungkan di lemari gantung luar. Selain untuk menghangatkan, tentu saja fungsi jaket adalah untuk menutupi tubuh diana. Malam minggu jalanan Jakarta begitu macet. Tapi Darren sudah sangat hafal dengan jalan jalan mana saja yang agak lengang untuk sampai ke rumah Ivan. "Kamu pernah ke monas belum di?" kata Darren memecah lamunan Diana saat melewati jalan di depan monas. "Belum." Pandangan Diana lurus ke depan tanpa menengok sisi kanan kirinya. "Kamu lahir dan besar di Jakarta tapi belum pernah ke monas." Darren menggelengkan kepalanya, tidak percaya omongan Diana. "Emang penting gitu ke monas," ujar Diana. "Penting, itu salah satu sejarah bangsa ini, harusnya kita menghargai." terang Darren. Darren salah satu orang yang mengagumi perjuangan pahlawan. Kalau dirinya lahir di tahun sebelum kemerdekaan, belum tentu bisa berjuang sehebat para pahlawan. "Kalau ke sini aku sering," ucap Diana sambil menunjuk Katedral. Mobil yang dikemudikan Darren melewati gereja yang berseberangan dengan masjid terbesar di Jakarta itu. Tatapan Darren mengikuti tunjuk tangan Diana. "Sama siapa?" tanya darren. "Sendirian. Apalagi kalau lagi sedih, tujuan utama pasti Katedral. Bahkan dulu aku pernah bilang ke romonya kalau aku nanti mau nikahnya di sini," tutur Diana antusias. Namun sepertinya semua harapannya sepertinya telah pupus. "Nggak semua harapan bisa jadi kenyataan, tapi dengan adanya harapan kita jadi belajar untuk lebih bekerja keras," kata Darren bijak. Itu kata dari orang yang begitu banyak menerima kekecewaan dalam hidup ini. *** "Selamat bro, semoga lancar selalu sampai pemberkatan," ujar Darren. Dia memberikan pelukan kepada sahabatnya itu. "makasih makasih. Ngomong ngomong Diana makin sexy aja bro." Mata Ivan melirik ke arah Diana yang ada di belakang Darren. "Matanya dijaga, udah punya nabil juga." Darren melepas pelukannya dan beralih ke Nabilla, tunangan Ivan. "Selamat ya bil, mohon bersabar aja kalau menghadapi ivan. Dia emang kadang kadang rada nggak beres," Bisik Darren. Dia agak mendekat ke arah telinga nabil, setengah berbisik untuk menggoda ivan. Tentu saja perkataan Darren yang cenderung keras itu bisa didengar ivan. "Sialan lo." Ivan menendang kaki Darren tapi darren berhasil menepisnya. Diana pun mengikuti Darren memberi ucapan selamat pada pasangan Ivan dan Nabilla. Acara pertunangan ini berjalan cukup sederhana. Hanya dihadiri kerabat dan teman-teman, tidak lebih dari lima puluh orang. Setelah acara inti, yaitu tukar cincin, seluruh tamu undangan menikmati hidangan makan malam. Semuanya berkumpul di halaman belakang rumah Ivan yang sudah dihias sedemikian rupa. "Ren, ini Darren kan?" tanya om Doni, papa Ivan. "masak om lupa sama si ganteng ini," jawab Darren dengan percaya dirinya yang sontak mendapat gelak tawa dari beberapa tamu yang masih tersisa. Sebagian besar dari mereka sudah pamit meninggalkan acara. Dulu saat masih sekolah menengah atas Darren sering sekali menginap di rumah Ivan, jadi dia sudah akrab dengan orangtua ivan. "nikah nggak ngundang ngundang tiba-tiba dateng bawa wanita hamil," canda om Doni. "Hai cantik, namanya siapa?" tanya papa Ivan itu pada Diana sambil mengulurkan tangannya. "Diana," jawab Diana sembari menerima uluran tangan om Doni. "Nama yang cantik seperti orangnya," celetuk om Doni. "Loh, ini Diana yang kamu tanyain kemaren ke mama kan ndre? Anaknya Charles Soerjodiningrat," potong mama andre yang kebetulan juga diundang. Andre dan Ivan itu jadi masih saudara jauh, hanya saja keluarga mereka sangat dekat. "Kamu Diana Soerjodiningrat?" tanya mama Ivan. "Mama kok tau Diana?" tanya Ivan bingung. "Iyalah, dulu Diana pasien mama, dia sering ikut hipnoterapi ke mama. Sekarang kelihatannya sudah sembuh ya, mama seneng lihatnya." ••••• Sorry Typo ? WARNING !!! Jangan lupa tekan ? True Love ©2020 laelanhyt All rights reserved
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD