"barangkali hidup adalah doa yang panjang, dan sunyi adalah minuman keras. ia merasa Tuhan sedang memandangnya dengan curiga; ia pun bergegas."
Sapardi Djoko Damono
•••••
'Diana seneng sayang? Kita mau ke pantai kesukaan Diana'
'nanti kita main pasir ya ma, diana mau buat istana yang besar seperti istananya lady diana'
'tentu sayang, papa pasti juga akan bantuin diana bangun istananya'
'papa, kenapa lewat jalan tol? Diana lebih suka lewat desa desa papa, naik turun bukit, pemandangannya indah'
'nanti kita lewat sayang'
'enggak, papa sama mama bohong'
'yaudah, papa turun tol ya, kita lewat jalan yang diana suka'
Jalanan pegunungan naik turun yang didominasi pohon pinus menjadi pilihan mereka. Tentu saja ini bagian yang paling di sukai diana, saking gembiranya anak itu sampai bernyanyi tiada henti.
Naik-naik ke puncak gunung
Tinggi-tinggi sekali
Kiri kanan ku lihat saja
Banyak pohon cemara aa
'mama, rem nya blong'
'papa ini gimana, mama takut papa'
'buka pintunya dan turunkan diana, mobilnya akan turun ke jurang'
'papa, mama takut'
'cepat, tidak ada waktu lagi, selamatkan diana cepat'
Sang mama membuka pintu mobil perlahan, dan berusaha mendorong sang anak agar keluar dari mobil.
'tidak mama, diana takut, diana takut'
Diana kecil meraung raung
'lepaskan tangan mama'
Diana pun terlepar diantara semak semak
Sedangkan mobilnya masuk ke jurang
Boom
Mobil pun meledak
"Aaaaa" Diana tersadar dari tidurnya. Nafasnya memburu, keringatnya bercucuran.
"Diana kamu kenapa?" Darren yang mendengar teriakan diana lantas mendatangi Diana. Mereka tidur terpisah. Darren mendekat mengusap punggung diana. "Kamu minum dulu," kata darren sembari memberikan segelas air yang terletak di nakas sebelah dipan.
Diana menenggak minuman itu perlahan. Tangannya gemetar, sehingga Darren membantu memegangi gelasnya.
"Kamu mimpi buruk?" Diana mengangguk
"Udah ya, kan cuma mimpi bukan kenyataan. Mungkin kamu lagi banyak pikiran jadinya mimpi buruk," kata darren sambil merapikan rambut Diana yang berantakan.
"Tidur lagi ya, ini masih malem banget." Darren menengok jam yang tertempel di dinding kamar.
"Takut," lirih Diana.
"Aku temenin, nggak usah takut ada aku."
"Jangan ditinggal," pinta Diana.
"Iya, ayo tidur." Diana membaringkan dirinya di kasur lagi. Sedangkan Darren, dia juga ikut tidur di sebelah Diana.
Beberapa saat, Diana masih juga belum tidur. Tubuhnya beralih dari kanan ke kiri, gelisah.
"Kamu nggak bisa tidur?" tanya Darren. Tubuhnya ikut goyah saat tubuh diana bergerak.
"Maaf, aku ganggu tidur kamu."
"Coba pejamkan mata kamu, rileks, bayangkan ada banyak bintang bintang di atas kamu. Mereka semua bernyanyi untuk mengantarkan tidurmu." Darren merapatkan tubuhnya ke tubuh Diana. Dia mengusap punggung Diana perlahan. Tidak berselang lama, Diana larut dalam peraduannya.
***
Diana Soerjodiningrat pov
Dadaku sesak, tubuhku rasanya berat. Aku berusaha bangun dari tidurku. Ternyata ada lengan besar yang menindih tubuh mungilku. Aku menggeliat, nafas seseorang mengenai ujung kulit leherku. Serasa merinding merinding gimana gitu.
Aku melihat ke sampingku. Ternyata Darren yang sedang tidur sambil memelukku. Wait, sejak kapan kami tidur sekamar. Perjanjian setelah nikah sangat jelas bahwa kami tidur terpisah.
Aku membalikkan tubuhku, menghadap Darren. Hidung mancung, rahang tegas, kulit putih, ah sangat mempesona. Harus ku akui bahwa Darren ini sosok lelaki yang tampan rupawan, bahkan kalau dibandingkan dengan Kevin, dia lebih ganteng. Jelaslah, secara mama Darren adalah model blesteran papan atas, mungkin kadar kegantengannya menurun dari itu.
Aku mengusap rahangnya. Lucu, geli, ada bulu bulu halus yang terasa menggelitik kulit tanganku. Aku memejamkan mataku, merasakan kehangatan dalam pelukan Darren. Baru kali ini aku merasakan kenyamanan di dekat seseorang selain kak kKevin.
"Uhhh" Darren menggeliat.
"Selamat pagi tuan putri," Ucap Darren padaku. Mungkin dipikirnya aku masih tidur. Padahal udah bangun dari tadi.
Darren mengusap pipiku. Rasanya ingin sekali aku bangun, tapi ku tahan. Aku ingin tau, apa yang Darren katakan saat aku terpejam.
"Bangunlah, aku tau kamu sudah bangun," ucap Darren.
Aku membuka mataku. Ketahuan, ternyata Darren tau aku pura-pura tidur. Aku tersenyum mendapati Darren yang menangkap basah tingkahku.
"Nyenyak tidurnya?" tanya Darren.
Aku mengangguk, "makasih," ucapku. Perlu aku ucapkan terimakasih padanya, karenanya aku bisa tidur nyenyak.
"Ayo bangun, mandi terus makan. Adek pasti udah laper," ucap Darren sambil mengelus perutku.
"Sok tau." Aku langsung berdiri untuk meninggalkan Darren. Aku ingin mandi, mungkin dengan mandi bisa mengembalikan kesegaran tubuhku.
***
"Semalem kamu mimpi apa? Sampe ketakutan gitu?" tanya Darren di tengah makan paginya bersama Diana.
"Aku mimpi kecelakaan mobil. Mobilnya jatuh ke jurang terus meledak," Jelas Diana.
"Kamu sering mimpi buruk?"
"Enggak juga, ini kedua kalinya. Sebelumnya aku mimpi kecelakaan yang sama, tapi semalem rasanya lebih jelas dari sebelumnya. Mungkin bener kata kamu, aku terlalu stress makanya mimpi buruk."
"Mikirin apasih sampe stress banget? Rileks aja, kalau ada apa apa cerita sama aku, biar ada temen berbagi," ujar Darren. Dia berdiri dari duduknya, karena sudah menyelesaikan makan paginya.
"Hmm" balas Diana.
"Oiya, weekend aku mau ngajak kamu ke Jakarta."
"Ngapain?" tanya Diana.
"Ivan tunangan. Kita harus dateng, kemaren pas kita nikah dia kan juga dateng."
Darren melihat perubahan raut muka Diana.
"Jangan takut, ada aku." Kata-kata yang selalu Darren ungkapkan ketika Diana sedang gundah gulana, dan sentah kenapa kalimat itu menenangkan Diana.
•••••
Sorry Typo ?
WARNING !!!
Jangan lupa tekan ?
True Love
©2020 laelanhyt
All rights reserved