2 | Status Sahabat

1075 Words
Tanah lapang yang ditumbuhi oleh hijaunya rumput, membentang luas di hadapan Cinta. Pepohonan yang besar dan tinggi meneduhkan sepanjang jalan di lereng bukit. Bukit tersebut adalah bukit rahasia, tempat yang ditemukan oleh Vino saat kelas 2 SMP. Saat Vino tanpa sengaja menemukan sebuah bukit dengan jarak yang cukup jauh dari rumahnya karena harus melewati area persawahan terlebih dahulu. Sesaat Vino menemukan tempat itu, orang pertama yang Vino ajak ke sana adalah Chyintia Sekar Rembulan atau yang biasa disapa Cinta. Lereng bukit itu tak hanya ditumbuhi oleh pohon yang besar menjulang ke atas, melainkan banyaknya tumbuhan ilalang yang tumbuh subur di antara gersang tanah bukit. Membuat bukit itu menjadi tampak teduh. Akar kuat pepohonan dan juga tanaman ilalang mencengkeram erat tanah hingga tanah bisa berpijak lebih kuat untuk menahan derasnya guyuran hujan hingga menghindari adanya rawan longsor. Melihat ilalang yang tumbuh dengan begitu tingginya, membuat Cinta iri. Banyak orang yang melihat ilalang hanya sebagai tanaman tidak berguna. Padahal ilalang adalah salah satu tanaman yang spesial di mata Cinta. Ilalang dapat tumbuh di gurun atau tanah yang kering. Ketika tanah tidak diguyuri oleh air hujan, maka ilalang muncul dan tumbuh dengan mandirinya. Bahkan ilalang dapat tumbuh dari tanah bekas kebakaran yang masih mengeluarkan kepulan asap dari dalamnya. Cinta memejamkan matanya. Merasakan sejuknya angin menyapa wajah dan juga tubuhnya. Embusan angin yang cukup kencang membuat tingginya tanaman ilalang seperti melambaikan tangannya senada, ke kanan, dan ke kiri. Menyejukkan mata yang memandangnya. Cinta bergidik tiba-tiba saat merasakan udara yang kian dingin menyapa permukaan kulitnya. Setelah pagi tadi Vino mengajaknya main di mall sampai sore, kini lelaki itu masih terus menyeret Cinta untuk mengikuti agenda Vino yang katanya sangat penting itu. "Cinta!" Cinta mengerjap mendengar panggilan untuknya. Kepalanya berniat menoleh untuk melihat Vino yang baru saja memanggil namanya, dan.... tuk! Vino menusuk pipi Cinta dengan sebuah ranting kecil. "Kena!" seru Vino kekanakkan. Siapa yang tadi berjanji tak akan mengusili Cinta lagi? Cinta langsung mendengus sebal, dan berniat mengusap pipi kanannya dengan punggung tangannya. Tapi sebelum Cinta melakukannya, Vino sudah terlebih dahulu mengusap pipi Cinta dengan ujung lengan jaketnya. Padahal ini hari libur, tapi Vino terlihat begitu rapih di matanya. Padahal Cinta sendiri hanya menggunakan celana jeans dan juga kaos berlengan pendek berwarna putih dengan gambar Baymax di bagian perutnya. Cinta melihat Vino yang tersenyum menatapnya. Puncak rambut Vino berkibar karena angin. Membuat wajah kuning langsat di hadapannya itu ikut memucat seketika. "Kamu kedinginan, ya?" Cinta menggeleng. "Beneran?" tanya Vino memastikan. Cinta mengangguk sebagai jawaban selanjutnya. "Maaf ya, harusnya aku suruh kamu bawa jaket. Aku juga nggak tahu kalau cuaca di sini akan sedingin ini. Kamu pasti kedinginan." Cinta tersenyum tipis dan kembali menggeleng. "Kamu tau kan, kalau perempuan bilang nggak berarti jawabannya iya?" Mata Vino menyipit, "Aku tau kamu bohong, dan kamu pasti kedinginan." Tanpa babibu lagi, dan sebelum Cinta sempat berucap, Vino sudah melepas jaket hitamnya hingga menyisakan kemeja yang masih melekat di tubuhnya. Vino memasangkan jaket itu ke punggung Cinta. Menyebarkan kehangatan bagi tubuh Cinta dalam sekejap. Cinta menatap wajah Vino dengan membalas senyum tipis untuk lelaki itu. Ucapan terima kasih yang ia berikan melalui sorot matanya, bukankah itu sudah cukup dimengerti oleh Vino? Vino memang seperti itu. Walaupun terkadang menyebalkan, Cinta tahu bahwa Vino selalu memberikan banyak perhatian padanya. Vino selalu ada untuknya. Dan Vino juga selalu memberikan keceriaan di hidupnya yang penuh dengan keterbatasan dan rasa kehilangan. "Jangan ngeliatin aku begitu," kata Vino dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain saat merasakan kedua mata Cinta mulai menatapnya dalam. "Vino!!" Vino langsung mengangkat kepalanya, dan berdiri. Ia menyipitkan matanya untuk mencari seseorang yang barusan berteriak memanggil namanya. "Vino!!" Vino sontak kembali berjongkok. Ia langsung cekikikan di hadapan Cinta. "Dia udah dateng Ta," kata Vino dengan wajah berbinar bahagia. Kedua alis Cinta terangkat sebelah karena bingung. Siapa dia yang dimaksud oleh Vino? "Kamu nggak tau?" tanya Vino karena mleihat ekspresi Cinta yang jauh dari ekspektasinya. Detik selanjutnya Vino menepuk jidatnya sendiri sambil terkekeh seperti orang bodoh. "Oh iya, kamu belum aku kasih tau!" "Jadi, dia yang aku maksud itu adalah Ajeng." Kening Cinta sontak mengerut bingung. Ajeng? Ajeng, temannnya? Ajeng yang duduk di kursi sebelahnya? Ajeng yang cantik dan pandai di sekolahnya itu? Vino menepuk-nepuk puncak kepala Cinta. "Tebakan kamu bener! Ajeng yang ini adalah Ajeng temen kamu yang duduk di samping kamu. Kamu tau, diem-diem aku lagi PDKT sama dia. Nah, ceritanya kemarin itu aku ajak dia ketemuan di sini. Ternyata dia setuju, dan sekarang dia beneran dateng ke sini deh." Vino menjelaskannya dengan raut wajah yang tak kehilangan binarnya sedikitpun. Setiap nama Ajeng meluncur dari bibirnya, maka saat itu pula bibir Vino akan tersenyum dengan lebarnya. Begitu lebar hingga kedua mata Vino semakin menyipit dan hampir tak terlihat. Cinta masih diam mendengarkan dengan kening mengerut bingung. Sejak kapan Vino dekat dengan Ajeng? Dan sejak kapan Vino melakukan PDKT dengan Ajeng? Apa selama ini Cinta tidak tahu apa-apa soal hati Vino? "Awalnya aku mau cerita sama kamu, tapi karena takut nggak diterima sama Ajeng, jadi aku pikir buat keep sendiri dulu dari kamu. Maaf ya friend..." Entah mengapa, kedua sudut bibir Cinta tertarik untuk memberikan senyum tipis. Senyum yang sebenarnya tak bisa diberikan oleh hatinya. Senyum yang ia gunakan sebagai kamuflase perasaan yang tanpa diduga hancur begitu cepat. "Tapi kamu harus janji, doain aku ya, semoga PDKT aku dan Ajeng bisa berjalan dengan baik. Dan kamu juga bantu ngawasin dari sini ya, kasih penilaian kamu tentang Ajeng. Kira-kira aku cocok atau nggak kalau disandingkan dengan Ajeng. Oke?" Jadi ini yang dimaksud Vino dengan bersenang-senang? Jadi ini yang dimakasud Vino dengan membutuhkannya? Agar Cinta bisa membantu Vino untuk mendoakan PDKTnya dan menilai dirinya bersama dengan Ajeng? Cup! Cinta membulatkan matanya saat bibir Vino mengecup singkat keningnya. Itu memang sering Vino lakukan padanya. Kata Vino, kecupan itu sebagai bentuk rasa sayangnya pada Cinta. Tapi entah mengapa, untuk kali ini Cinta membenci kecupan itu. Ia tak ingin Vino melakukan hal itu lagi padanya. "Sahabat terbaik aku harus bantuin aku kali ini ya?" Baru Cinta ingin mengatakan sesuatu, Vino sudah lebih dulu melangkah pergi menjauhinya. Ah, lagipula apa yang bisa Cinta katakan? Apa yang bisa Cinta ucapkan pada Vino? Lagi pula, Cinta dan Vino bukanlah siapa-siapa. Hanya sahabat, yang tak memiliki hak dan wewenang untuk saling mengikat diri satu sama lain. Vino berhak mendapatkan perempuan yang disukainya, dan Cinta, Cinta tak berhak untuk melarangnya. Cinta tak berhak membatasi perasaan Vino. Bagaimanapun, statusnya dengan Vino hanyalah sebatas sahabat. Tak lebih dan tak kurang. Dan Cinta, harus bisa belajar memahami hal itu. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD