3

1069 Words
Kriss berjalan memasuki ruang lab dengan membawa barang yang sudah berhasil ia dapatkan, tatapannya terus tertuju pada barang lusuh yang di bawanya. Setelah menghadap ke arah Tiffany, Kriss menatap ke arah tangan Tiffany yang sudah terulur ke depan untuk meminta barang yang di milikinya, Kriss pun dengan ragu memberikannya pada Tiffany. "Bagaiman cara menggunakannya? Apakah ada tombol atau semacamnya?" Tanya Tiffany setelah melihat dengan cermat barang yang di berikan oleh Kriss. Siapapun yang melihatnya tentu saja akan menyepelekan, apalagi barang itu terlihat sangat lusuh dan juga tak layak pakai, belum lagi dengan penampakan yang sangat mengerikan. "Aku membutuhkan celanaku yang tadi, barang lainnya ada di sana." Jawab Kriss seraya menatap ke arah Tiffany yang terlihat begitu lelah menghadapinya. "Hanya celana saja, setelah itu semuanya akan terlihat, mungkin itu terlihat seperti mobil-mobilan kumuh yang di jual di pasaran, tapi ini benar-benar berbeda dengan teknologi itu. Dan ini membutuhkan batrai agar bisa di manfaatkan," jelas Kriss yang langsung saja membuat Tiffany mengangguk. Salah seorang mengambil kembali pakaian milik Kriss yang sudah di buang ke dalam tong sampah dan memberikannya kepada Kriss. Tiffany memijit kepalanya yang semakin pening, melihat pakaian laki-laki itu sebelumnya, Tiffani tak bisa memikirkan kata-kata lain kecuali gelandangan, dan dari mana ayahnya menemukan gelandangan seperti ini? Kriss mencari batrai dan juga pasir yang ada di dalam saku celananya, Tiffany yang melihat beberapa pasir jatuh ke lantai pun terlihat sangat marah. "Kedua ini adalah bahan utamanya," kata Kriss seraya meletakkan baju lusuhnya di atas meja dan berjalan mendekati Tiffany dan juga barang buatannya. "Kita akan memasang batrainya di bagian sini, kita hanya perlu menggantinya jika barang ini tak berfungsi lagi." Lanjut Kriss menjelaskan dan juga memasang batrai yang tadi ia maksudkan. Tiffany menelan liurnya dengan kasar, jarak tubuhnya dengan Kriss begitu dekat, belum lagi dengan tatapan mata Tiffany yang tertuju pada wajah Kriss yang terlihat sedikit gelap namun terkesan sangat manis. "Di sini kita membutuhkan apapun seperti pasir, debu, atau semacamnya." Lanjut Kriss lagi. Tiffany masih diam di tempatnya, tatapannya masih fokus pada wajah Kriss yang entah sejak kapan menarik perhatiannya. "Setelah itu kita hanya perlu memasukkan pasirnya ke dalam sini, dan menekan tombolnya." Lanjut Kriss lagi seraya menoleh ke arah Tiffany, sedikit terkejut saat menyadari jika jarak wajahnya dan Tiffany terasa sangat dekat. Kriss pun memundurkan tubuhnya dan menatap ke arah barang yang ada di dalam meja, menunggu hasil yang akan di perlihatkan oleh barang-barang bekas yang sudah ia sulap menjadi sebuah teknologi yang cukup menarik. "Keluar," teriak Kriss yang langsung saja membuat Tiffany terkejut dan menatap ke arah barang milik Kriss. "Jadi debu atau pasir yang kita masukkan akan menghasilkan batu bata yang sangat padat, selain itu untuk ukurannya tergantung seberapa banyak kita memasukkan bahan awalnya, kita juga bisa membuat dalam berbagai bentuk karena di bagian bawah sini aku aku membuat beberapa bentuk variasi." Lanjut Kriss menjelaskan dengan bangga. Antonio yang sedari tadi menonton di belakang pun maju dan melihat hasilnya bersamaan dengan Tiffany yang juga terlihat sangat terkejut melihatnya. "Coba kita hancurkan." Kata Antonio yang langsung saja di setujui oleh Tiffany. Antonio membanting bata kecil yang di hasilkan oleh pasir yang di masukkan ke dalam barang antik berbentuk mobil-mobilan itu. Tiffany dan Antonio semakin terkejut saat melihat bata itu masih utuh dan tak hancur sedikitpun, membuat Kriss terdiam dan menatap ke arah wajah Tiffany yang terlihat begitu tak percaya. "Lulusan SMP kan? Ayo berteman." Kata Antonio seraya menghampiri Kriss dan mengulurkan tangannya ke arah Kriss. Kriss tersenyum dan membalas uluran tangan dari satu rekan kerjanya nanti, setidaknya dengan begini ada orang yang akan mengakui kecerdasan yang ia miliki. Kehidupan Kriss pun di mulai dari sini, bergabung dengan kelompok lab yang jumlahnya lebih banyak dari yang ia bayangkan, yang ia lakukan saat ini hanyalah mengamati satu persatu orang yang menggunakan berbagai alat yang ada di dalam lab itu, setidaknya dirinya memang membutuhkan pengetahuan untuk alat-alat baru yang tak pernah di lihatnya. "Perusahaan HI sudah beroperasi dalam kurun waktu 5 tahun, dan meskipun perusahaan ini di katakan besar tetap saja popularitasnya masih ada di bawah perusahaan ilmiah lainnya yang menciptakan banyak barang-barang ataupun teknologi yang lebih canggih dan juga sangat laku di pasaran." Jelas Tiffany seraya menemani Kriss berkeliling untuk melihat aktivitas dari yang lainnya. "Orang tuamu di mana?" Tanya Tiffany yang langsung saja membuat Kriss menoleh. "Kabur," jawab Kriss dengan suara yang sangat datar, membuat Tiffany hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan dan mencoba sabar untuk menghadapi sikap dingin dan juga acuh tak acuh dari rekan kerjanya yang baru. "Apa di sana bisa di gunakan?" Tanya Kriss seraya menunjuk tempat kosong, di mana di atas meja ada banyak alat yang sangat Kriss kenali. "Bisa, kebetulan pemiliknya libur hari ini." Jawab Tiffany yang langsung saja membuat Kriss melangkahkan kakinya ke sana dan mulai melihat cairan-cairan yang sudah sangat di kenalnya. Tiffany masih terdiam di tempatnya, itu adalah tempatnya, dan semua yang ada di sana adalah bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk menciptakan es krystal dengan bahan utamanya adalah angin. Tiffany berjalan mendekat dan melihat aktivitas Kriss yang begitu memahami barang-barang miliknya dengan baik. "Bukankah ini terlalu datar? Apa tak ada cairan lainnya?" Tanya Kriss yang langsung saja membuat Tiffany terdiam dan menatap ke arah Kriss cukup lama. "Apa yang membuatmu berpikir jika bahan-bahannya terlalu datar?" Tanya Tiffany tak terima, bagaimanapun juga dirinya sudah menciptakan semua itu sendirian dan siapa yang berani mengkritiknya sampai seperti ini? "Jelas di sini terlihat jika bahannya kurang tepat, jika kita menggunakan bahan yang lainnya, semua cairan ini akan mengendap dan membeku menjadi sebuah krystal es yang sangat dingin, selain itu jika bahan ini terlalu banyak tidak akan bertahan lama karena akan sangat rapuh dan mudah mencair." Jelas Kriss yang langsung saja membuat Tiffany maju dan menggeser tempat Kriss. Tangannya bergerak di atas keyboard yang transparan itu, membuat layar itu mulai berubah dan menampilkan beberapa hal yang belum pernah ia ketahui kebenarannya. "Dari mana kamu tahu kalau bahan-bahan ini di gunakan untuk membuat es krystal?" Tanya Tiffany yang langsung saja membuat Kriss mengambil salah satu bahan yang paling penting dalam pembuatan es krystal. "Di sini, biasanya teknologi yang akan membuat hal-hal semacam ini akan menggunakan bahan ini sebagai bahan utamanya, bedanya jika teknologi kita perlu menambahkan beberapa alat sebagai pembantunya," jawab Kriss yang langsung saja membuat Tiffany mengangguk mengerti. "Ayah bilang rungan game untukmu sudah siap." Lanjut Tiffany dan berjalan meninggalkan Kriss yang masih sangat penasaran dengan hasil penelitiannya itu. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD