1

1043 Words
Kriss seorang pengangguran dengan hobi game, Kriss hidup seorang diri, orang tuanya entah pergi ke mana, meninggalkan dirinya di sebuah panti saat usianya beranjak remaja, Kriss hanya bisa menempuh pendidikan SMP-nya, setelah lulus dari SMP Kriss memilih meninggalkan panti dan berjalan ke sana ke mari, memakan apapun yang ia temukan, entah itu di jalan ataupun di tempat sampah. Kriss mulai mengembangkan kecerdasannya saat menemukan sebuah gubuk yang layak huni, dari berbagai kabel temuan dirinya menciptakan sebuah lab kecil-kecilan dan menciptakan gamenya sendiri, hari-hari yang di lakukan Kriss hanyalah bermain game dan juga mengembangkan kecerdasannya, Kriss mulai menjual alat-alat rusak yang sudah ia perbarui untuk melanjutkan hidup yang lebih baik, hingga suatu hari Kriss di datangi seseorang dengan pakaian yang mewah, memakai jas dan juga mobil yang sangat bagus. Kriss yang tak tahu apapun hanya bisa menoleh ke sana kemari dan memilih untuk pergi melanjutkan jualannya, namun langkahnya terhenti karena salah satu dai orang itu menahannya dan membawanya masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan Kriss hanya diam dan menatap ke arah orang-orang yang terus mengawasinya, mobil berhenti di rumah mewah yang terlihat sangat besar itu, Kriss turun dari mobil saat di suruh turun, Kriss mengikuti langkah orang-orang itu ke dalam rumah mewah itu, kedua tangannya masih memegang alat yang akan ia jadikan uang hari ini. Jejak langkah Kriss meninggalkan noda kotor di lantai yang bersih itu, kaki yang begitu kotor dengan baju yang tak layak pakai membuat semua orang pegawai yang ada di rumah itu hanya menatapnya dengan tatapan aneh, semua orang bertanya-tanya kenapa orang seperti itu di bawa masuk ke dalam rumah mewah atasannya. "Kami sudah membawanya pak," suara salah satu orang berpakaian rapi itu membuat Kriss menoleh dan menatap ke arah pria paruh baya yang duduk di kursi dan membelakanginya. "Halo anak kecil, kita bertemu lagi." Kata laki-laki paruh baya itu seraya melambaikan tangannya ke arah Kriss. Kriss terdiam, menatap ke depan dengan tatapan datar, tak merasa kenal dengan laki-laki tua yang begitu dok akrab padanya. "Berikan salam bodoh," marah salah satu orang berpakaian rapi dan menendang kaki Kriss dengan keras, membuat Kriss yang lengah langsung terduduk di lantai dengan barang yang di bawanya terpental ke tempat lain. "Jangan kasar gitu dong," kata laki-laki tua itu yang langsung saja membuat Kriss berdiri dan mengambil barangnya, mengecek kembali barang yang di bawanya, karena barang itu tak boleh rusak atau dirinya tak makan hari ini. "Ayo kita mulai saja, aku sudah tahu keahlianmu, sebelumnya aku pernah membeli barang darimu dan benar-benar luar biasa, bagaimana kamu melakukan semua itu?" Pertanyaan yang terlontar dari laki-laki tua itu membuat Kriss menoleh dan menatap barang pertama yang ia buat, di mana alat itu bisa membuat air dingin dan panas di waktu bersamaan, barang berbentuk persegi itu adalah hal pertama yang ia ciptakan dengan bahan barang-barang bekas yang ia temukan. "Mau bekerja sama?" Tanya laki-laki tua itu seraya mendorong map yang ada di depannya ke arah Kriss berada. Kriss pun mulai berjalan mendekat, menaruh barang yang tadi ia bawa di atas meja dan mulai membaca isi kertas yang ada di dalam map tadi, sebelumnya Kriss sudah mengusapkan tangannya ke baju lusuhnya karena takut map itu akan kotor karena tangan kotornya. "Surat Perjanjian Kerja." Itu adalah hal pertama yang di baca oleh Kriss, Kriss yang penasaran pun mulai membacanya dengan cepat dan teliti, tatapan matanya fokus pada deretan angka yang akan ia dapatkan jika setuju dengan perjanjian itu, mata Kriss semakin melebar saat melihat hal lain yang akan membuatnya senang. "Hanya tiga tahun kan?" Tanya Kriss yang langsung saja membuat laki-laki tua itu tertawa mendengarnya, setidaknya kesempatan untuk bergabung benar-benar ada. "Betul hanya tiga tahun, jika kamu setuju mulia hari ini anak-anakku akan menunjukkan tempatnya, kamu bisa berkeliling dulu, dan untuk semua kebutuhanmu ke depannya akan aku tanggung, dari pakaian ataupun makanan, semuanya, adapun alat-alat baru yang kamu inginkan untuk memperluas kemampuanmu, aku berikan semuanya." Jawab laki-laki tua itu seraya berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Kriss yang terlihat ngiler dengan semua hal yang ia katakan. "Setuju."jawab Kriss dengan cepat dan mengulurkan tangannya ke arah laki-laki tua itu. Kriss kembali menatap ke arah tangannya dan mengelapnya ke baju lusuhnya dan kembali ia ulurkan lagi. "Tulis namamu di sana dan kita bisa pergi ke tempat kerja mu secepatnya." Kata laki-laki tua itu memilih untuk mengulurkan bolpoin daripada membalas jabatan tangan yang di ulurkan oleh Kriss. Kriss Wu Ananta. Nama panjangnya pun akhirnya tertulis rapi di atas kertas perjanjian kerja, mata Kriss menoleh ke arah nama yang ada di sebelah namanya, belum lagi dengan nama perusahaan yang tertera di atas kertas putih yang sama. "Ayo kita pergi ke lab, Tiffany dan yang lainnya sudah menunggu anggota baru bergabung." Perintah laki-laki tua itu berjalan terlebih dahulu, Kriss pun mengambil barangnya dan mulai mengikuti langkah mereka, tersenyum tipis setidaknya dirinya akan hidup lebih baik lagi daripada sebelumnya. Dalam perjalanan ke tempat pekerjaannya Kriss masih diam, menatap ke arah barang yang tadi ia buat, tangannya mengusap matanya yang tiba-tiba saja terasa petang, semalam ia tak sempat tidur karena membuat barang itu, belum lagi dengan game yang selalu ia mainkan setiap hari. "Di sana nanti akan ada beberapa rekan kerjamu, kamu harus bisa bergabung bersama mereka, dan jika kamu memiliki ide baru untuk membuat hal-hal baru, diskusikan pada mereka dan berikan laporannya padaku, berapa perbandingan berhasil dan gagalnya." Kata salah satu orang yang berada di satu mobil dengannya. Kriss pun hanya mengangguk pelan, matanya sudah sangat mengantuk dan ingin tidur, sisanya Kriss hanya memejamkan matanya dan membiarkan orang itu terus mengoceh hal-hal yang tak akan pernah di dengarnya. Kriss memejamkan matanya dengan nyaman, di dalam mimpinya Kriss terlihat meraih kesuksesannya dan menemukan keberadaan orang tuanya yang sangat sukses itu, Kriss hanya bisa terdiam dan memutar tubuhnya untuk meninggalkan tempat itu, dirinya tak berniat untuk menerobos dan mengakui keberadaannya di depan publik, karena sampai kapan pun Kriss hanya akan berdiri dengan kakinya sendiri, menghidupinya dengan kecerdasan yang ia miliki. "Woy bangun, bisa-bisanya kamu tidur di saat aku membicarakan banyak hal padamu." Teriak orang itu saat menyadari Kriss tertidur dengan lelap. "Kriss." Di dalam mimpinya Kriss hanya berlari dan menghindari kejaran orang tua kandungnya, hingga akhirnya Kriss berhasil membuka matanya dan menatap ke arah orang-orang yang menatapnya dengan kesal. Mimpi yang sama, mimpi yang ia lalui setiap tidurnya, mimpi yang beberapa tahun ini menjadi mimpi buruk untuknya. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD