“Udah bangun?” Suara maskulin Pak Darren adalah suara yang pertama kali masuk ke indra pendengaranku pagi ini. Setelah dua hari nginep di rumah si madu, ketiga kalinya dia memilih tidur di rumah. Aku natap laki-laki yang sekarang cuma pakai handuk. Dia baru selesai mandi, rambutnya masih basah. Pak Darren ngambil ponsel yang ada di atas nakas dan keliatan lagi mengetik sesuatu di sana. “Bapak main ponsel kaya lagi ujian, tegang banget,” celetukku tanpa repot-repot jawab pertanyaannya. Aku ngeraih guling yang ada di samping tubuh dan meluk dengan erat. Masih jam setengah enam. Aku mau malas-malasan di kasur lima menit dulu sebelum bersiap pergi ke kantor. “Santuy, Pak.” “Apa itu santuy?” tanya Pak Darren, matanya masih fokus ke ponsel. “Santai.” “Oh.” Dia ngangguk-ngangguk. Gak lama

