NAPAK TILAS
Nur Hamidah berjalan membuka pintu ketika ia mendengar bunyi ketukan pada pintu rumahnya di siang hari yang panas. Nur Hamidah cepat cepat bangun dari tidurnya karena ia hanya sendirian di rumah.Suaminya sedang bekerja sebagai tukang batu dan dua anak laki lakinya sedang bersekolah.
Ketukan pintu berulangkali berbunyi, membuat bising telinga Nur Hamidah.Sebenarnya jika ketukan di pintu itu satu atau sampai dengan tiga kali, mungkin Nur Hamidah masih bisa bermalas malasan di tempat tidur, tetapi kali ini bunyi ketukan ointu berulang ulang dan ketukannya sangat keras dan jika dinilai dengan perasaan mungkin itu adalah ketukan pertanda sesuatu yang penting untuk dirinya. Padahal Nur Hamidah masih malas untuk bangun dari tidur siangnya, tetapi perasaannya tidak enak barangkali ada sesuatu yang menimpa anaknya yang sedang bersekolah atau juga sesuatu yang gawat yang menimpa duaminya yang sedang bekerja membangun rumah di tetangga desa sebelah.
Buru buru Nur Hamidah mengenakan kerudung yang dicantolkan di paku belakang kamarnya. Ia mengenakan kerudung motif kembang kembang yang sudah kusam, seadanya saja dan segera membuka pintu rumahnya.
Dari balik pintu rumahnya, muncul sesosok pemuda berumur 30 an tahun bernama Rohim dengan mengenakan jaket kulit yang sudah robek robek kulitnya, berdiri di hadapannya.
" Ada apa lagi Rohim ? sudah saya jelaskan saya tidak mau menemui ibu kamu.Pergilah dari sini, saya muak ! " teriak Nur Hamidah dengan keras di depan Rohim.
" Tolonglah mbakyu, sekali ini saja, ibu saya sedang sekarat dan memanggil manggil mbak Nur terus. Tolong mbak ! ampuni ibu saya, saya mohon ! " ujar Rohim dengan wajah memelas menghar