First, i'm back

894 Words
Wuuzzzz… Bunyi gesekan benda pejal hitam dengan aspal yang kasar itu terdengar saat Asoka Flight 999 berhasil mendarat dari Pakistan.Aliyra kembali menapakkan kakinya ditempat terakhir sebelum Ia mengudara ke Pakistan, Bandar Udara Soekarno Hatta. Kenapa ke Indonesia? Kenapa tidak London saja? Aliyra pulang ke Indonesia atas permintaan ibu dan ayahnya beberapa hari yang lalu. Mereka bilang ada hal yang sangat penting, yang mengharuskannya untuk datang ke Indonesia. Kaki jenjang berbalut celana biru muda, dengan cepat melangkah menuruni anak tangga. Aliyra Khanza Ibrahim, telah kembali setelah 5 tahun menghilang bagaikan ditelan bumi. Flat shoes navy itu membawa kakinya menari-nari di sepanjang jalan Bandar Udara.  “Aliyra Khanza Ibrahim Aliyra Khanza Ibrahim, Pakistan!” ujar seorang pria paruhbaya dengan kerutan di wajah dan rambut kelabu yang sedang memegang papan putih di dadanya. Gadis berjilbab coklat s**u itu berjalan cepat mendekatinya. “Apakah Anda Bapak Suritno?” Tanya Aliyra, dan yang diberi pertanyaan pun tersenyum lebar sambil mengangguk mantap. Mereka segera meninggalkan bandara, menuju ke suatu tempat yang sangat tidak diduga oleh Aliyra. Rasa tidak beres menghampirinya. Kenapa pria ini mengantarku ke rumah sakit? Pria sekitar 55 tahunan itu turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Aliyra. "Silahkan turun non. Kita sudah sampai. Non sudah ditunggu di dalam" ujarnya sopan. Lalu aku menanyakan apa yang terjadi, dan siapa yang sakit?  "Maaf non, saya hanya diperintahkan oleh Tuan Leo dan Tuan Devano untuk menjemput dan mengantar Non Aliyra" jelasnya "Mari, saya antar" sambungnya dan aku mengikutinya dengan hati penasaran.   “Lyra!” sebuah panggilan yang berhasil membuat Aliyra mengalihkan pandangannya. Ibu! Iya, orang itu adalah ibunya, satu-satunya orang yang mengetahui keberadaan Aliyra selama 5 tahun terakhir ini. Aliyra berlari ke arah ibunya dan langsung menghambur ke dalam pelukan orang yang sangat ia rindukan itu. "ibu.." ujar aliyra dan mereka berpelukan setelah sekian lama. "ibu sangat nerindukan kamu, nak" ujar ibu dengan mata yang sedikit berair. Aliyra mengajak ibu untuk duduk di kursi panjang yang ada di depan ruangan tersebut. Dan ia menjawab bahwa ia juga sangat merindukan ibunya itu, dan ingin menceritakan semua hal yang telah terjadi lima tahun belakangan ini. Tapi sebelum itu ter-realisasikan, ibu memintanya untuk ikut ke suatu tempat. "Nak.. hem.. bagaimana mengatakannya?" ujar ibu yang tampak bingung "Ada apa, bu? oh iya, Ibu, kenapa aku dibawa ke sini? Siapa yang sakit, bu? Apa ayah sakit, bu?” Tanya Aliyra dan dijawab gelengan oleh ibunya. Lewat pandangan matanya, Aliyra seolah berkata, lalu?. "Kenapa ayah, ibu, dan Uncle Dev tiba-tiba memintaku ke Indonesia? di rumah sakit pula" tanya Aliyra. "itu yang ingin ibu bicarakan sama kamu, nak" ujar ibu "maka dari itu, kamu harus ikut sama ibu dulu. Karena ibu susah untuk menceritakannya" sambungnya lalu Aliyra langsung dibawa oleh ibunya ke sebuah ruangan, melewati lorong berdinding putih yang tampak suram dan mencekam. Tibalah mereka didepan sebuah ruangan yang tertera nomor 602 di pintunya. Ibu membuka pintu ruangan tersebut dan seketika terdengar bunyi nyaring dari alat EKG yang sedari tadi memenuhi ruangan. Ibu tersenyum kearah Aliyra dan mengulurkan tangan, mengajak Aliyra masuk. Di dalam sana, ada beberapa orang wanita yang seumuran dengan ibu, dengan posisi membelakangi mereka, dan juga dua orang dokter dan beberapa perawat wanita. Bunyi nyaring alat EKG itu terdengar jelas dan nyaring ditelinga. Beberapa detik kemudian, seorang wanita yang berada di depan mereka membalikkan tubuh menghadap ke mereka. "kalian sudah datang?" ujarnya yang sedikit berbisik. Beliau adalah tante fhilia, yang sudah Aliyra anggap sebagai ibunya juga. "bagaimana? apakah ada kemajuan?" tanya ibu yang juga sedikit berbisik, tapi tante Fhilia menggeleng, mengisyaratkan jawaban nya.  "tante fhili, apa yang terjadi?" tanya Aliyra tapi tante fhilia hanya tersenyum ke arahnya. Sambil mengusap-usap kepala kanan Aliyra dan masih tersenyum, ia berkata "kamu yang kuat, kamu pasti bisa". Aliyra yang benar-benar tidak mengerti arti perkataanya itu hanya bisa tersenyum kikuk. "sekarang, lebih baik kamu makan saja dulu, kamu belum makan, kan?" ujar ibu dan aliyra mengangguk, Lalu ibu megantarnya ke kantin rumah sakit. Saat Aliyra sedang makan, tiba-tiba saja ponsel ibu berdering, dan ibu mengangkat telponnya. "Ah? Benarkah? Syukurlah.. iya, kami akan segera ke sana" ujar ibu yang bercakap dengan seseorang yang tidak tahu siapa itu. "Yasudah, aku tutup dulu. Oh iya, menurutku, lebih baik jika kita memberinya sedikit waktu lagi. Iya, baiklah" sambung ibu lalu menutup sambungan telponnya. "Siapa bu?" Tanya Aliyra pada ibu di selah makannya. "Eh? Ini, ayahmu" ujar ibu. "Ooh memangnya ada apa bu?" Tanya Aliyra lagi "hem?" Ibu tampak seperti kebingungan atau entah lah cukup sulit menjelaskan ekspresi beliau saat ini. Tapi di detik berikutnya, terlihat seulas senyuman di sana. Tangan kanannya mengelus kepala kiri Aliyra kemudian kedua tangannya beralih memegang kedua pundak anak gadisnya itu. "Maafkan ibu ya nak" ujarnya sendu dan lembut. Tapi mengapa ibu meminta maaf kepadaku? "Tapi ibu tau, kamu pasti bisa. Kamu itu kuat, kamu hebat" sambungnya seperti memberikan semangat kepadak Aliyra"sebenarnya ada apa? Apa yang ibu tutupi dariku?" Tanya Aliyra dengan tangan ibu yang masih memegang bahunya. Ibu menggeleng, dan masih tetap tersenyum, menatap Aliyra dalam. tergambar semburat kesedihan disana "ibu, ada apa?" Tanya Aliyra yang kesekian kalinya tapi ibu tetap tidka bergeming. Ibu beranjak dari dudunya dan berjalan mendekat ke arah Aliyra lalu memeluk anaknya dengan erat dan dibalas peluka erat pula oleh Aliyra. "nak, ibu hanya bisa memberimu semangat, dan juga berpesan kepadamu. Pesan ibu, kamu  jangan terkejut, terima, jalani, dan tetaplah tegar. Ibu tau kamu bisa. Jika kamu perlu saran atau tempat mengadu, Allah, ibu, tante fhili, katty dan yang lainnya ada untuk kamu" ujar ibu dengan sangat lembut saat memeluk Aliyra. tidka tahu apa sebebnya, tapi saat mendengar perkataan itu keluar dari mulut ibunya, hati Aliyra terasa sakit dan sedikit terluka. "Semua ini adalah yang terbaik, dna semua ini akan dibalas dengan hal yang jauh lebih baik lagi" tambah ibu yang masih memeluk anak gadisnya itu dengan sangat erat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD