Setelah Arga menceritakan semua masalahnya, Papah dan Mamah Arga menjadi bingung dengan situasinya saat ini. Disatu sisi mereka sangat bahagia mengetahui anak bungsu mereka sudah menikah. Namun di sisi lain, mereka berdua juga bingung. Bagaimana nanti jika suatu saat Rio datang dan berusaha merebut menantu mereka?apalagi hubungan anak mereka Adrian yang merupakan Papah dari Rio tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja dengan Arga.
"Lalu apa langkahmu selanjutnya? mengapa istrimu tidak kamu ajak kesini?" tanya Papah Arga.
"Aku akan melanjutkan pernikahan ini Pah. Aku tidak mau mempermainkan sebuah pernikahan. Bagiku pernikahan adalah sebuah perbuatan yang sangat sakral dimata Allah. Walaupun aku dan Bella tidak pernah saling kenal sebelumnya. Kami tetap sepakat untuk melanjutkan pernikahan ini," sahut Arga dengan mantap. "Setelah selesai menyiapkan semuanya, aku akan membawa Bella ke rumah ini Mah," sambungnya lagi.
Mendengar kata-kata Arga, Papah Arga tersenyum bahagia. Dia merasa bangga dengan cara berpikir Arga. Jika sebuah pernikahan bukan untuk ajang main-main. "Jika kamu sudah mantap dengan niatmu. Papah merestui kalian. Segera persiapkan semuanya, kita akan melangsungkan pernikahan kedua kalian di rumah ini. Papah akan mengundang semua kolega bisnis Papah, dan keluarga besar kita. Papah bangga dengan pemikiranmu." puji Papah Arga, sembari menepuk pundak Arga.
"Mamah, apa Mamah setuju?" tanya Arga, beralih memandang Mamahnya.
"Jika itu sudah niatmu. Mamah akan selalu mendukungmu. Lakukan apa yang Papahmu minta. Dan segera bawa kesini menantu Mamah," sahut Mamah Arga tersenyum hangat.
Arga langsung memeluk kedua orang tuanya. Arga sungguh bahagia memiliki kedua orang tua yang selalu mendukungnya dari segala hal. Masalah selanjutnya dengan Rio dan kakaknya Adrian, Arga pikiran nanti. Yang terpenting, restu dari kedua orang tuanya sudah didapat sekarang.
Sedangkan di rumah Bella, sudah seharian ini Bella hanya berada di kamar. Entah mengapa Bella sangat merindukan sosok Arga yang selalu membuatnya kesal. Padahal baru sehari mereka bertemu dan kenal. Tapi Bella sudah merasa sangat kesepian. Ponsel yang sedari tadi dia pegang, hanya diputar-putarkannya saja diatas nakas.
"Apa Om itu tidak kembali lagi, lalu apa aku akan jadi janda yang tidak ada kejelasan dalam status? Ah, mengapa jadi begini. Ayolah Bella, semangat. Jangan uring-uringan begini," semangat Bella pada dirinya sendiri.
Karena terlalu lelah menunggu, tanpa sadar Bella akhirnya tertidur.
***
Beberapa jam berlalu, namun Bella masih belum bangun dari tidurnya.
Mamah Ani yang merasa cemas dengan keadaan Bella yang tidak kunjung keluar dari kamar, sejak kepulangan Arga. Segera bergegas menuju kamar Bella.
"Bella....Bel..." panggil Mamah Ani, sambil terus mengetuk pintu kamar Bella."Aduh apa sih yang dilakukan anak ini. Kenapa tidak keluar juga." sambungnya lagi, semakin merasa cemas.
"Assalamu'alaikum Mah...." salam Papah Delon, yang baru saja pulang dari bekerja.
"Eh, wa'alaikummussalam Pah... Papah baru pulang?" tanya Mamah Ani,langsung menghampiri suaminya.
"Iya Mah, kebetulan di toko sedang ramai pengunjung," sahut Papah Delon, lalu duduk disofa rumah mereka.
"Oh ya, Mah, Bella mana?" tanya Papah Delon lagi.
"Itulah Pah, dari tadi Mamah panggil. Tapi Bella tidak keluar kamar. Mamah khawatir dengan Bella Pah," sahut Mamah Ani dengan raut wajah yang cemas.
"Yasudah, Mamah siapkan Papah makanan,ya! Nanti soal Bella, biar Papah yang urus," pinta Papah Delon. Yang dibalas anggukan oleh Mamah Ani.
Papah Delon segera beranjak dari duduknya, lalu melangkah menuju kamar Bella.
"Bella, keluar nak. Ayo makan malam bersama," panggil Papah Delon dengan suara yang dibuat keras. Sambil mengetuk pintu kamar Bella.
Bella yang mendengar suara keras Papahnya, tiba-tiba saja terbangun. Dan langsung mengambil jam kecil miliknya.
"Ya ampun, sudah pukul 7 malam. Apa selama itu aku tertidur," gumam Bella, langsung bangkit dan melangkah ke arah pintu.
Ceklek...
Pintu kamar Bella terbuka, dengan Papah Delon yang sedang berdiri didepannya.
"Maaf Pah, Bella ketiduran." ucap Bella.
"Tidak apa-apa. Ayo bersihkan diri kamu dulu. Setelah itu, Papah tunggu di ruang makan." sahut Papah Delon.
"Baik Pah. Bella bersih-bersih dulu," ucap Bella.
Setelah Bella masuk ke kamarnya lagi, Papah Delon juga langsung melangkah menuju kamarnya untuk bersih-bersih. Sedangkan Mamah Ani sedang sibuk menyiapkan semuanya di ruang makan.
Lima belas menit berlalu, kini semuanya sudah berkumpul di ruang makan. Makanan yang tersaji dimeja makan, sungguh sangat menggugah selera Bella. Ayam tepung dengan sambel geprek dan sayur-sayuran sungguh membuat Bella sudah tidak sabar ingin segera memakan makanan kesukaannya itu. Tidur seharian, membuat Bella kalap dengan mengambil banyak sekali makanan.
"Bella, banyak sekali makan kamu. Pelan-pelan saja makannya." tegur Mamah Ani.
"Hehehe, maaf Mah. Habisnya Bella lapar Mah," sahut Bella, lalu tersenyum kikuk.
"Yasudah, ayo makan. Jangan lupa membaca doa," ucap Papah Delon, memulai makan malam mereka.
Bella makan dengan lahapnya, sedangkan Mamah Ani dan Papah Delon hanya bisa saling lirik dan sesekali tersenyum melihat Bella makan.
"Bella, bagaimana suami kamu? Apa nak Arga ada menghubungi kamu?" tanya Papah Delon, setelah makan malam sudah selesai.
"Aku tidak tahu Pah. Dia tidak ada menghubungi Bella. Bella juga tidak tahu nomor ponselnya," sahut Bella, tiba-tiba saja wajahnya murung.
Mamah Ani yang sadar dengan perubahan raut wajah Bella, mengerti keadaan hati Bella saat ini.
"Yasudah, jangan dipikirkan. Mungkin saja nak Arga saat ini sedang sibuk mempersiapkan semuanya. Lebih baik kamu istirahat di kamar." pinta Mamah Ani lembut.
"Bella masih belum mau istirahat Mah. Bella bantu Mamah aja, ya, beres-beres bekas makan malam," sahut Bella.
"Baiklah, kita bereskan ini dulu. Setelah itu kamu istirahat," ucap Mamah Ani, yang dibalas Bella dengan anggukan.
***
Sedangkan dikediaman Arga saat ini, Arga langsung bergegas menuju kamarnya setelah makan malam selesai. Tiba-tiba saja Arga teringat dengan gadis yang kini sudah sah menjadi Istrinya itu. "Lagi ap, ya, sekarang gadis aneh itu?" batin Arga, sambil mengingat wajah menggemaskan Bella.
"Sayang sekali, aku lupa bertukar nomor ponsel dengannya. Tunggu aku pulang, setelah semuanya selesai aku pasti akan segera menjemputmu," sambungnya lagi.
Seharian penuh Arga mengurus semua persiapan pernikahannya dengan Bella, sampai-sampai pekerjaan Arga pun dia tinggalkan. Untung saja orang kepercayaannya selalu bisa diandalkan untuk mengelola tokonya saat dia sedang sibuk atau tidak berada di toko.
Arga memiliki sebuah toko yang dibilang cukup besar. Toko yang bergerak dibidang elektronik dan mebel itu berkembang sangat pesat. Meskipun usia Arga yang sekarang baru menginjak 31 tahun, namun karena cara pikir Arga yang cerdas dalam bidang perdagangan dan strategi dagang yang kuat membuat usaha yang dibangunnya sendiri dari nol itu membuahkan hasil yang sangat pantas.
Hal itulah yang membuat orang tua Arga merasa sangat bangga dengan anak bungsu mereka itu. Berbanding terbalik dengan Kakak Arga, Adrian. Adrian selalu saja membuat kesalahan, dan selalu mengandalkan bisnis dari orang tuanya. Sifatnya yang ceroboh dan selalu bermain dengan para wanita, seringkali membuat bisnis yang dijalankannya menjadi hancur. Tidak berbeda jauh dengan Papahnya, Rio juga seperti itu. Wanita selalu saja jadi alasan utama membuat hasil kerja keras menjadi berantakan. Rio juga selalu saja bergonta-ganti kekasih. Meskipun Rio sudah melamar Bella, tetapi kali ini Rio sedang dalam keadaan yang sial. Wanita yang selalu bersama nya saat masih memiliki hubungan dengan Bella. Tiba-tiba saja datang dan mengaku sedang mengandung anak Rio. Hal itu yang membuat Rio tidak hadir di hari pernikahannya dengan Bella. Rio harus bertanggung jawab dengan perbuatannya itu.