Sarapan pagi sudah selesai, kini Bella dan Mamah Ani sedang sibuk membereskan sisa bekas piring kotor mereka. Sedangkan Arga dan Papah Delon sedang duduk di teras rumah saling bertukar cerita sembari menikmati secangkir kopi dipagi hari.
"Apa rencana nak Arga setelah ini?" tanya Papah Delon
"Setelah ini saya mau pulang ke rumah Pah, saya akan membicarakan ini kepada Papah dan Mamah saya di rumah," sahut Arga
"Maafkan kami nak Arga, karena kami nak Arga jadi terseret kepermasalahan yang tidak nak Arga lakukan," dengan wajah sendu Papah Delon kini meminta maaf lagi.
"Tidak masalah Pah, semua sudah terjadi. Saya juga ikhlas dengan ketentuan ini. Kalau begitu, saya permisi Pah. Saya mau bersiap," pamit Arga.
"Silahkan..." sahut Papah Delon.
Bella yang sudah selesai membersihkan bekas piring kotor langsung bergegas menuju kamarnya.
Sesampainya Bella didalam kamar, Bella tertegun melihat Arga yang sedang sibuk mengganti pakaiannya.
"Tampan juga..." gumam Bella pelan, namun masih terdengar ditelinga Arga.
Entah kenapa Arga malah tersenyum mendengar pujian yang tidak sengaja keluar dari mulut Bella. Sontak saja Arga berpaling menghadap Bella.
"Jangan terlalu lama dipandang. Aku memang sudah tampan dari sananya. Tutup mulutmu itu! Jangan sampai ada yang menetes," ucap Arga menyadarkan lamunan Bella.
Dengan cepat Bella menutup mulutnya, dan membersihkan mulutnya. Namun tidak ada sesuatu yang menetes.
"Om mengerjaiku ya?" tanya Bella kesal.
"Tidak." sahut Arga datar, kemudian beralih kearah kemejanya.
Bella semakin kesal dengan Arga kini melangkah mendekati Arga. "Lalu apa yang Om maksud menetes tadi? Aku sudah membersihkannya tapi tidak ada apa-apa," ucap Bella yang saat ini sudah berada di depan Arga.
Arga mulai menundukkan kepala nya secara perlahan beralih menuju telinga Bella. Melihat gelagat Arga yang aneh, Bella langsung menutup matanya.
"Dasar gadis aneh, memangnya aku mau apa?Sampai dia menutup mata segala," batin Arga sambil terus mengulum senyumnya.
"Aku bilang jangan sampai menetes." bisik Arga ditelinga Bella. Arga segera melangkah mengambil ponselnya dan keluar dari kamar Bella.
Bella masih berdiri mematung didalam kamarnya. Dan perlahan mulai membuka matanya, diedarkannya pandangannya namun tidak melihat Arga lagi di kamarnya.
"Dasar Om-Om. Kenapa dia selalu membuat ku kesal." gerutu Bella, yang merasa malu. Kemudian melangkah keluar dari kamarnya sambil menghentakkan kakinya.
"Mah, Pah. Saya pamit dulu, nanti saya kesini lagi untuk membawa Bella dan menjemput Papah dan Mamah. Insyaallah saya akan mengadakan acara pernikahan kami disana. Tapi saya masih belum bisa memastikan berapa harinya. Secepatnya saya akan kembali, jika semuanya sudah selesai. Saya titip Bella," pamit Arga.
"Baiklah, kami akan menjaga Bella. Kamu hati-hatilah di jalan. Semoga keluarga besar kamu bisa menerima ini." sahut Papah Delon. Sedangkan Mamah Ani hanya mengangguk saja mendengar kata-kata suaminya.
"Saya Pamit... " pamit Arga, lalu mulai menyalami Papah Delon dan Mamah Ani.
"Om mau kemana?" tanya Bella yang kebetulan saat itu baru saja tiba. Bella heran mau kemana suami dadakannya itu pergi bahkan ini hari pertama mereka menikah.
Baik Arga dan kedua orang tua Bella langsung menoleh kearah Bella.Dengan langkah pasti, Arga mulai mendekati Bella.
"Aku pamit pulang dulu." ucap Arga, yang kini sudah berdiri tepat di depan Bella.
"Pulang? Secepat itu?" tanya Bella, yang entah mengapa hati Bella terasa tercubit saat mengetahui suaminya akan pergi.
Arga menundukkan wajahnya ke arah Bella.
"Aku pulang hanya sebentar saja, aku mau mengurus pernikahan kita di tempatku. Aku juga harus pulang memberitahu masalah ini kepada orang tua dan keluarga besarku," sahut Arga memberi pengertian.
"Baiklah, hati-hati di jalan." ucap Bella, lalu melangkah pergi meninggalkan Arga.
Hati Arga sedikit sakit melihat kelakuan Bella. Jujur saja, saat ini pun Arga juga merasa sangat berat untuk meninggalkan Bella. Entah kenapa, Arga seperti sudah merasa nyaman jika sedang berada didekat Bella.
Melihat Arga yang masih diam mematung, Papah Delon melangkah menghampiri Arga.
"Jangan terlalu dipikirkan nak. Bella memang seperti itu, Papah harap kamu mau memakluminya. Usianya masih terlalu muda, sikapnya selalu saja seperti itu. Papah akan menasihatinya nanti. Pergilah! nanti kamu kesiangan," ucap Papah Delon, sambil menepuk bahu Arga.
"Baik Pah. Saya permisi," sahut Arga, yang langsung berjalan menuju mobilnya.
***
Didalam kamar Bella hanya bisa meneteskan air matanya saat melihat mobil milik Arga yang perlahan namun pasti melaju meninggalkan rumahnya.
"Bodoh, kenapa aku sampai sedih begini? Jika dia mau pergi, ya, tinggal pergi. Kenapa juga aku menangis. Dia itukan hanya suami dadakanku," gumam Bella mencoba menyadarkan dirinya sendiri.
Sedangkan diperjalanan Arga masih saja terus kepikiran dengan Bella, tapi ia sadar.Saat ini ia harus segera menyelesaikan masalah ini. Dengan cepat Arga melajukan mobilnya menuju kota tempat dia tinggal.
2 jam berlalu, akhirnya Arga sudah sampai di kediamannya. Orang tua Arga yang saat ini sedang duduk di teras rumah langsung berdiri saat melihat mobil Arga mulai memasuki halaman.
"Arga.." panggil Mamah Arga.
Dengan segera Arga turun dari mobilnya. Arga masih bingung bagaimana memulainya. Ini bukan masalah sepele baginya. Ia takut jika kedua orang tuanya tidak merestuinya nanti.
"Mah, Pah." sapa Arga, lalu menyalami keduanya.
"Kamu dari mana saja Arga? pergi dari kemarin dan baru pagi ini kamu pulang," tanya Papah Arga.
"Aku dari..." Arga sengaja memberi jeda kata-katanya.
"Dari mana sayang? " tanya Mamah Arga yang sudah tidak sabar mendengar penjelasan anaknya itu.
"Lebih baik kita kedalam dulu Mah, Pah. Ada yang ingin aku sampaikan penting," sahut Arga dengan wajah yang mulai serius.
Melihat perubahan raut wajah Arga, Papah Arga langsung tahu jika saat ini anak bungsunya itu sedang memiliki masalah serius untuk dibicarakan. "Mari kita masuk!" seru Papah Arga, dengan suara tegasnya.
Arga dan kedua orangtuanya saat ini sedang duduk berhadapan disebuah Sofa rumah mereka.
"Katakanlah!" pinta Papah Arga.
"Ehm, begini Pah, Mah. Sebelumnya Arga minta maaf. Ini terjadi begitu cepat, Arga sendiri masih bingung memulainya dari mana. Tapi kepergian Arga kemarin dan baru pulang sekarang karena Arga menikah," ucap Arga.
Kedua orang tua Arga terkejut bukan main, saat mendengar pengakuan Arga. "Apa yang kamu katakan Arga? Kami menikah? Kenapa kamu baru bilang sekarang? Apa kamu menodai anak gadis orang?" banyak sekali pertanyaan yang keluar dari mulut Mamahnya.
Sedangkan Papah Arga hanya diam sambil mencerna kata-kata Arga.
"Katakanlah apa alasan mu?" tanya Papah Arga yang kemudian membuka suaranya.
"Aku tidak menodai anak gadis orang Mah, Pah. Kejadiannya begitu cepat, kemarin aku berniat untuk menghadiri pernikahan Rio. Tapi sesampainya aku di sana. Mereka salah sangka, mereka kira aku adalah pengantin prianya. Saat itu aku masih belum bisa mencerna semuanya, aku menurut saja saat Pak Penghulu memintaku menjabat tangannya dan mengucapkan kalimat sakral itu," sahut Arga mulai menjelaskan kejadian awalnya.
"Rio? Kapan dia menikah? Tetapi Adrian tidak memberitahukan apapun kepada Papah atau Mamah," Saut Papah Arga bingung.
"Aku juga tidak tahu Pah, Rio memberitahuku jika kemarin dia akan menikah. Aku yang merasa hubunganku dengan Kak Adrian merenggang memutuskan untuk pergi ke pernikahannya. Dengan harapan bisa memperbaiki hubungan kami. Tapi sesampainya aku disana, malah aku yang jadi pengantinnya. Dan Rio tidak muncul sama sekali," sahut Arga.