3. Tidak Mirip

1220 Words
"Benarkah? Padahal banyak orang yang bilang kalau Res itu mirip sekali dengan ayahnya," bohong Ozawara. Bisa saja Reswara mirip dengan Lakeswara karena pria itu adalah pamannya. Tapi kenyataannya, bocah mungil itu sama sekali tidak mirip dengan Lakeswara. Reswara juga sama sekali tidak mirip dengan Ozawara. Bahkan, Ozawara sendiri tidak tahu dengan siapa putrinya memiliki kemiripan. Hal itu yang membuat Ragana penasaran dan bertanya. "Iya, Bu. Tapi, saya rasa tidak. Res tidak mirip sama sekali dengan ayahnya," kekeh Ragana. "Ya sudahlah, tidak usah bahas masalah itu lagi." Ozawara tidak ingin ketahuan telah berbohong, "Lebih baik kau keliling dulu agar lebih mengenal rumah ini, sebelum Res selesai membersihkan diri. Atau kau boleh ikut aku sarapan di meja makan," imbuh Ozawara. Tepat setelah Ozawara mengucapkan kata-kata terakhirnya. Terdengar suara perut yang sangat nyaring dan asal suara itu berasal dari Ragana. "Maaf, Bu. Sepertinya cacing-cacing di perut saya lebih memilih sarapan terlebih dahulu daripada keliling rumah ini," ucap Ragana tersenyum canggung sambil menyentuh perutnya. Ozawara menggelengkan kepalanya sambil bergumam, "Bagaimana bisa ada orang seperti dia?" Bagaimana bisa putrinya menganggap pria seperti Ragana sebagai ayahnya? Mengapa tidak orang lain saja yang jauh lebih berkelas? Ozawara tidak tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya itu. Hanya putrinya sajalah yang tahu alasannya. Namun, ia tidak bisa menanyakannya pada sang putri. Tentu saja karena putrinya tidak akan bisa menjawabnya. "Maaf, apa Ibu Oza mengatakan sesuatu?" tanya Ragana seperti mendengar sesuatu keluar dari mulut Ozawara. "Ah, tidak. Aku tidak mengatakan apa-apa kok. Lebih baik kita ke meja makan sekarang sebelum Res selesai membersihkan diri. Kau tahu bukan tugas pertamamu apa?" elak Ozawara dan lekas mengalihkan perhatian Ragana. "Menyuapi Res makan, Bukan?" tanya Ragana ragu takut salah. "Ya, betul. Kau harus menyuapi Res makan sampai habis. Setelah itu, kau harus menemani Res bermain," jelas Ozawara. "Baik, Bu," ujar Ragana. "Ingat! Kau tidak boleh tertidur ketika menemani Res bermain," peringat Ozawara. Sebelumnya, ada baby sitter yang lalai ketika menemani Reswara bermain. Alih-alih bermain bersama anak asuhnya. Baby sitter itu malah sibuk melanglang buana di dalam mimpi. Jadi, Reswara merasa bosan dan keluar dari kamar di saat pintu tidak benar-benar tertutup. Hampir saja bocah mungil itu jatuh menggelinding di tangga jika Oma Rinda tidak memergokinya. "Baik, Bu," jawab Ragana. "Kau juga tidak boleh memainkan ponselmu ketika sedang bersama Res. Apa kau mengerti?" Ozawara tidak ingin terjadi hal buruk pada putrinya hanya karena kelalaian baby sitter yang ia sewa untuk menjaga putrinya. "Baik, Bu, saya mengerti," jawab Ragana lagi. "Bagus. Lebih baik kita sarapan dulu sebelum Res turun," ujar Ozawara sambil menarik kursi dan duduk. "Duduklah! Kenapa kau masih berdiri di situ?" tanya Ozawara melihat Ragana hanya berdiri saja. "Maaf, Bu. Saya merasa tidak pantas duduk satu meja dengan, Ibu," jawab Ragana menunduk. Bagaimana bisa ia makan di meja makan yang sama dengan bosnya? Bukankah itu sangat tidak sopan? "Memangnya kau akan makan di mana? Di lantai?" tanya Ozawara sinis. "Itu lebih baik daripada saya harus bersikap tidak sopan," jawab Ragana lebih memilih duduk di lantai. "Duduklah ketika aku mempersilahkan kau duduk! Aku selalu memperlakukan baby sitter putriku dengan baik. Sebagai balasan, kau juga harus bekerja lebih baik untuk putriku. Jadi, jangan berpikir yang tidak-tidak," ujar Ozawara menjelaskan. Selama ini, Ozawara selalu memperlakukan baby sitter putrinya dengan sangat baik. Hal itu ia lakukan agar baby sitter itu bekerja dengan baik. Karena di luaran sana, banyak sekali baby sitter yang memperlakukan anak majikannya dengan tidak baik. Jadi, agar kejadian buruk seperti itu tidak terjadi pada putrinya. Ozawara bertekad untuk memperlakukan baby sitter putrinya dengan layak. "Terima kasih, Bu." Ragana menarik kursi dan duduk tidak jauh dari Ozawara, "Saya berjanji akan mengurus Res dengan sangat baik. Saya akan mengurus Res seperti putri saya sendiri," sambung Ragana. "Memangnya kau sudah punya anak?" tanya Ozawara sambil mengerutkan keningnya. "Hehehe ... Belum, Bu. Maksud saya menganggap Res seperti putri saya sendiri, yaitu saya akan memperlakukan Res dengan sangat baik," jelas Ragana. "Oh, begitu. Ya sudah, kita sarapan saja dulu. Aku yakin, lima menit lagi Res akan turun," ujar Ozawara yang kemudian diangguki oleh Ragana. Ozawara menghentikan percakapannya dengan Ragana dan menikmati sarapannya sebelum pergi bekerja. Bahkan Ragana pun tak lagi sungkan untuk menikmati sarapan paginya. Tidak lama kemudian, terdengar celotehan bocah kecil yang semakin lama semakin mendekat. "Res mau Daddy, Res mau Daddy," celoteh Reswara dengan suara cadelnya. Bocah mungil itu mengulurkan kedua tangannya meminta agar Ragana menggendongnya. Padahal, posisinya masih beberapa langkah lagi. "Tunggu, Res. Sati eonni akan menurunkan Res setelah ada di dekat Daddy. Apa Res mengerti?" "Lama, Sati. Cepat turunkan Res, sekarang," sanggah Reswara. Suara Reswara terdengar sangat lucu di telinga Ragana. Bocah mungil itu pandai sekali berbicara. Hanya saja, suaranya masih kurang jelas dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memahaminya. Seperti ibunya Reswara sendiri yaitu Ozawara, Lakeswara, Oma Rinda, Sati, dan mungkin sebentar lagi, Ragana. Ragana menoleh ke belakang dan mendapati Reswara ada di belakangnya dengan posisi digendong oleh Sati. "Selamat pagi, Res," sapa Ragana. "Gendong, gendong, Daddy," pinta Reswara sambil mengulurkan kedua tangannya. "Gen-dong? Res mau daddy gendong?" tanya Ragana. Ekspresi pria itu benar-benar natural seolah sedang berbicara dengan putrinya sendiri. Pria itu menebak dari gerakan tangan bocah mungil itu. Ia hanya memahami kata ayah saja yang terdengar sangat jelas di telinganya. Sama seperti sebelumnya, kata-kata lain yang Reswara lontarkan ia sama sekali tidak mengerti. Reswara mengangguk sambil merentangkan kedua tangannya. Kemudian, menjawab, "Iya, Daddy, gendong." Ragana pun beranjak berdiri dan mengambil alih Reswara dari gendongan Sati. Beruntung, acara sarapan paginya sudah selesai. Jadi, sekarang sudah bisa mengerjakan tugasnya untuk mengurus Reswara. Dan tugas pertama yang harus pria itu lakukan adalah menyuapi Reswara makan. "Baiklah. Sebelum mommy berangkat bekerja, mommy mau peluk dan cium Res dulu," kata Ozawara. Wanita itu pun beranjak berdiri dan menghampiri putrinya. Lalu, mengulurkan tangannya hendak memeluk sang putri. Namun, putrinya justru menyembunyikan wajahnya di d**a bidang Ragana. "Res benar-benar sudah lupa yah sama mommy. Mentang-mentang sekarang sudah ada Daddy di sini," ujar Ozawara berpura-pura sedih sambil mengerucutkan bibirnya. "Res peluk cium mommy dulu, Sayang. 'Kan mommy mau berangkat kerja sampai nanti sore. Jadi, Res harus kasih mommy tenaga. Oke?" bujuk Ragana merasa tidak enak. Ia tidak ingin Ozawara merasa kehadirannya justru membuat wanita itu jauh dari putrinya. Reswara sedikit mengintip dari celah matanya. Melihat ekspresi ibunya yang murung membuat bocah mungil itu tersentuh. Lalu, keluar dari persembunyiannya dan merentangkan kedua tangannya. "Peluk, Mommy," celoteh Reswara. Bocah mungil itu benar-benar mau mendengarkan bujukan Ragana. Padahal, belum ada satu hari mereka saling mengenal. "Hmm ... Sayangnya mommy." Ozawara sambil memeluk dan mencium putrinya, "Mommy kerja dulu ya, Sayang. Res baik-baik di rumah sama Daddy. Kalau Daddy mengantuk dan tertidur. Kalau Daddy sibuk memainkan ponselnya. Res boleh gigit pipi Daddy sampai berdarah." Sebenarnya, Ozawara berkata seperti itu hanya untuk mengingatkan Ragana lagi. Barangkali saja pria itu lupa dengan apa yang telah ia katakan tadi pagi. Namun, ia tidak tahu seberapa pandai putrinya. Kata-katanya barusan sudah langsung tersimpan rapi di kepalanya. Jadi, seperti alarm yang telah disetting sebelumnya. Reswara akan melakukan perintah yang ibunya katakan untuk menggigit pipi Ragana jika pria itu benar-benar melakukannya. "Nah, sekarang Res sama Daddy lagi, yah. Mommy berangkat kerja dulu. Nanti sore setelah pulang bekerja, kita main sama-sama" kata Ozawara sambil menyerahkan kembali putrinya pada Ragana. Ozawara menyambar tasnya di kursi dan berjalan keluar diikuti oleh Ragana dan Reswara di belakangnya. Sampai di depan pintu, Ragana bertanya, "Ayah Res ke mana, Bu? Sejak tadi pagi, kok, saya tidak melihatnya?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD