Hot Plants

1059 Words
“Hallo, July!” Perempuan dengan rambut sepinggang berwarna kekuningan itu mengeluarkan kata-kata pertamanya. “Aku akan menemanimu untuk bertahan hidup mulai sekarang,” tambahnya. Sementara itu, July masih menatap tak percaya. Ia benar-benar merasa terkejut setelah melihat sebuah bunga matahari berwarna kuning itu, berubah menjadi seorang gadis dengan kulit eksotis, menggunakan gaun berwarna kuning dan rambut dengan warna ombre pirang. “Ka-kau?” Dave yang melihat July sedikit gugup itu lagi-lagi tertawa. “Dia Sunny. Manusia bunga matahari yang membantumu membuat cahaya.” Seketika July memalingkan wajahnya ke arah pria itu. “Mengapa aku butuh cahaya?” Sunny yang saat itu berdiri di depan tabung akuarium kemudian menghampiri July. Ia menatap wajahnya, lalu mengecup pipi July dengan spontan sambil berbisik ke telinganya, “Kau tidak akan bisa membuat pertahanan dari mereka tanpa cahaya, Sayang.” July mencoba mencerna apa yang terjadi di tempat itu. Ia benar-benar tidak memiliki uang sama sekali sekarang. Keping emas maupun permata biru sudah ia serahkan pada Dave, untuk terakhir kalinya agar bisa membangkitkan Sunny dari pembekuan. Ia memang sampai detik ini belum begitu paham, apa saja yang dapat Sunny lakukan dan mengapa July harus membayar sebanyak itu untuk membangkitkan bunga matahari dengan daun dua lembar yang kemudian berubah menjadi manusia seperti dirinya itu. Tiba-tiba lampu padam. Rupanya Sunny menekan saklar listrik di ruangan itu. July mengedar pandangannya ke kiri kanan. “Hey, apa lagi ini?” ia kebingungan. “Apakah di dunia ini masih ada pemadaman listrik?” Tanpa mendengar jawaban apapun, July melihat sebuah cahaya berwarna kekuningan dari ujung ruangan, tempat di mana Sunny berdiri. Rupanya cahaya itu keluar dari ujung jarinya. Dari cahaya itu terlihat juga kilauan-kilauan yang memukau. Tak hanya itu, July bisa melihat sesuatu di sana. Di atas kilauan itu, nampak sebuah pemandangan yang tak asing baginya. Itu adalah halaman belakang rumah July, tempat di mana ia biasanya menyikat habis makhluk-makhluk pemakan otak versi video game. Lelaki itu ingat bagaimana ia mencoba bertahan dari serangan mereka di sana dan akhirnya mendapatkan keping-keping emas dan juga permata biru. Namun, pemandangan kali ini terlihat sepi. Tidak seperti beberapa waktu lalu, ketika mereka mengetuk-ngetuk pintu dengan kepala mereka yang sengaja mereka benturkan berkali-kali. Tiba-tiba July memejamkan mata. Listrik kembali menyala. Sunny sudah kembali menekan saklar dan kilauan itu menghilang seketika. Sunny kemudian berjalan ke arah July dan mengatakan, “Sedikit yang aku bisa, membantumu melihat situasi di luar sana.” July mengangguk. Setidaknya ia tahu kalau gadis di hadapannya ini memiliki beberapa keajaiban yang mungkin nanti akan terungkap dan lebih besar dari apa yang ia ketahui sekarang. “Aku tinggal dulu, kau bisa tanya pada Sunny sisanya.” Dave kemudian melenggang pergi, membuka tembok di sudut ruangan yang sebelumnya pun July tak tahu sama sekali. Sunny kemudian menarik tangan July dan mulai mengajaknya untuk berkeliling. “Mulai sekarang, aku yang akan menemanimu. Jika kau punya pertanyaan, kau bisa mengajukannya padaku,” ujarnya dengan ceria. Sementara itu July hanya mengangguk lalu tersenyum. Setidaknya, setelah beberapa minggu ia lalui tanpa teman karena ia harus mengurung diri, kali ini ada orang yang mau berdekatan dengannya tanpa khawatir tertular virus yang ada di dalam tubuhnya itu. “Kau tahu mereka itu apa, Sunny?” Sebenarnya July sudah sangat ingin menanyai Sunny perihal ini. Sejak ia menekan tombol kedua di tembok, ia merasa kalau semua yang ia temukan nampak berbeda. Termasuk mereka yang menggedor-gedor pintu. Mereka jelas terlihat sama seperti July, hanya saja mereka benar-benar terlihat tidak baik-baik saja. “Kau tahu? Beberapa tahun yang lalu ada yang terdampar sepertimu.” Sunny duduk di salah satu kursi, dekat dengan deretan alat tanam yang berjejer di rak dengan rapi. Perempuan itu dengan wajah yang terlihat unik, mengkode July untuk duduk di sebelahnya dan mulai bercerita tentang apa yang telah lama ia ketahui. “Jadi, aku bukan orang pertama yang masuk ke dalam dunia ini?” Sunny menganggukkan kepala. “Mereka terbunuh oleh keegoisan dan keserakahan mereka sendiri. Keras kepala memang kadang diperlukan. Tapi, sesuatu yang terlalu itu tidak pernah berakhir baik-baik saja bukan?” July menganggukkan kepalanya. Apa yang dikatakan oleh Sunny itu benar. Sesuatu yang berlebihan memang tidak akan pernah berakhir dengan baik. “Lelaki itu datang pada Dave. Terlihat sepertimu. Kebingungan dan takjub begitu melihat kami.” “Kalian?” July lagi-lagi merasa bingung. Saat ini hanya ada Sunny di hadapannya. Lantas, mengapa Sunny berkata ‘Kami?’ “Adakah makhluk lain sepertimu?” Sunny tersenyum. Ia menunjuk ke belakang July. Barisan tabung-tabung akuarium yang berjejer rapi, berisikan macam-macam tumbuhan. Seketika, pikiran July berjalan. Jika Sunny mengatakan kami, itu artinya... “Benar. Mereka akan hidup seperti aku, jika kau membangkitkan mereka.” Mata July terbelalak. Merasa tak percaya. Satu tumbuhan yang berubah menjadi manusia saja sudah cukup membuatnya ternganga. Dan sekarang? Semua tumbuhan yang ada di dalam tabung akuarium itu? Bisa berubah? Gila! July terus menerus membatin, berceloteh tidak menyangka. Sementara Sunny yang menatap wajah July untuk beberapa saat hanya tertawa kecil melihat ekspresi spontan dari wajah lelaki di hadapannya itu. “Lelaki itu membuat kami akhirnya kembali ke dalam akuarium, dalam perlindungan Dave. Ah, atau mungkin tidak. Karena Dave menjual kami sekarang.” Sunny memasang wajah sebal saat membicarakan pria berjanggut yang artikulasi bicaranya tak jelas itu. “Lalu, apa yang harus aku lakukan, Sunny?” Sunny memainkan jemarinya. Muncul sebuah gambar jam di sana. “Kita masih punya banyak waktu. Mengapa tidak mencoba saling mengenal lebih dulu,” katanya yang diakhiri dengan kedipan mata untuk July. Sejak awal, sebenarnya July merasa kalau gadis itu memiliki daya tarik yang cukup kuat. Ia terlihat begitu enerjik dan ceria. Ia juga terlihat dewasa untuk waktu tertentu. Sekarang yang bisa July lakukan hanyalah mempercayainya sebagai teman yang akan membawanya pergi, keluar dari situasi yang gila ini. Ia yakin kalau permainan ini akan segera berakhir, sama seperti permainan-permainan sebelumnya. “Jadi, July, apa yang belum kuketahui dari dirimu?” tanya Sunny lagi. “Mungkin banyak?” July malah menjawab pertanyaan Sunny dengan kalimat tanya. “Bagaimana bisa kau berhubungan dengan permainan ini sampai kau tertarik masuk ke dalam dunia Hotplants?” “Hotplants?” Untuk pertama kalinya, July mengetahui nama dimensi lain yang telah membuatnya merasakan keajaiban dan keanehan demi keanehan belakangan ini. Ia hanya tahu kalau dirinya terdampar dalam sebuah video game yang ia mainkan. Atau, ia hanya sedang berimajinasi dengan isi kepalanya yang mulai tidak waras. “Iya, Hotplants. Dunia tempat di mana kita berada sekarang, July.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD