Dave's Shop

1275 Words
“Ka-kau? Bagaimana kau bisa masuk ke dalam rumahku?” July hampir saja menodongkan pistolnya ke arah pria asing yang tiba-tiba muncul di belakangnya itu. Ia mengira kalau pria itu juga salah satu bagian dari mereka. Manusia-manusia yang tidak waras yang kehilangan akal sehat mereka. Namun, beberapa je nak kemudian, setelah July mengamati wajah lelaki yang memiliki brewok, memakai kaus putih dan topi yang terbalik itu, akhirnya ia menyadari satu hal. Pria ini tidak benar-benar asing baginya. Ia pernah bertemu dengan pria itu beberapa waktu yang lalu. Benar, bahkan setelah lelaki berperut buncit itu tersenyum, Ia semakin yakin kalau pria di hadapannya ini adalah seseorang yang pernah Ia temui sebelumnya. “Kau... Pria garasi itu kan?” July ingat sekarang. Pria itu yang menjual bibit Marygold padanya. Bibit yang sekarang ini sudah menjadi tanaman cantik dan tumbuh begitu besar. Bunga dari bibit tersebut juga sudah bermekaran. Terakhir kali, July menyirami dan memberi pupuk, tanaman tanaman itu memberinya masing-masing sebuah permata biru sebesar ibu jari. Dan sepertinya, kali ini Marygold yang ada di dalam Zen Garden milik July sudah bisa Ia jual kembali. Pria asing yang berdiri di dekat pintu itu hanya mengangguk. Ia menggumamkan sesuatu. Sama seperti sebelumnya, ketika mereka bertemu di depan Zen garden beberapa waktu lalu, ketika ia membuka garasi mobil dan menawarkan item-item pada July, pengucapan pria asing itu sedikit tidak jelas. Artikulasinya tidak seperti July yang berbicara dengan normal. Meski begitu, July masih faham dengan apa yang dikatakannya. Pria asing itu membuka topi yang Ia gunakan, menunjukan sebuah bordiran di sisi sebelah kiri topinya yang bertuliskan sebuah nama yang terdiri dari empat huruf. Dave. Nama dari pria asing tersebut. “Baiklah, jadi namamu itu Dave?” Pria asing itu mengangguk. Ia masih menggunakan pakaian yang sama dengan yang ia kenakan saat bertemu dengan July di luar Zen Garden. Namun, masih banyak hal yang mengganjal bagi July. Mengapa pria ini ada di dalam rumahnya? Dari mana Ia berasal? Apakah pria ini juga manusia seperti July yang tersesat di dalam dimensi dan tidak bisa keluar sampai akhirnya Ia menjadi penjual barang di bagasi mobil? Atau memang ia sama saja seperti mereka-meraka yang ada di belakang rumah July? “Aku sebenarnya tidak begitu tertarik dengan namamu itu, Dave. Tapi, aku masih bertanya-tanya, kenapa kau ada di dalam rumahku sekarang? Lebih tepatnya di dalam kamarku ini? Apakah ini masih dalam sebuah permainan?” Demi memastikan kalau tombol yang tadi Ia pegang itu berfungsi, akhirnya July bertanya. Jika memang ia masih ada di dalam permainan, bukankah berati tombol yang ia tekan itu berfungsi seperti tombol sebelumnya? Dave, si pria asing yang kini sudah diketahui namanya itu bergumam lagi. Namun, ia tidak menjawab pertanyaan July tentang bagaimana ia bisa masuk ke dalam kamarnya, pria itu tidak menyinggung hal itu sama sekali. Dave hanya mengacungkan tangan, kemudian melambaikannya, memberi isyarat pada July untuk mengikutinya ke dalam pintu kecil yang terletak di tembok, dekat dengan pintu yang seharusnya mengarah ke kamar mandi, tapi kini malah menjadi akses July untuk ke Zen Garden. Pintu yang sebelumnua sudah dikatakan oleh July, terlihat seperti sebuah elemen baru di dalam kamarnya. Pria itu, sambil menganggukkan kepalanya, meyakinkan July kalau lelaki itu harus ikut dengannya sekarang. July yang tidak ada pilihan lain lagi, akhirnya menuruti permintaan pria yang ia ketahui bernama Dave meskipun ia masih sedikit ragu-ragu. Makhluk-makhluk yang tadi tiba-tiba datang dan menggedor-gedor pintu belakang rumah July pun sudah tidak terdengar, setelah beberapa menit yang lalu July tembaki dengan pistol sinar yang ia temukan di atas meja. Dan ia berharap kalau itu memang menjadi serangan yang terakhir meskipun ia belum melihat ada kepingan emas maupun permata biru setelah ia membunuh mereka. Sekali lagi, Dave bersiul. Tanda untuk memanggil July yang sempat teralihkan pandangannya pada jendela halaman belakang yang masih tersibak tirainya. Ia melihat ke arah kaca jendela yang menyisakan noda darah, dari tangan makhluk yang sempat menempelkan tangannya di sana. Ia bergidig ngeri. Setelah mendengar siulan dari Dave, ia seakan tersadar dan kembali mengikuti arah Dave berjalan. Dave seolah-olah berkata “Itu tidak penting, yang lebih penting adalah ikuti aku sekarang.” Pria asing itu kemudian membuka pintu kecil yang terletak di bawah, menempel dengan tembok yang seharusnya jika memang ada pintu di situ, berati memberikan akses pada July untuk sampai di ruang TV. July menundukkan badannya agar bisa masuk ke dalam pintu tersebut. Betapa terkejutnya July begitu ia membuka pintu. Lelaki itu langsung tergelincir, karena akses dari pintu tersebut rupanya seperti sebuah perosotan yang ada di taman bermain dan taman kanak-kanak. “Aku baru tahu kalau di rumahku ada ruangan rahasia seperti ini,” katanya begitu ia berdiri setelah tak sengaja terpeleset dan jatuh terduduk seperti seorang anak kecil di bangku taman kanak-kanak, sambil tak henti-hentinya ia melihat sekeliling dengan perasaan yang takjub. Di ruangan itu terdapat banyak sekali barang-barang yang belum pernah July lihat sebelumnya. ‘Benarkah ini ada di dalam rumahku?’ tanya July dalam hati. Di sisi sebelah kanan, ia melihat bibit bibit tanaman yang seperti ia beli beberapa waktu lalu, tertata rapi di sebuah rak yang menempel dengan tembok. Sementara di sisi kiri, terlihat perlengkapan berkebun yang juga cukup lengkap, seperti sekop, gerobak roda tiga yang biasa digunakan untuk berladang, garpu taman untuk mengeruk tanah, pupuk pupuk, alat penyiram tanaman, sarung tangan, semprotan hama, dan masih banyak lagi. “Tempat apa ini? Kenapa ada ruangan seperti ini di dalam rumahku?” “Ini adalah Dave's Shop.” Akhirnya si pria asing yang ketika berbicara artikulasinya tidak begitu jelas itu angkat bicara setelah sejak tadi hanya melakukan beberapa gerakan gerakan tangan saja. “Tokomu?” July sedikit bingung. Kenapa juga toko lelaki asing itu bisa ada di dalam rumahnya. Ia juga tidak ingat kalau ada pintu di sudut itu. Apalagi, sampai tahu kalau ada ruangan dengan berbagai macam alat yang terjajar rapi dalam etalase. Dave yang lebih dulu berjalan, sudah sampai di pintu yang menuju ke satu ruangan lagi. Rupanya, setelah ruangan yang di kiri kanannya tadi itu dipenuhi dengan berbagai macam benda yang membuat July tercengang, masih ada satu ruangan lagi yang dibatasi oleh pintu putih, mirip dengan pintu yang July temukan saat pertama kali menekan tombol permainan di antara tiga tombol yang ada. Rupanya tidak cukup sampai di situ rasa kekaguman dan ketidak percayaan July, begitu ia mengikuti langkah Dave dan mulai memasukki satu ruangan lagi yang dibatasi oleh pintu itu, July kembali dibuat tercengang. Bagaimana tidak? Ia melihat banyak tabung-tabung besar seperti akurium yang tidak kosong. Tabung-tabung itu di isi oleh tanaman-tanaman beraneka ragam yang sudah telihat tumbuh besar. Seketika tubuh July mematung. Ia tidak dapat bergerak. Terpesona dan terperangah atas appa yang ia lihat sekarang ini. Ruang yang ia datangi itu pun, besarnya sekitar dua kali lipat dari ruang sebelumnya yang berisikan oleh benda-benda bercocok tanam. Mata July tidak berhenti memandang satu demi satu akuarium yang menarik perhatiannya. Kemudian mulai berjalan, untuk melihat apa yang sedang mengganggu matanya itu lebih dekat. Di sana, di tabung yang pertama kali ia datang, ia melihat sebuah bunga matahari. Tidak berukuran normal seperti biasanya, melainkan terlihat lima kali lebih besar dari ukuran yang seharusnya. July yang berpikir kalau ini aneh, tapi terpatahkan karena ia tahu sejak awal tidak ada yang normal baginya di dunia permainan ini. Seperti kacang-kacang kenari raksasa, mesin slot yang tiba-tiba ia miliki di halaman belakang, sampai ada cahaya kebiruan yang membuat portal di dsana, dan sekarang, ruangan tak masuk akal ini. July mulai memandangi bunga matahari raksasa yang ada di balik tabung tersebut. Sampai akhirnya, ketika ia memandangi lebih dekat, seketika ia mundur beberapa langkah karena menemukan ada yang janggal dari tanaman tersebut. Bunga matahari itu memiliki lengkungan seperti bibir dan terlihat seolah sedang tersenyum. Dengan sedikit berteriak, July bertanya, “Sebenarnya apa ini, Dave?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD