Part 2 ( pesona awal)

855 Words
“Koh,kokoh yakin ini rumahnya?” “Koko masih ingat sayang”Angga mencoba mengingat-ingat rumah Gerald. “Ko Angga yakin mau nitipin aku disini?” “Iya crewet,ko Angga gak mau adik kecilku kenapa-napa” “Ko,Vivian udah gede,kokoh jangan kuatirin Vivian” Angga membuka pagar rumah yang menjulang tinggi melebihi tinggi orang dewasa. Tanpa memperdulikan Vivian yang berjalan dibelakangnya sambil menggerutu tak jelas. Sebelum Angga mengetuk pintu,pintu rumah sudah terbuka lebih dahulu. Wanita paruh baya sudah berdiri diambang pintu memberikan senyum termanisnya. “maaf bi saya mau cari Gerald,apa dia ada dirumah?” Wanita itu kembali tersenyum sebelum menjawab”ada den. Maaf den ganteng ini siapa.?” “saya Angga saudara jauh Gerald,tolong sampaikan kedatangan saya ya bi” “eh mari masuk den Angga,duduk dulu. Saya akan panggil den Gerald” Wanita paruh baya itu segera meninggalkan Angga dan Vivian yang sudah duduk disofa ruang tamu. Tidak butuh waktu lama langkah Angga terdengar turun dari tangga yang tidak jauh dari ruang tamu. Spontan Angga dan Vivian melihat kearah langkah kaki yang turun dari anak tangga. Gerald mengangguk dan memberi senyum tipis kepada Angga. “Ada apa nga?,wah ada angin apa kau mengunjungiku” “aunti Mira tidak menelfonmu,?”tanya Angga mengabaikan pertanyaan Gerald. “yes mam menelfonku tadi pagi,dia hanya bilang kamu akan kemari bersama Vivian” Angga mengangguk dan kembali tersenyum”yes,ini Vivian” Gerald melangkah mendekati sofa,gerald mengulurkan tanganya karah vivian”senang bertemu denganmu vivian” Tanpa menunggu lama Vivian segera berdiri dari duduknya membalas uluran tangan Gerald”tentu uncle Vivian juga senang bertemu dengan uncle”ada sedikit rasa senang menyelimuti hati Vivian,selama ini yang dirasakan vivian hanya kesedihan,entah kenapa sekarang kesedihan hati Vivian sedikit menghilang hanya melihat senyum manis pria matang dihadapannya. Bahkan sangat matang,meskipun begitu pria dihadapan Vivian begitu terlihat tampan rahang kokohnya mata biru pekatnya seakan mampu membuat semua wanita bertekuk lutut kepadanya. Gerald melepas tangannya dan duduk disofa yang berada dibelakang Gerald berdiri,tepat dihadapan Vivian berbatasan dengan meja kaca. Angga kembali bersuara saat melihat Gerald yang sudah duduk manis disampingnya”ge aku titip Vivian ya,aku sengaja menitipkannya kemari agar aku tetap bisa mengawasinya.” “tidak masalah,disini banyak kamar kosong”Gerald sedikit memberi jeda sebelum kembali berkata”tunggu apa Vivian baru pindah kekota ini?” Angga menggeleng pelan dan menjawab pertanyaan Gerald”tidak,Vivian sudah satu tahun yang lalu pindah kekota ini dia melanjutkan SMA disini,selama ini dia tinggal bersamaku dirumah dinas,tapi sekarang aku harus menitipkannya padamu. Maaf ge mungkin aku akan merepotkanmu aku tidak ada pilihan lain.”Angga membuang nafasnya dengan kasar dan kembali berkata”minggu depan aku pindah ketaiwan bersama istri dan anakku,aku dipindah tugaskan disana,aku tidak bisa membawa Vivian ikut serta bersamaku karena Vivian harus melanjutkan sekolahnya” “dengan senang hati aku akan membantu menjaganya nga” “apa istrimu tidak keberatan ge?” Gerald menggeleng senyum yang sedari tadi mengembang kini hilang berubah dengan raut wajah yang terlihat menyedihkan. Angga yang menyadari perubahan itu segera meminta Gerald menunjukkan kamar Vivian,dengan kerdipan mata dan mengankat sebelah bahunya. Tanpa mengatakan apapun. Gerald mengetahui maksud Angga,tanpa banyak basa-basi Gerald memanggil pembantunya”mbok Ijah” Mendengar manjikannya memanggilnya wanita paruh baya itu segera berlari dari halaman belangkang menuju ruang tamu. “Iya den,ada apa?” “mbok tolong antar Vivian kekamar atas,dan bantu dia membawa semua kopernya” “baik den”wanita paruh baya itu langsung menyambar koper yang ada disebelah Vivian lalu mengantarnya kekamar. Setelah kepergian Vivian,Angga melanjutkan pembicaannya dengan Gerald”jadi” “jadi apa?” “jadi istrimu kemana?” “Sesilia sudah meninggal 1 tahun yang lalu” Angga menganga mendengar jawaban dari Gerald,raut wajahnya menunjukkan ketidak percayaannya”bukankah Sesil sedang hamil muda,ke-kenapa kau tidak memberitahuku aku bisa-“ Gerald mengerdikkan kedua bahunya sebelum menyela perkataan Angga”bagaimana aku bisa menghubungimu,sedangkan aku sendiri baru tau setelah kepulanganku dari seminar,tepatnya seminggu setelah kematian Sesil aku baru menerima kabar itu,tidak ada keluarganya yang mau menghubungiku,seakan mereka menutupinya dariku,aku baru mengetahuinya dari teman dekatnya” “kenapa seperti itu?bukankah harusnya kau yang harus tahu lebih dulu tentang kematian istrimu.” “entahlah,tapi setelah aku menyelidiki alasnnya baru aku menyadari bahwa memang tidak seharusnya aku berada dipemakamannya” “kenapa harus seperti itu?apa alasanmu?dia meninggal karena apa?” “mobilnya tertabrak bus didaerah puncak,dia meninggal bersama kekasihnya,dia melarikan diri bersama kekasihnya,dia membawa kabur uangku aku. Dan aku tahu itu dari istri kekasihnya”suara Gerald bergetar menahan kesedihan yang ada dalam dirinya. Angga merasakan kesedihan yang terpancar dari mata sahabatnya,”maaf tidak seharuanya aku menitipkan Vivian disini,pasti kau sangat terbebani setelah apa yang kau rasakan belakangan ini” Gerald berdehem menetralkan suaranya”tidak,biarkan Vivian disini biar aku menjaganya,setidaknya aku tidak merasa kesepian sekarang” Angga mengeryitkan dahinya merasa keanehan dalam diri Gerald,secepat itu kah perubahan wajahnya. Gerald menunjukkan seringainya seakan tau apa yang ada dalam otak Angga”tenang saja aku bukan p*****l seperti yang kau pikirkan dulu” “awas saja jika itu terjadi..!akan kutendang kau dari dunia ini ge” Geraldi tertawa lepas mendengar ancaman dari Angga kesedihan yang menyelimuti dirinya seakan menguap begitu saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD