BAB 2 - KISSES IN THE RAIN

1505 Words
KIR.02 SEMPURNA DUSCHA DUSHENKA Namaku Duscha Dushenka. Seorang wanita muda yang sedang mencari peruntungan di negeri orang, tepatnya di Hong Kong ini. Aku adalah wanita berkebangsaan Rusia yang kebetulan mendapatkan peluang bekerja di luar negeri dengan melamar pekerjaan melalui situs online. Sangat kebetulan sekali, saat itu Crown Corp yang merupakan perusahaan commerce yang sangat terkenal itu tengah membuka lowongan pekerjaan untuk anak muda dengan syarat dan ketentuan seperti yang aku miliki. Hingga akhirnya aku lolos dari berbagai macam test yang diadakan pihak Crown Corp. Dan aku pun pindah ke Hong Kong untuk bekerja. Hari ini aku merasa sangat gugup. Ini adalah hari pertamaku bekerja sebagai seorang sekretaris untuk CEO baru perusahaan yang bergerak di bidang commerce ini. Aku telah bekerja selama beberapa bulan di perusahaan besar yang bernama Crown Corp ini, tapi hanya sebagai staff biasa. Namun sebulan yang lalu, pihak perusahaan mengadakan seleksi bagi para karyawannya untuk menduduki posisi sekretaris. Dan posisi itu di dapatkan olehku untuk menjadi sekretaris CEO yang baru. Aku tidak menyangka akan mendapatkan posisi ini. Pagi sekali sebelum jam masuk kantor, semua karyawan perusahaan telah bersiap-siap untuk menyambut kedatangan CEO Crown Corp yang baru. Kami diminta untuk berkumpul di aula yang ada di salah satu lantai di gedung Crown Corp untuk acara penyambutan. Sebelum acara di mulai, kami para karyawan pun telah berkumpul di dalam aula tersebut. Kami semua karyawan Crown Corp duduk di kursi yang telah di sediakan di bawah podium. “Dushca, apa kamu sudah pernah melihat CEO baru pengganti CEO Abraham Xander sebelumnya?”Melanie Ong yang duduk di sampingku bertanya padaku. Aku menggelengkan kepala dengan pelan dan berbicara dengan suara rendah, “Aku belum pernah melihat atau pun tahu siapa pengganti CEO Abraham, Melanie.” “Bagaimana bisa kamu tidak tahu? Bukankah kamu yang akan menjadi sekretaris CEO baru kita?” “Direktur Richard Tang tidak pernah memberi tahu siapa yang akan menggantikan posisi CEO Abraham. Kalau putri beliau aku rasa tidak mungkin. Karena Nona Ariella yang sering datang ke kantor ini berprofesi sebagai pramugari.” “Kalau begitu siapa yang akan memimpin perusahaan besar ini? Akankah pria tua yang umurnya sedikit lebih muda dari CEO Abraham? Atau pria muda dengan wajah tampan agar kita bisa cuci mata setiap hari?” Seketika aku tertawa kecil mendengar ucapan Melanie Ong yang menurutku lucu. “Aku tidak peduli siapa CEO yang menggantikan CEO Abraham. Yang terpenting ia baik seperti CEO Abraham. Meski tidak banyak bicara, tapi beliau sangat baik dan peduli pada semua karyawanannya. Aku tidak bisa membayangkan jika CEO baru kita lebih buruk dari CEO Abraham.” “Tapi aku rasa CEO Abraham akan digantikan oleh pria paruh baya. Karena kita tidak pernah mendengar kalau CEO Abraham memiliki anak yang lain selain Nona Ariella. Yang sering datang ke kantor ini juga hanya Nona Ariella dengan Nyonya Freya.” “Kita lihat saja nanti. Yang penting harapanku kita memiliki CEO sebaik CEO Abraham.” Baru saja selesai aku bicara, aula yang tadinya bising tiba-tiba menjadi tenang. Kini yang terdengar adalah suara seorang MC yang memenuhi seluruh aula. Aku menoleh ke arah podium dimana sang MC tengah berbicara. Di belakangnya terlihat beberapa orang petinggi perusahaan tengah berdiri tegap dengan setelan jas mereka yang rapih. Mereka semua adalah pria paruh baya yang sangat berkompeten dan disegani di perusahaan. Mungkin salah satu diantara mereka adalah pengganti CEO Abraham Xander. Namun saat aku memperhatikan satu persatu para petinggi perusahaan yang tengah berdiri di atas podium, seorang pria yang berdiri di tengah-tengah para petinggi tersebut terlihat sangat mencolok karena ia satu-satunya yang paling muda. Tidak hanya karena tubuhnya yang atletis dengan tinggi sekitar 190cm, identitasnya yang tidak aku ketahui dan wajahnya yang sangat tampan, sangat mencuri perhatian semua orang melihatnya. Tidak hanya aku, para karyawan wanita yang duduk di sekitarku juga terpana karenanya. Ini pertama kalinya aku melihat pria itu. Ia tidak berwajah oriental, juga tidak berwajah western, tepatnya ia terlihat berdarah campuran. Ia seperti sebuah maha karya yang sedang di pamerkan di atas panggung pameran karya seni. Dan satu kata untuk penampilannya, sempurna! “Hadirin sekalian, mari kita sambut CEO Crown Corp baru kita, Tuan Steven Xander!” Sang MC memanggil CEO Crown Corp yang baru setelah sekian lama berbicara di podium. Salah seorang dari petinggi perusahaan maju beberapa langkah ke depan. Awalnya kami semua mengira bahwa beliau lah yang menjadi pengganti CEO Abraham Xander. Ternyata tidak. Pria paruh baya itu maju ke depan hanya untuk mempersilahkan orang lain untuk menaiki podium. Dan yang maju menaiki podium adalah pria muda yang mencuri perhatianku tadi. Aku tidak menyangka pria muda itu yang akan menjadi CEO Crown Corp yang baru. Karena sebelumnya satu pun dari kami tidak mengenalnya. Saat pria yang bernama Steven Xander itu berdiri di atas podium, semua mata tertuju padanya. Terlihat para wanita yang ada di dalam aula ini terpesona oleh apa yang mereka lihat di depan mata. Di tambah lagi dengan suara pria yang sedang berbicara itu sangat enak di dengar, membuat semua orang terdiam mendengarkannya. “Selamat pagi semuanya. Perkenalkan aku Steven Xander, putra dari CEO Abraham Xander. Mulai hari ini aku akan menjadi CEO di perusahaan ini. Aku harap kalian semua dapat bekerja dengan baik di bawah kepemimpinanku. Dan semoga ke depannya perusahaan ini dapat berkembang dengan pesat menjadi lebih baik sebelumnya…” Saat CEO Steven Xander tengah berpidato di atas podium, Melanie Ong yang duduk di sampingku kembali bersuara. Ia terlihat sangat senang dan berbicara dengan suara rendah, “Duscha… Aku tidak menyangka CEO kita akan semuda dan setampan ini. CEO yang baru ini benar-benar akan memberi penyegaran di otak kita setiap harinya. Melihat wajahnya saja sudah senang, apalagi bisa sering berdekatan dengannya. Kamu benar-benar sangat beruntung Duscha.” Aku hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Melanie Ong kepadaku. Aku tidak tahu apa aku beruntung dapat bekerja dengan CEO Steven Xander atau tidak. Karena ini pengalaman pertamaku menjadi seorang sekretaris. Dan aku juga belum tahu bagaimana karakter seorang CEO Steven Xander. Aku hanya bisa berharap ia sebaik CEO Abraham Xander. Setelah memberikan pidato yang cukup panjang di hadapan kami semua, CEO Steven Xander pun turun dari podium. Beliau kembali berdiri di posisi semula dan sang MC pun kembali mengambil alih acara, “Terima kasih CEO Steve. Mari kita beri tepuk tangan pada Tuan Steven Xander.” Semua orang yang ada di dalam aula yang sangat besar ini pun bertepuk tangan. Mereka bertepuk tangan dengan begitu semangat. Saat mereka bertepuk tangan, tidak terlihat seperti sedang menghadiri acara formal. Namun aula ini dipenuhi suara gemuruh tepuk tangan seperti sedang menonton konser music. Para karyawan Crown Corp terlihat begitu bersemangat melihat CEO baru ini. Terutama para karyawan wanita yang sudah mulai memendam harapan untuk bisa dekat dengan CEO yang sangat tampan ini. Satu jam berlalu, acara di aula gedung perusahaan pun selesai. Semua karyawan Crown Corp telah kembali ke ruangan dan meja mereka masing-masing untuk memulai pekerjaan mereka. Begitu juga denganku yang kini baru saja memulai pekerjaan sebagai sekretaris CEO. Saat ini aku merasa akan mengemban tugas yang jauh lebih berat dari sebelumnya, dengan begitu banyaknya dokumen yang harus aku kerjakan. Namun aku tidak langsung patah semangat melihat tumpukan map dokumen yang ada di dalam ruanganku. Sebelum mulai bekerja, aku pun menata semua barang, mengatur rak dan lemari dokumen tersebut agar lebih teratur dan mudah ditemukan. Aku menatanya dengan baik sesuai seleraku agar dapat bekerja dengan lebih bersemangat. Saat aku tengah menyusun dokumen yang ada pada rak di ruang kerjaku, Tuan Richard Tang yang merupakan Direktur perusahaan datang ke ruanganku dan berkata, “Duscha…” “Ya, Tuan.” Aku menjawab sambil membalikkan tubuhku menoleh ke arah Tuan Richard Tang yang sedang berdiri di ambang pintu. “Mari ikut aku ke ruangan CEO Steven.” “Baik Tuan.” Aku bangkit dari dudukku daan melangkah keluar ruangan mengikuti Tuan Richard Tang dari belakang. Saat kami telah berada di depan pintu ruang CEO, Tuan Richard Tang mengetuk pintu tersebut. Terdengar suara CEO Steven Xander dari dalam ruangan berkata, “Masuk!” Tuan Richard Tang membuka pintu ruangan itu dengan perlahan. Kemudian memasuki ruangan CEO tersebut diikuti olehku yang selalu berada di belakangnya. Dengan penuh hormat ia berkata, “CEO, aku datang kemari untuk memperkenalkan sekretaris baru CEO. Namanya Duscha Dushenka.” “Selamat pagi CEO Steve.” Aku menyapanya ramah dengan sedikit mencondongkan tubuhku ke depan. CEO Steven Xander menganggukan kepalanya dan berkata dengan wajah acuh tak acuh sambil terus menggerakkan pena yang ada di tangannya, “Baiklah. Karena aku tidak suka mengulur waktu, mari kita mulai pekerjaan hari ini. Nona Duscha, tolong bawakan aku beberapa laporan tentang penjualan bulan lalu. Dan Tuan Richard, kembali lah ke ruanganmu dan lanjutkan pekerjaanmu.” “Baik, CEO Steven. Kalau begitu aku permisi dulu.” Tuan Richard Tang berpamitan pada CEO Steven Xander dan berlalu pergi. Dan aku pun juga ingin kembali ke ruanganku untuk mengambil dokumen yang di minta CEO Steven Xander. “Aku permisi ke ruanganku sebentar untuk mengambilkan laporan yang CEO minta.” Baru saja aku sampai di ambang pintu, CEO Steven Xander kembali bersuara, “Nona Duscha, tolong buatkan aku secangkir kopi americano.” “Baik, CEO.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD