Mama Pulang

1109 Words
Paula adalah pelayan umum keluarga Heis, seharusnya ia dibebas tugaskan semenjak Roberto Heis menikah dengan Daveline, namun berita hilangnya Roberto yang sampai ke telinga Daveline membuat Daveline harus kembali mempekerjakannya agar ada yang merawat Anna selama ia pergi ke luar kota untuk mengurusi pekerjaannya. Untungnya Paula cukup rajin dan juga cekatan dalam mengurus urusan dapur dan juga rumah, meskipun kurang baik dalam mengurus anak kecil. Namun buat Anna, kemampuan Paula yang kurang baik dalam mengurus dirinya adalah sebuah keuntungan, karena dengan begitu Paula tidak terlalu peduli terhadap apa yang dilakukan Anna dan gadis kecil itu bebas melakukan apapun yang ia inginkan tanpa merasa terlalu diawasi. Sudah sepuluh hari sejak Anna membunuh Roberto, dan belum ada satu orang pun yang tahu akan hal itu, tentu saja Anna merasa sangat senang jika kejahatannya tidak terbongkar, bahkan Paula yang sudah lima hari belakangan berada di satu rumah yang sama dengan Anna selama dua puluh empat jam saja masih belum menyadari akan adanya pembunuhan yang terjadi di rumah itu. Semua nampak normal, baik kondisi rumah dan juga Anna. Anna duduk di ayunan depan rumahnya, ia mengamati pasir di bawah ayunan, pasir yang sengaja Roberto simpan di sekitar ayunan agar Anna tidak terluka jika ia terjatuh saat bermain ayunan. Tiba-tiba saja Anna menjadi murung, ia merindukan Roberto. Setiap kali Anna merasa merindukan Roberto, ia akan langsung pergi ke dapur dan mengambil daging Roberto yang ada di dalam kulkas, lalu ia akan meminta Paula untuk membuat makanan dari daging tersebut. Sama seperti yang ia lakukan sekarang, Anna mengambil satu kotak daging Roberto lalu menghampiri Paula yang sedang mencuci piring. Anna menarik rok Paula dan menatapnya dengan cara pandang yang memelas "Aku lapar Bibi Paula, aku ingin makan daging ini" ujar Anna dengan suara khas anak-anak. Paula baru tersadar bahwa ia belum membuat makanan hari ini, dan sebentar lagi Nyonya Rumah akan segera datang. Ia memandangi penampilan Anna yang terlihat berantakan, pakaiannya kotor oleh pasir dengan noda-noda coklat di beberapa bagian pada gaun putih yang dikenakannya. "Astaga... lihatlah penampilanmu Anna! Kenapa kau begitu kotor?! Dan apa yang telah kau lakukan terhadap gaunmu?" ujar Paula sambil menunjuk noda coklat yang ada di gaun Anna. Anna terdiam, ia nampak kesal, ia sama sekali tidak peduli dengan penampilannya saat ini, ia hanya ingin memakan daging Roberto untuk menghilangkan kerinduannya pada lelaki tua itu. "Anna lapar, Anna ingin makan daging ini" ujar Anna lagi tanpa mempedulikan celotehan Paula. "Baiklah... Aku akan memasak daging itu untukmu, tapi berjanji padaku untuk pergi mandi dan mengganti pakaianmu dengan yang bersih, karena sebentar lagi Ibumu akan pulang" ujar Paula sembari mengambil kotak daging yang disodorkan oleh Anna. Anna tersenyum, matanya berbinar dengan sangat terang seperti bintang di malam hari, ia nampak sangat bahagia dan bersemangat ketika mendengar berita bahwa Ibunya akan segera pulang dan di waktu yang bersamaan ia bisa menyantap daging sang ayah bersama Ibunya. "Pefect time" ucap Anna dalam hati. "Oke Bibi Paula! Anna akan pergi mandi sekarang juga!" ujar Anna. Gadis kecil itu melompat-lompat dengan riang menuju bath tub di kamar mandinya. **** Ada banyak kemerlap lampu led yang menghiasai taman belakang rumah keluarga Heis, bangku-bangku taman berwarna-warni dan juga meja yang dihiasi oleh taplak meja bermotif bunga yang elegan, Paula menata makanan di atas meja, ada sandwich, pie daging, ayam panggang, salad, dan mocktail berbagai rasa yang disukai oleh Anna. Selagi Paula menata meja makan di halaman belakang, Anna menikmati tumis daging Roberto di kursi ruang keluarga sembari menonton acara televisi favoritnya, sebuah acara tv dimana peran utamanya adalah seorang detektif, dari sana Anna belajar mempelajari cara berpikir para detektif dan membuat strategi agar pembunuhannya bisa disembunyikan dengan baik. Anna nampak serius menonton acara tersebut hingga ia tidak sadar bahwa pintu depan rumah terbuka, dan sosok Daveline muncul dari balik pintu itu dengan banyak tas belanjaan untuk Anna, namun wanita paruh baya itu nampak bersedih dan juga gelisah, wajar saja, karena ia masih belum mendapatkan kabar apapun tentang suaminya. "DAAAAAR!" Daveline mencoba untuk mengagetkan Anna yang tengah asik menonton televisi, namun anehnya Anna sama sekali tidak tersontak kaget seperti anak kecil pada umumnya, Anna malah menengok dan memandangi Daveline dengan kesal. Ah, gadis kecil itu sama sekali tidak suka diganggu jika sedang melakukan sesuatu yang disukainya. Daveline yang langsung menyadari bahwa Anna sedang kesal pun akhirnya meminta maaf pada puterinya "Maafkan mama, sayang... Aku hanya ingin membuatmu terkejut dengan kedatanganku, bukan berniat untuk mengganggumu" ucapnya. Anna mengernyitkan dahinya, kedua alisnya menukik, dan matanya memicing "AAAAAAAKH!" Anna berteriak dengan sangat keras seperti orang kesetanan, ia menumpahkan semua daging yang ada di piring lalu berlari ke arah kamarnya, membanting pintu lalu menguncinya dari dalam. Paula lari tergopoh-gopoh, tepat ketika suara teriakan Anna sampai di telinganya, dan ketika ia datang, yang ia dapati adalah sosok Daveline bukan Anna. "Nyonya...?" panggil Paula dengan kedua matanya yang melebar, kaget. "Oh hai Paula" sapa Daveline dengan canggung "Aku tadi membuat Anna terkejut lalu dia berteriak, seharusnya aku tidak melakukannya" ujar Daveline Paula malah merasa prihatin terhadap Daveline, pasalnya wanita yang sudah ia asuh selama dua puluh lima tahun dan sudah ia anggap seperti anaknya sendiri, sekarang malah nampak lelah dan bosan terhadap hiudpnya, terlebih lagi saat ini ia kehilangan laki-laki yang dicintainya, tidak memiliki anak biologis, tekanan dari pekerjaan, dan terlebih sikap Anna yang semakin mengguncang dirinya di saat kepulangannya. Paula memeluk Daveline dan menepuk pundaknya "Sabarlah... Anak-anak terkadang memang bertindak agresif, Anna pasti akan keluar dengan senyum sumringah sebentar lagi" Paula melepaskan pelukannya dan tersenyum "Kau tahu? Dia sangat bersemangat menantikan kepulanganmu" ujarnya. Hanya senyuman simpul yang bisa Daveline sunggingkan di bibirnya, matanya tetap terlihat sendu akibat rasa sedih dan kehilangan yang begitu besar ia rasakan. Ia menenteng tas belanjaan kuat-kuat "Baiklah, aku mengerti. Aku titipkan Anna padamu dahulu ya Bibi, aku ingin beristirahat sebentar" ujarnya. Paula mengangguk, ia mempersilahkan Daveline untuk beristirahat di kamarnya, sedangkan dirinya kembali ke dapur untuk menyiapkan teh chamomile hangat untuk menenangkan pikiran Daveline. ***** Aroma tubuh Roberto masih bisa dicium dengan sangat jelas oleh Daveline ketika ia memasuki kamarnya dengan sang suami yang sudah 10 hari ini dikunci rapat. Jas, kemeja serta sepatu yang sering dikenakan oleh lelakinya masih terjejer dengan rapih di lemari, parfum yang ia kenakan masih tetap di tempat yang sama seperti terakhir kali mereka bersama. Daveline menghela nafas dengan dalam, ia sangat merindukan Roberto. Selepas menyimpan koper dan tas belanjaan di lemari miliknya, Daveline mendapatkan koper Roberto dan juga tas-tasnya yang tidak bergeser barang sedikit pun, dompet dan juga kunci mobil Roberto tersimpan di atas meja samping kasur, tidak ada tanda-tanda bahwa lelaki itu pergi dari sana. Terlebih lagi, ketika Daveline memeriksa isi dompet Roberto, semua kartu termasuk kartu identitas dirinya masih tersimpan dengan apik di dalam dompet. Daveline mengernyitkan dahinya "Ada yang aneh" batinnya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD