bc

The Canibal Cafe

book_age18+
0
FOLLOW
1K
READ
murder
killer
powerful
student
bxg
scary
city
first love
crime
lonely
like
intro-logo
Blurb

Alya Maxmara hidupnya terperangkap bersama dengan sang ibu yang memiliki obsesi untuk membuat hidangan dari daging dan organ tubuh manusia. Alya dipaksa untuk menjadi kaki tangan sang ibu, boneka pembunuh yang tidak diperbolehkan untuk membangkang, ia hidup dengan menyembunyikan identitas aslinya sebagai pembunuh.

Barbara Rosella, yang merupakan Ibu kandung dari Alya adalah seorang chef sekaligus pemilik cafe terkenal di pusat kota Harbour, cafe yang terkenal dengan hidangan premiumnya dan selalu dikunjungi oleh orang-orang terpandang itu ternyata diam-diam menculik para pengunjung cafe untuk dijadikan bahan utama dalam hidangan premium di cafe nya, ia merupakan otak utama dari pembunuhan yang dilakukan oleh Alya.

Jonathan Maxim, teman sekolah sekaligus cinta pertama Alya merupakan pelanggan setia cafe milik Barbara, apa jadinya jika Barbara menginginkan tubuh Jonathan untuk menjadi bahan baku utama dari menu hidangan terbaru di cafenya? Sanggupkah Alya membunuh Jonathan untuk mengikuti kemauan sang Ibu? Atau ia akan mencari cara untuk menyelamatkan Jonathan?

chap-preview
Free preview
Iblis Kecil Bernama Anna
"Twinkle twinkle little star. How i wonder what you are kikikikikik..." senandung seorang gadis kecil di sebuah dapur bergaya klasik eropa. Gadis itu menyenandungkan lagu favoritnya sembari memainkan sebilah pisau di tangannya, sesekali ia tertawa cekikikan ketika melihat sang ayah yang terikat dikursi dengan mulut yang ditutupi oleh perban. "BAAAAA!" Mata gadis kecil itu melotot pada sang ayah sambil menyeringai ngeri, "Sepertinya bagian ini lezat" gadis kecil itu menjilati telinga sang ayah, pisau yang ada di tangannya menyentuh bagian d**a lelaki tua yang sudah menjadi ayah angkatnya selama lima tahun terakhir. JLEB! Gadis kecil itu menusuk d**a sang ayah dengan menggunakan pisau ditangannya, sedangkan mulutnya menggigit telinga sang ayah dengan sangat kuat. Roberto Heish hanya bisa pasrah melihat gadis kecil kesayangannya menjadi malaikat maut untuk dirinya sendiri. Roberto menitikkan air mata menahan sakit yang ia rasakan akibat tusukan dan gigitan Anna Heish, puteri semata wayangnya yang sudah ia adopsi sejak bayi. Anna, gadis itu memandangi Roberto seperti sebuah makanan lezat, rasa sakit yang tergambar di wajah Roberto adalah bumbu penyedap baginya. Anna menarik telinga Roberto dengan gigi-gigi mungilnya yang bergerigi hingga telinga lelaki tua itu terlepas dan darah mengucur deras dari sana. Telinga itu masuk ke dalam mulutnya yang mungil lalu Anna mengunyahnya seperti sedang mengunyah permen karet. Gadis kecil itu melompat-lompat kegirangan, berputar-putar mengelilingi Roberto dengan darah menetes dari mulutnya, tangannya terbentang seolah tangan-tangan itu adalah sayap yang bisa membuatnya terbang, Anna merasa sangat senang, telinga sang ayah dengan darah segar terasa seperti potongan pizza dengan suas barbeque baginya, bahkan lebih lezat dari itu. Sedangkan Roberto tidak bisa berbuat apa-apa selain menikmati rasa sakit yang ia derita, tubuhnya tidak bisa memberontak, bahkan ia tidak bisa berteriak sekalipun ia ingin, yang ia bisa lakukan hanyalah memelototi Anna, bukan karena ia marah melainkan lebih karena ia takut dan juga tidak percaya bahwa gadis kecil yang selama ini ia anggap sebagai malaikat kecil di rumahnya, ternyata adalah iblis yang mengerikan. Ia telah membesarkan seorang iblis di rumahnya! HAP! Anna melompat tepat di hadapan ayahnya, ia mengamati tubuh sang ayah dengan seksama sambil terus menyeringai, jemari telunjuknya diletakkan di dagu, ia sedang menimbang perihal bagian tubuh apa yang harus ia cicipi selanjutnya. "Hmmmm semuanya nampak lezat papa" ujar Anna sambil menatap sang ayah dengan tatapan penuh kebahagian, ia seperti sedang mendapatkan hadiah di hari ulang tahunnya, "Tapi..." Anna mendekatkan wajahnya ke wajah sang ayah, mengamati kedua bola mata sang ayah yang berwarna coklat tua dengan bulu mata berwarna putih, Roberto menutup matanya karena takut, dan saat itu juga Anna mencium kelopak mata Roberto yang sedang tertutup. Tidak hanya menciumnya, gadis kecil itu menjilatinya seperti sedang menjilati es krim "Hmmmm bagian ini lebih lezat" tutur Anna. Tubuh Roberto berguncang dengan hebat ketika mendengar perkataan Anna, ia ingin sekali menghindari gadis itu, kabur sejauh-jauhnya, tapi... semua itu hanyalah keinginan yang sia-sia. Tangan mungil Anna menyentuh kelopak mata Roberto, ia menekan di kedua ujung kelopak mata itu dan membuat Roberto terpaksa harus membuka matanya, dan melihat sosok Anna yang mengerikan. Bola mata lelaki tua itu bergetar bersamaan dengan tubuhnya, dan hal itu membuat Anna senang bukan main, gadis kecil itu tertawa terbahak-bahak dengan sangat keras, merasa puas dengan apa yang dilihatnya "Kau akan menjadi makananku yang paling lezat Papa, lalu setelah itu kau dan aku akan menyatu selamanya di dalam tubuh ini" Bersamaan dengan itu, Anna mencongkel bola mata Roberto menggunakan tangannya hingga bola mata itu terlepas, lagi-lagi Roberto tidak bisa melakukan apapun selain menahan rasa sakitnya. Anna melahap bola mata Roberto mentah-mentah, suara gigitannya terdengar begitu gurih seperti sedang menggigit keripik kentang di acara menonton televisi malam hari. Tidak diragukan lagi, gadis kecil itu sangat menyukai setiap bagian dari tubuh ayahnya, semuanya terasa lezat baginya. Anna semakin tidak sabar untuk menyantap seluruh tubuh sang ayah, membumbuinya dengan bumbu dapur yang tersedia lalu menghidangkannya di atas meja bersama dengan ibunya yang akan segera pulang dari dinas luar kota. Anna berlari ke arah lemari tempat dimana perkakas dapur disimpan oleh ibunya, ia menarik kursi ke dekat sana lalu naik ke kursi itu untuk bisa menggapai laci lemari, laci di sebelah kanan berisikan peralatan dapur yang tajam, kapak untuk memotong tulang, dan pisau daging yang biasa digunakan para pedagang daging untuk memotong daging jualan mereka, pisau berbentuk kotak dengan bagian bawah yang sudah diasah hingga tajam, pisau itu berkilau, dan Anna bisa melihat pantulan dirinya beserta sang ayah melalui pisau itu. Anna sudah menentukan pilihan untuk menggunakan pisau berbentuk kotak yang biasa digunakan untuk memotong daging, mata pisau itu berukuran besar, hampir sebesar kepalanya, Anna agak kesulitan untuk membawa pisau itu, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menyeret pisau tersebut, suara decitan mata pisau yang beradu dengan ubin dapur yang dingin terdengar memekikan telinga, Roberto masih bisa mendengar suara decitan itu sekalipun kesadarannya sudah hampir lenyap, sesekali ia membuka satu matanya yang tersisa untuk melihat kondisi terkini, sambil berharap bahwa seseorang akan datang ke dalam rumah itu untuk menghentikan kegilaan puterinya. Namun, sungguh disayangkan, tidak ada yang mengabulkan harapan Roberto, lebih tepatnya tidak ada yang bisa membuat harapan itu terwujud, pasalnya Anna sudah mengunci semua pintu yang ada di rumah tersebut, menutup jendela rapat-rapat, menarik tirai jendela agar tidak ada yang bisa mengintip ke dalam rumah, terlebih lagi ruangan dapur rumah Roberto adalah ruangan kedap suara. Anna merekomendasikan pemasangan kedap suara di ruangan tersebut pada ibunya dengan alasan agar mesin-mesin dapur dan kegiatan masak memasak tidak akan mampu mengganggu para tetangga atau anak-anak yang senang bermain di sekitar halaman rumah mereka. Dan ya, sang ibu melaksanakan ide Anna, sang anak kesayangannya tanpa rasa curiga atau keraguan sedikitpun. Bisa dikatakan bahwa Anna sudah merencanakan pembunuhan terhadap sang ayah sedari lama, dan sedari lama pula ia memendam hasrat untuk memakan ayahnya sendiri, membuat rencana pembunuhan agar terkesan senatural mungkin agar tidak memancing rasa curiga orang-orang sekitar, bahkan Anna sudah menyiapkan ruangan khusus untuk menyimpan tubuh sang ayah yang akan dikonsumsi olehnya, sebuah ruangan yang tidak akan dicurigai oleh siapapun, ruangan dengan lemari pendingin raksasa yang ia pesan diam-diam dengan menggunakan nama Roberto. "Papa... Kau pasti senang bukan, karena sebentar lagi kau akan menjadi hidangan yang lezat untuk hadiah kepulangan mama dan juga menjadi hidangan yang lezat di acara ulang tahunku nanti hihihihi" ujar Anna dengan seringaian puas, bersamaan dengan itu, Anna meletakan kepala Roberto di atas meja dan... BRUUUUUK Anna memenggal kepala Roberto dengan pisau yang sebelumnya ia bawa. *** Meja dan kursi makan serta lantai dipenuhi oleh cairan merah kental yang tak lain adalah darah milik Roberto. Usai memenggal kepala Roberto tanpa belas kasih sedikitpun, Anna langsung memotong tubuh Roberto menjadi beberapa bagian, seluruh pakaian Anna dipenuhi oleh darah, begitu pula dengan rambut dan wajahnya, namun bukannya jijik, Anna malah menikmatinya, sesekali ia menjilati darah yang menempel di pakaiannya, ia juga mengisi botol anggur merah yang kosong dengan darah segar milik sang ayah. Anna menguliti tubuh Roberto, membelah perut dan dadanya untuk mengeluarkan organ dalam lelaki tua itu, namun Anna tidak membuang organ tubuh lelaki tua itu, ia membersihkannya di kamar mandi lalu memotongnya menjadi ukuran yang sangat kecil lalu ia masukkan ke dalam toples dan toples tersebut ia masukkan ke dalam lemari es yang ada di dapur bercampur dengan toples daging sapi yang ada disana. Anna memisahkan daging Roberto dari tulangnya dengan sangat bersih, daging-daging itu ia potong seukuran steak lalu ia kemas dengan plastik wrapping. Sedangkan kepala Roberto ia belah dengan susah payah dengan menggunakan kapak untuk mengeluarkan otaknya, tak tanggung-tanggung, Anna langsung melahap otak Roberto mentah-mentah. Gadis kecil itu bersendawa ketika ia berhasil menghabiskan otak ayahnya sendiri. Ia membaringkan tubuh di lantai, beristirahat sejenak, memandangi langit-langit rumah yang gelap sambil menyenandungkan lagu twinkle little star favoritnya, Anna menutup mata dan mengingat kembali waktu yang ia habiskan bersama dengan sang ayah. Bermain petak umpet, kejar-kejaran, membuat istana pasir di pantai, tertawa bersama ketika menonton kartun favoritnya, membuat apple pie bersama dengan mama, dan berbelanja perlengkapan rumah bersama. Roberto sangat baik kepada Anna, ia menganggap Anna sebagai anak kandungnya sendiri, begitupula dengan Anna, ia sangat mencintai Roberto dan rasa cinta yang besar itu membuat semua bagian dari tubuh Roberto terasa lezat di lidahnya, membangkitkan selera makannya. Seperti masakan ibu yang terasa lezat karena dimasak dengan penuh cinta, tubuh Roberto pun terasa sangat lezat ketika dilahap karena Anna melahapnya dengan penuh cinta. KRIIIING KRIIIING Suara telepon yang berdering dengan nyaring membuat Anna harus bangkit untuk mengangkat telepon itu, kaki mungilnya berlari ke arah meja dimana telepon rumah berada. Anna berjinjit untuk menggapai telepon itu "Hallo" Sapa Anna ketika ia berhasil mengangkat teleponnya. Dari seberang telepon terdengar suara sang ibu yang sedang khawatir "Anna... Apa kau itu, sayang?" ujar Nyonya Daveline Heis "Iya mama, ini Anna..." balas Anna dengan suara khas anak-anak miliknya, suara Anna terdengar polos tanpa dosa "Syukurlah jika ini kau... Apa kau baik-baik saja disana, sayang? Mama tidak bisa menghubungi papamu, seharusnya ia sudah pulang di jam ini untuk menjagamu. Apakah papa sudah ada disana bersamamu, An?" tanya Nyonya Daveline. Anna menengok ke arah dapur, tepat dimana tubuh Roberto sudah terpotong-potong dengan kepala yang hancur "Iya mama, papa ada disini bersamaku" balas Anna "Syukurlah..." Daveline merasa lega "Apa kau bisa memberikan telepon ini pada Papa, An? Ada yang ingin mama bicarakannya dengannya" lanjut Daveline Anna terdiam, ia mengigit bibir bawahnya dengan kuat, tidak mungkin ia memberikan telepon pada Roberto agar bisa berbicara dengan istrinya, Roberto sudah tiada, ia tidak bisa lagi berbicara dengan Daveline. "Papa sedang tidur sekarang, mama. Anna tidak ingin membangunkan Papa, karena dia terlihat saaaaaaangat lelah" balas Anna, berbohong tetapi cara bicaranya tidak terdengar seperti orang yang sedang berbohong, Anna sangat pandai dalam menyembunyikan kebohongannya. "Ah begitukah, nak? Baiklah kalau memang papa tidak bisa berbicara sekarang, mama akan menelpon lagi jika papamu sudah bangun. Nah anak baik! Sebaiknya kau juga ikut tidur dengan papamu, karena ini sudah larut malam" ujar Daveline dengan suara keibuannya. Anna menyeringai, ia nampak senang karena Daveline mau percaya akan kebohongannya "Ya, mama. Anna akan langsung tertidur setelah menutup telepon ini. Tapi, cepatlah pulang kemari, karena Anna saaaangat merindukan mama" balas Anna. Daveline tertawa kecil dari seberang telepon, ia sangat senang karena memiliki Puteri seperti Anna yang selalu bisa mengutarakan perasaan cintanya secara gamblang, tidak ada yang lebih baik dibanding bisa merasa sangat dicintai oleh puterinya sendiri. "Mama akan segera pulang, sayang. Mama juga sangat merindukanmu. Tapi sekarang, kau harus tidur terlebih dahulu agar kau tidak kehilangan energimu ketika mama pulang. Sampai jumpa sayang" balas Daveline sambil memberikan kecupan pada Anna melalui telepon "Sampai juga mama, aku akan menunggu kepulanganmu" balas Anna lagi-lagi dengan seringaiannya yang mengerikan. Anna menyimpan kembali telepon ke tempatnya, lalu ia melompat-lompat ke arah dapur. Anna menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat cepat dan rapih, daging Roberto sudah dikuliti semua, dipotong kecil-kecil persis seperti daging sapi yang ada di lemari es dapur, Anna mencampur daging Roberto dengan daging sapi, tidak akan ada yang menyadari bahwa daging yang ada di lemari es adalah daging manusia dari sang pemilik rumah. Tulang belulang Roberto Anna bawa ke sebuah ruangan rahasia di balik lemari pakaiannya yang ada di kamar tidur. Ruangan rahasia itu memiliki lemari pendingin yang begitu besar dan tidak memiliki ventilasi sama sekali, bau busuk ataupun anyir tidak akan bisa keluar dari sana. Anna melemparkan tulang Roberto secara sembarang begitu pula dengan tengkorak kepalanya yang sudah hancur, mata Roberto udah lepas dua-duanya, Anna sudah memakan habis kedua bola mata sang ayah. Sekarang dia sangat bersemangat untuk menunggu kepulangan sang ibu, ia tidak sabar untuk mengolah daging Roberto dan menghidangkannya pada sang Ibu. BRUUUUK Anna menutup kembali pintu ruangan rahasianya, ia melihat tetesan darah yang menempel di lantai, bisa bahaya jika ia tidak segera membersihkan darah itu, tapi Anna merasa sayang jika harus membersihkan darahnya, ia lebih senang untuk mengumpulkan darah itu lalu meminumnya sebagai pengganti s**u anak-anak yang selalu diberikan sang ibu. "Huuuft" gadis kecil itu menghela nafas sembari berkacak pinggang "Sayang sekali aku harus membuang tetes darah yang berharga ini" gerutu Anna. Tapi, ia tidak memiliki pilihan lain, Anna membersihkan lantai dengan pakaian yang dikenakan oleh Roberto sebelumnya, mencelupkannya ke dalam air dalam ember lalu memerasnya berulang kali, mengepel lantai, meja dan kursi hingga mengkilap. Anna membakar pakaian Roberto di perapian yang ada di ruang keluarga. Ia juga mengembalikan semua perkakas dapur yang digunakan untuk membunuh Roberto. Rumah itu sekarang nampak seperti semula, bersih dan tidak terlihat seperti rumah yang dipakai untuk pembunuhan. Anna membaringkan tubuhnya di sofa, ia nampak lelah namun juga puas karena semua rencananya berjalan dengan sempurna, keinginannya untuk memakan Roberto juga berhasil terpenuh, ia tertidur dengan perasaan bahagia.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.5K
bc

My Devil Billionaire

read
94.9K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.0K
bc

My Secret Little Wife

read
98.4K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook