JND 3

1867 Words
Author Pov "Bunda sudah gajian sayang, Letta mau bunda traktir es krim tidak?" ucap seorang wanita dengan semangat sambil membetulkan helm di kepala sang putri. "Tidak mau bunda" mendengar jawaban putrinya yang menolak tawarannya itu membuatnya mengerutkan keningnya, karena biasanya putrinya ini tidak pernah menolak ketika akan dibelikannya es krim. Dan hal itu, membuatnya langsung berjongkok dan mensejajarkan dirinya dengan putri semata wayangnya ini. "Loh kenapa tidak mau? Biasanya anak bunda yang cantik ini selalu minta dibelikan es krim saat bunda gajian. Kenapa sekarang gak mau sih?" dia mencubit pelan pipi putrinya. "Tidak apa bunda, tapi lebih baik uangnya buat beli ayam. Nanti aku mau makan ayam kecap boleh?" "Tidak apa sayang nanti bunda belikan ayamnya juga, sekaligus es krimnya. Gimana?" "Jangan bunda" tolaknya kembali sambil memegang pipi sang Bunda. "Kenapa sayang?" "Uangnya ditabung saja buat kontrak rumah yang baru. Letta tidak suka sama rumah ini, orangnya jahat-jahat. Letta gak punya teman. Letta juga gak mau bunda di jahatin terus sama ibu-ibu jahat itu" mendengar akan hal itu seketika dia meneteskan air matanya. Dan setelahnya dia langsung memeluk tubuh putrinya. "Iya sayang, doain bunda yah supaya uangnya cepat terkumpul dan kita cari kontrakan yang baru. Maafin bunda nak, ini semua karena bunda" pelukan darinya itu tiba-tiba dilepaskan oleh putri kecilnya membuatnya terkejut. "Bunda tidak salah, bundaku ini baik kok, cantik, dan sayang sama Letta. Letta cuma tidak mau bunda di hina trus sama ibu-ibu itu" "Tidak apa sayang, kita gak boleh benci sama mereka ya. Yang terpenting bunda tidak seperti itu" "Iya bunda. Bunda jangan nangis gini ya, aku tidak mau bunda sedih terus sekarang bunda harus senyum" ditengah tangisnya dia mencoba menghentikannya sebentar kemudian dia tersenyum lebar. Senyuman itu dia peruntukkan untuk putri kecilnya ini. "Nah gini dong, bundaku tambah cantik" Cup Sebuah ciuman didapatkannya dari putri kecilnya membuatnya kembali menangis. "Letta sayang bunda" "Bunda juga jauh lebih sayang kamu nak" keduanya kini kembali berpelukan, bahkan pelukan kali ini lebih erat daripada yang sebelumnya. Ibu dan anak yang tengah berpelukan itu adalah Lita dan juga Letta. Keduanya merupakan ibu dan anak yang sangat saling menyayangi satu sama lain. Bagaimana tidak, jika mereka hanya hidup berdua di dunia ini. Suka, duka selama menjalani kehidupan ini telah mereka lewati bersama-sama. Keduanya saling menguatkan satu sama lain agar bisa sama-sama kuat dan bersemangat untuk menjalani kehidupan yang berat ini. Seperti hal nya Lita, setiap dia merasa lelah dan ingin marah atas keadaan ini, dia selalu melihat ke putrinya yang cantik dan lucu ini membuatnya bisa kembali bersemangat dan tersenyum menghadapi semuanya karena sekeras dan seberat apapun kehidupan yang dijalaninya, ketika dia mengingat putrinya dia langsung kembali bersemangat untuk menjalani kehidupan yang berat ini. Putrinya adalah segala-galanya untuknya. Apapun akan dia berikan untuk putri kesayangannya ini, tetapi sebetulnya dia belum bisa memberikan segala-galanya kepada putrinya membuatnya kini bersedih kembali. Karena selama ini dia belum bisa membahagiakan putrinya. Tapi justru hal itu bukannya membuatnya menyerah tetapi justru dia semakin semangat untuk bisa membahagiakan putrinya. "Aduh sudah yuk kita pulang jangan sedih-sedihan gini karena kita masih harus ambil satu baju lagi okey" "Iya bunda. Alhamdulillah ya, usaha laundry bunda makin banyak yang menggunakan" Lita tersenyum sambil mengusap lengan putrinya. Dia begitu bangga akan kedewasaan yang diperlihatkan putrinya ini, walaupun putrinya masih berumur tiga tahunan lebih, tetapi kedewasaan yang dimilikinya seperti anak yang sudah dewasa bukan seperti anak kecil seumurannya. Putrinya bisa bersikap seperti itu, karena keadaan. Selama ini putrinya begitu memahami keadaan mereka yang seperti ini sehingga tidak pernah sekalipun putrinya mengeluh, ataupun merepotkannya, bahkan meminta sesuatupun tidak pernah. Hal itulah yang membuatnya bersyukur memiliki Letta didalam hidupnya, kalau tidak ada putrinya dia tidak tau akan seperti apa nantinya. "Iya alhamdulillah sayang, makannya kamu mau bunda traktir es krim atau jajanan apa kesuakaanmu ya. Ini bunda juga baru dapat uang" "Tidak mau bunda uangnya ditabung saja. Yaudah yuk bunda kita lets go, sudah mendung ini soalnya" Leta sudah menggandeng tangan bundanya dan meminta segera dinaikkan di tempat duduknya yang ada di bagian depan motor bundanya. "Iya  sudah ayo. Tapi tunggu dulu ini belum di naikkan nanti kamu kedinginan sayang" dengan penuh perhatian Lita menaikkan resleting jaket putrinya. "Okey sudah siap, lets go" Lita menaikkan putrinya itu ditempat duduknya dibagian depan, kemudian dia memasukkan dua kresek besar ke keranjang yang telah disiapkannya dibagian belakang. Setelah menata itu semua, kemudian dia naik  menjalankan motornya menembus jalanan sepi di malam hari yang sedikit mendung ini. Lita mengendarai motornya dengan perlahan sambil memeluk tubuh putrinya. "Jangan mengantuk dulu ya sayang" "Iya bunda siap, Letta belum mengantuk kok" Kegiatan Lita setiap harinya seperti ini, setelah dia pulang bekerja di cafe sampai sore, dia melanjutkannya dengan mengambil dan mengantar berbagai macam pesanan laundry yang telah dijalankannya baru-baru ini. Dan sistemnya dia memasarkannya lewat online, jadi setiap harinya jika dia mendapatkan pesanan secara online maka dia akan mengambil barang laundry ke rumah tujuannya dan untuk mengembalikannya dia akan mengantarnya sesuai dengan keinginan dari si pelanggannya mau berapa hari bajunya siap diantar kembali. Dia membuka usaha laundry ini karena jika dia mengharapkan uang gaji dari bekerja di cafe saja, dia masih kekurangan. Karena uang gaji dia di cafe hanya cukup untuk membeli berbagai macam keperluan kebutuhan rumah sehari-hari juga kebutuhan putrinya sementara kebutuhan lain-lainnya tidak bisa terpenuhi,  oleh sebab itu dia memiliki ide bahwa dia harus bekerja sampingan dan pekerjaan sampingan yang dipilihnya adalah seperti ini, membuka laundry di rumah dengan metode siap antar jemput. Jadilah seperti ini sehari-harinya dia setelah pulang kerja pasti akan mengantarkan laundry an dan juga menjemput laundry an yang sudah dipesan melalui **, whats up, dan media sosial lainnya. Dan di setiap pekerjaan yang dilakukannya ini, dia selalu mengajak putrinya ini. Sebenarnya dia kasian mengajak putrinya disetiap dia bekerja, tapi mau bagaimana lagi jika dia meninggalkan putrinya dirumah kontrakan maka putrinya akan sendirian jadilah dia selalu membawa putrinya kemanapun dia pergi dan beruntungnya putrinya selalu senang ketika dia ajak untuk bekerja. Sebagai seorang Single Parent dia harus melakukan semuanya sendirian, dari mulai dia menjadi seorang ayah bagi putrinya yang bekerja keras mencari uang untuk menghidupi keduanya dan juga sebagai ibu yang merawat dan menyayanginya. Walaupun dengan status seperti itu diusianya yang terbilang masih muda yaitu 22 tahun, tapi dia dapat menjalaninya dengan begitu luar biasa bahkan bisa dibilang dia menjadi seorang wanita yang tangguh dan dewasa untuk putri kecilnya Arletta Zakeisha ini. "Dingin ya sayang" ucapnya sambil memeluk tubuh putrinya dengan tangan kirinya. "Enggak kok bunda enak udaranya dingin. Ayo bunda agak cepat lagi soalnya mau hujan" "Iya siap sayang. Kamu pegangan yah" setelahnya dia menambah kecepatan motor yang dikendarainya. Dia juga melihat langit sudah sangat mendung, dan hujan sepertinya akan segera turun. Tapi dalam hatinya, dia berdoa semoga hujan turun setelah mereka tiba dirumah karena dia hanya membawa satu jas hujan saja.                                                                                            ⚪⚫⚪⚫⚪⚫ "Heem hujannya deras sekali ya, ini enaknya ngopi-ngopi pinggir jalan sambil makan jagung enak kayaknya. Tapi kalau kayak gitu bisa dijadiin daging cincang sama Dad sama Mom" gumam seseorang yang tengah mengendarai mobilnya menembus jalanan malam hari yang tengah turun hujan yang deras ini. Dia adalah Dain. Dain tadi baru saja pulang dari apartemen kekasihnya setelah dia menenangkan kekasihnya sebentar hingga tidak menangis lagi dan cukup tenang, dia langsung meninggalkannya. Dan saat perjalanan pulang dari sana, ternyata diluar sudah hujan deras seperti ini bahkan semakin deras hingga membuat jarak pandangnya sedikit berkurang sehingga dia mengurangi kecepatannya. "Ini jalan kenapa sepi banget ya" gumamnya sambil melihat jalan sekitar yang begitu sepi dan hanya beberapa kendaraan yang berlalu lalang. "Iya-iya lah sepi hujan-hujan gini ngapain keluar, dasar oneng banget kamu Dain" lanjutnya kemudian dia menertawakan ke bodohannya.  Dain yang merasa kesepian itu kemudian menyalakan musik di mobilnya. Dia memutar lagu yang lagi hits dan juga menjadi lagu favoritnya ini. "Yo kita bergoyang sobat ambyar" ucapnya dengan keras, kemudian dia mulai bernyanyi mengikuti lagu yang tengah berputar ini. Loro ati iki Tambarno karo tak nggo latihan Sok nek wes oleh gantimu Wes ra kajok aku Mergo wes tau Wes tau jeru "Wes tau Jeru, katanya si Orl itu artinya mereka sudah pernah ehem-ehem. Ckckck udah pernah gitu trus ditinggalin enak di cowoknya. Burungnya sudah dapat masuk kandang habis gitu bisa cari kandang lain. Dasar cowok gak tau diri itu mah" ucapnya sambil menghentikan nyanyinya tadi karena dia teringat akan arti dari lagu ini yang diberitahu sahabatnya Orlando beberapa waktu yang lalu. Dia memang tidak begitu paham akan arti lagu ini tetapi dia suka dengan musiknya, sehingga dia yang suka lagu ini mencoba mencari tau artinya dari sahabatnya Orlando yang memang mengerti akan bahasa Jawa. Dan setelahnya dia tau akan arti lagi ini terlebih kata-kata yang baru saja dinyanyikannya. Dari lagu ini dia juga bisa belajar bahwa seharusnya dia harus lebih menjaga miliknya agar tidak bisa lepas ke sembarang sarang apalagi ke kekasih yang dicintainya itu. Dia tidak akan melakukan itu, karena dia begitu menyayangi dan mencintainya. Kartonyono ning Ngawi medot janjimu Ambruk cagak ku nuruti angen-angenmu Sak kabehane wes tak turuti Tapi malah mblenjani Budalo malah tak duduhi dalane Metu kono belok kiri lurus wae Rasah nyawang sepionmu sing marai a... "Astaga" belum selesai Dain menyanyikan lagu itu tiba-tiba dia memekik setelah melihat pemandangan yang samar-samar terlihat di depannya melalui kaca mobilnya. Citt Dengan segera dia menarik rem mobilnya dan kini mobilnya sudah berhenti dipinggir jalan. Dia mencoba mengamati pemandangan yang ada didepannya untuk memastikan bahwa apa yang dilihatnya itu benar atau tidak, bahkan dia mencoba mengusap matanya beberapa kali takut dia salah melihat. "Astaga beneran dasar yah tuh mobil somplak banget nabrak di tinggal lari gitu kayak kentut aja. Kan kasian pengendara motor itu" Dain melihat dijarak sekitar dua meter didepannya ada pengendara motor yang baru saja terjatuh akibat di tabrak dari samping oleh mobil yang ada didepannya tadi. Dan dengan tidak bertanggung jawabnya, mobil itu pergi begitu saja tanpa melihat pengendara motor yang ditabraknya. Dain sudah bersiap turun dari mobilnya untuk membantu pengendara yang terjatuh itu namun seketika dia menghentikan tindakannya dan kembali berfikir. "Tapi siapa tau dia itu modus mau begal orang kayak gue lagi, nanti kalau gue di begal gimana dedek takut ah" ucapnya, kemudian dia hendak menjalankan mobilnya dan tidak menghiraukan pengendara motor tadi tetapi entah mengapa perasaannya begitu berat ketika akan pergi membuatnya tetap berdiam disana sambil melihat gerak-gerik pengendara motor itu. "Astaga dia bawa anak kecil" pekiknya dengan terkejut karena dia baru melihat bahwa pengendara itu tengah menggendong seorang anak kecil. Dari situlah tanpa pikir panjang Dain segera keluar dari mobilnya dan berlari ditengah rintik hujan ini menghampiri seseorang pengendara motor itu yang tengah menunduk sambil memangku seorang anak kecil. "Mana yang sakit nak? Astaga maafin bunda ya. Bunda kurang hati-hati" disaat Dain sudah mendekati dua orang itu, dia mendekati percakapan itu. Membuatnya langsung berfikir bahwa pengendara itu adalah seorang perempuan bersama dengan anaknya. Dain langsung merasa bersalah karena tadi dia sempat berfikiran negatif kepada mereka dan tidak langsung menolongnya, pasti kedua orang ini sejak tadi membutuhkan pertolongannya. "Permisi mbak" ucapnya sambil menepuk pelan punggung yang membelakanginya. "Tolong jangan sakitin kami" ucapnya dengan ketakutan sambil memeluk anaknya dengan sangat erat. "Saya tidak akan sakitin kalian mbak, saya hanya berniat membantu kalian. Saya..." belum sempat Dain menyelesaikan ucapannya tiba-tiba orang yang tadi membelakanginya langsung memutar tubuhnya dan menatapnya. Sebuah mata hitam pekat kini tengah menatap matanya, membuat Dain seketika terpaku oleh tatapan sendu mata itu. Kedua orang dewasa itu saling beradu pandang hingga suara anak kecil yang berada didalam dekapan ibunya itu berbicara dan menghentikan balasan tatapan keduanya. "Ja...jangan sakitin bu...bundaku om" ucap anak kecil itu sambil gemetaran seperti orang tengah kedinginan. "Astaga adik Bar..." pekik Dain ketika dia mengenal siapa anak kecil yang baru saja berbicara itu.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD