JND 2

1894 Words
Author Pov "Ya ampun hon, jangan cemberut gitu jadi kayak bebek" ucap Dain kepada seseorang yang merupakan kekasihnya yang kini tengah duduk di sebelahnya dengan wajah yang tak enak dilihat. Dan setelah dia mengungkapkan itu, kekasihnya semakin cemberut bahkan diperkirakan olehnya sudah maju 5 cm. "Udah jangan tambah dimajuin gitu nanti aku cipok yah" ucapnya lagi sambil tertawa. Dia terus mencoba mengajak bercanda kekasihnya, namun ternyata candaannya itu tidak digubris sedikitpun oleh kekasihnya karena kekasihnya sejak tadi terus berdiam dan tidak menanggapi perkataannya sedikitpun. Dain tau kekasihnya ini masih marah perihal keterlambatannya datang menemuinya di cafe tempat favorit mereka bertemu. Dain sebetulnya tadi terlambat karena terjebak macet, terlebih tadi di cafe ada insiden kecil saat dirinya menabrak anak kecil tadi dan harus menenangkannya dengan mengganti mainannya yang telah di rusakkannya. Dan memikirkan kejadian dengan anak kecil yang cantik seperti boneka itu, satu hal yang ada dipikirannya sejak tadi yaitu jika anaknya sangat cantik seperti itu bagaimana dengan ibunya pasti juga akan sangat cantik. "Apa dia anak broken home yah karena mendengar ceritanya tadi ayahnya kerja jauh dan tidak pernah pulang. Jika itu terjadi kepadanya sungguh malang nasib anak kecil itu" "Kenapa aku jadi memikirkannya" gumamnya tanpa disadari. Dan hal itu membuat kekasih Dain yang ada disampingnya, mendengarnya dan langsung membuatnya langsung naik darah. "Memikirkan siapa? Benar dugaanku kamu selingkuh hon, apa kamu selingkuh sama mbak-mbak pramugari yang kegatelan itu?" "Ih hon, jahat kamu sama" teriaknya sambil memukul Dain berulang kali karena ternyata ucapannya itu tidak didengar oleh kekasihnya yang tengah melamun ini. Dain langsung tersadar dari lamunannya. "Hah apa hon" "Tuh kan kamu tadi ngelamunin selingkuhanmu yah" "Astaga selingkuhan apa sih hon? Aku gak punya selingkuhan. Pramugari itu?  Kita hanya berteman. Semua wanita yang ada di sekitarku itu gak ada yang cantik, dan baiknya kayak kamu. Kamu tenang aja ya aku gak bakalan selingkuh serius ini" ucapnya diambil memegang tangan kekasihnya untuk mencoba menyakinkannya dan supaya kekasihnya tidak lagi marah kepadanya. "Sudah ya jangan marah gitu nanti jelek loh" setelah mendengar penjelasannya barusan, ternyata membuat kekasihnya sedikit luluh dan terbukti kini bibir kekasihya sudah kembali normal tidak seperti tadi. "Nah gitu dong, kan jadi makin cantik. Gimana kita cari makan ya? Terserah kamu deh mau makan dimana, yang penting kamu makan katanya dari pagi belum makan kan. Nanti sakit loh hon" Dain mencoba merayu kekasihnya dengan mengelus puncak kepala kekasihnya sebentar, karena dia harus kembali kini fokus dengan kemudinya. "Gak mood makan" jawab kekasihnya dengan jutek. "Loh jangan gitu hon, kamu bisa sakit nanti. Apa gini aja sebagai gantinya karena tadi aku terlambat, aku beliin Sate Taichan kesukaanmu yah. Nanti kalau perlu aku beli sama abang-abangnya sekalian biar kamu seneng aku gapapa hon, yang penting kamu gak marah lagi sama aku. Abang gak bisa di giniin dik" "Gak mau" "Ish hon,  sudah ya marahnya. Masa lama gak ketemu sama pacarnya marahan gitu. Nanti kalau aku balik kerja lagi dan gak pulang lama gimana, kamu mau?" "Jangan" seseorang yang tadinya tengah marah itu seketika luluh dan langsung memeluk tubuh kekasihnya dengan begitu erat. Dain yang paham akan hal itu langsung tersenyum dengan lebar dan tangan kirinya yang tidak memegang setir kemudi digunakannya untuk membalas pelukannya kekasihnya. "Nah gitu hon, kan kangenku jadi terobati kalau kayak gini. Capek-capek pulang kerja langsung dapet vitamin gini jadi semangat. Apalagi kalau dapat ciuman nih disini" Dain menunjukkan pipi kirinya untuk dicium kekasihnya. Cup Cup Cup Cup Beberapa ciuman didapatkan Dain dari kekasihnya yang telah mencium pipi dan juga bibirnya tadi. "Sudah nanti dilanjut lagi, nanti aku kasih lebih tapi janji yah beliin sate taichan 60 tusuk super pedas" "Ehmm gak sekalian dibuletin jadi 100 tusuk aja hon, nanggung kalau segitu mah" "Kamu yang makan itu nanti hon" Tawa Dain langsung pecah seketika. Beginilah hubungannya dengan kekasihnya ini. Mereka memang sering bertengkar tetapi tak lama karena biasanya paling lama sekitar seharian saja dan itu biasanya mereka sudah baikan lagi dan kembali sayang-sayangan seperti semula seperti sekarang ini. Hubungan mereka memang seperti ini, terkadang marah-marahan, sayang-sayangan, baik-baikan, seru-seruan. Hubungan seperti itulah, telah mereka jalani selama kurang lebih 7 tahunan belakangan ini. Yah hubungan mereka memang sudah berumur 7 tahun lamanya. Dimana hubungan mereka terjalin sejak mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Atas hingga saat ini mereka semakin dewasa. Oleh sebab itu, baik Dain dan kekasihnya yang bernama Freya ini telah mengetahui bagaimana sifat dan hal-hal lainnya dari masing-masing  sehingga jika ada kejadian seperti tadi Freya yang marah kepada Dain karena telah lama datang menemuinya,  Dain tau bagaimana caranya untuk membuat kekasihnya ini tidak marah kembali kepadanya yaitu seperti contohnya membelikan Sate Taichan kesukaannya. "Mau makan disini apa dibawa pulang hon? " tanya Dain setelah di mematikan mobilnya. "Bawa apartemen aja hon" "Okey kamu tunggu sini aku belikan" "Hon" panggil Freya kepada kekasihnya yang sudah berada diluar mobil. "Apa hon? " "Sekalian belikan jus sebelahnya itu yah hon" "Okey siap jus mangga kan" "Heemb" setelahnya Dain menutup pintu mobilnya dan pergi meninggalkan kekasihnya. ⚪⚫⚪⚫⚪⚫ Kedua insan tengah berciuman dengan begitu mesra di ruang tamu sebuah apartemen. Kedua insan itu adalah Dain juga kekasihnya Freya. Setelah mereka menghabiskan Sate Taichan yang dibelikan Dain tadi keduanya langsung melepas rindu dengan berciuman seperti ini. Sudah lama mereka berciuman seperti ini dan itu terlihat kini ciuman mereka semakin mesra dan panas saja. "Ehh" erang Dain saat tangan kekasihnya mulai mengelus dadanya dan berlanjut mengelus pahanya. Namun saat tangan itu semakin lama semakin menjadi membuatnya melepaskan ciuman itu secara paksa. "Sudah ya hon, nanti ki...kita bisa berlanjut dan aku gak mau itu terjadi" Dain kini mencoba menormalkan dirinya sebentar kemudian dia menghadap ke arah kekasihnya Freya. Dari gesturnya, Dain bisa merasakan jika kekasihnya ini kecewa setelah dia mengehentikan aktifitas mereka secara paksa. Hal seperti ini selalu di dapatkannya ketika dia menghentikan hal semacam ini kepada kekasihnya. Dain selalu menahan agar kejadian seperti tadi tidak berlanjut ke hal yang lebih lagi, karena dia tidak mau merusak kekasih yang sudah menemaninya selama 7 tahunan ini. Cukup mereka sampai ke tahap ciuman saja jangan sampai kearah yang lebih lagi. Oleh sebab itu, Dain lah yang selalu menghentikan tindakannya agar tidak melewati batas karena Freya sebenarnya iklas dan rela ketika mereka melakukan hal yang lebih lagi kepadanya tetapi tetap pendirian Dain akan menjaga kekasihnya ini sampai mereka menikah suatu saat nanti. Karena bagi Dain menghargai seorang wanita itu sangat penting baginya, dimana seorang wanita memang harus di hargai seperti dirinya menghargai Momma, dan juga adik-adik perempuannya. Dan hal itu juga dia terapkan kepada kekasih yang sangat di cintainya ini, walaupun banyak godaan yang menghampirinya tetapi dia tetap akan menjaga kekasihnya ini sampai mereka resmi menjadi suami istri. "Kamu gak cinta sama aku ya hon? Kenapa kamu tidak mau melakukannya denganku? Apa kamu punya wanita lain yang jauh lebih cantik dan sexy dari aku" "Aku cinta pakai banget loh sama kamu. Kalau kamu perlu bukti, kamu tatap mata aku ini hon, biar kamu tau seberapa cintanya aku sama kamu.  Kalau pun aku gak cinta sama kamu aku sudah merusak kamu sejak dulu hon. Berulang kali aku tekankan sama kamu, kalau aku bakalan terus jaga kamu sampai kita resmi menikah nanti" jelasnya panjang lebar sambil mengelus puncak kepala kekasihnya ini. "Seorang laki-laki yang benar-benar mencintaimu pasti tidak akan merusak wanita yang di cintainya karena mereka akan menjaganya sampai waktunya tepat. Dan hal itu aku terapin sama kamu hon, se cinta itu aku sama kamu, jadi aku gak bakalan merusak kamu walaupun aku juga sangat menginginkannya. Percayalah tunggu sampai waktunya tepat saja" "Kapan itu hon?  Kapan kamu beri keputusan tentang hubungan kita ini" Dain yang ditanyai seperti itu seketika diam. Dain seketika terdiam. Dia bingung akan menjawab apa tentang pertanyaan dari kekasihnya ini, jujur dia belum memiliki pandangan yang lebih untuk hubungan mereka ini. Dan sebetulnya tidak kali ini saja Freya menanyakan akan hal itu, tetapi sudah berulang kali pertanyaan itu di ucapkan oleh Freya, dan berulang kali pula Dain belum memiliki jawaban atas hal itu. Selama ini dia dan Freya menjalaninya dengan serius memang tapi untuk merancang hubungan mereka ke lebih kearah yang lebih serius lagi dia belum memiliki pandangan sama sekali. Sama sekali belum ada. "Kok diam kamu gak mau hubungan kita ini di resmikan Hon?" Freya memegang tangan kekasihnya dan itu membuat Dain yang tadinya tengah melamun langsung tersadar dari lamunannya. "Hah apa Hon?" tanyanya karena tadi dia tidak mendengar ucapannya kekasihnya tadi. "Kamu melamun Hon? Berarti kamu gak mau hubungan kita serius karena kamu sudah ada wanita lain ya" "Kenapa harus berbicara tentang wanita la..." belum sempat Dain menyelesaikan perkataannya tiba-tiba ponselnya yang ada di meja berdering. "Bentar Hon, Momma ku nelpon" setelah berpamitan dengan Freya, kemudian dia mengambil di sisi balkon apartemen kekasihnya untuk menerima panggilan dari Momma nya ini. "Iya Momma ku yang paling cantik sedunia ada apa?" jawabnya pertama kali ketika dia menerima panggilan itu. "Salam dulu Dain" "Astaga iya lupa mom, Assalamu'alaikum Momma ku tersayang" "Wa’alaikum salam. Kamu dimana sekarang? Bukannya empat jam yang lalu kamu sudah tiba di Bandara tapi sampai sekarang kamu belum sampai di rumah" "Iya mom, maaf ini aku bersama dengan Freya" "Dimana kamu sekarang Dain?" "Aku ada di... di..." "Jawab pertanyaan Momma dengan jelas Dain. KAMU DIMANA?" Dain meneguk ludahnya dengan kasar mendengar akan ucapan Momma nya di sebrang sana karena terdengar jelas Momma nya tengah marah kepadanya. "Dain, kamu masih disana kan?" "Hah i...iya mom, aku a...ada di...di apartemen Freya" "Pulang sekarang Dain, Daddy mu sedang marah-marah karena kamu tidak langsung pulang, tetapi justru bertemu dengan kekasihmu itu sampai malam seperti ini ngapain saja disana. Ingat pesan Momma Dain jangan..." "Mom please cukup. Aku dan Freya tidak melakukan hal apapun disini dan Dain ingat pesan Momma itu selalu Dain ingat. Tapi ingat Mom, Freya tidak seperti yang Momma pikirkan, buktinya kita tidak melakukan apapun itu sekarang kalau Momma gak percaya, Dain bi..." "Kalau gitu pulanglah nak, sebelum daddy mu bertambah marah" "Iya Mom aku pulang sekarang, Assalamu'alaikum" "Wa'alaikumsalam" Setelah panggilan itu tertutup, Dain kembali menghampiri kekasihnya yang di ruang tamu namun kekasihnya itu tidak ada disana membuatnya bingung dan mencari kekasihnya ke seluruh apartemen ini. "Hon, kamu dimana?" panggilnya sambil mencari kekasihnya. "Kenapa hon? Kamu di suruh Momma mu pulang yah, lebih baik pulanglah sekarang hon. Aku gak mau Momma mu itu berfikirin buruk tentangku" "Hon, jangan gitu" "Kan bener apa yang aku bilang hon, sudah pulanglah. Mungkin ini juga yang membuatmu masih ragu" "Hon, dengarkan aku dulu... " "Pergilah Dain" ucap Freya yang membelakangi kekasihnya Dain. Kini dia tengah membuat minuman es Jeruk sambil menghapus air matanya yang sudah keluar sejak dia mendengar percakapan Dain dengan Momma nya di balkon tadi. Selalu seperti ini, dia dibuat sakit hati sendiri mendengar Momma ataupun Daddy Dain yang sepertinya tidak menyukai dan merestui hubungan mereka. Dia merasa heran, ada apakah dengan dirinya sehingga kedua orangtua Dain seperti tidak menyukainya. Nyatanya hubungan yang telah mereka jalani selama 7 tahunan ini tidak mengubah keadaan bahwa hubungan mereka tetap tak direstui hingga saat ini dan mungkin itulah yang membuat hubungan mereka tetap jalan ditempat dan tidak ada kemajuan selangkah pun sampai detik ini. "Hon, kamu nangis" Dain yang merasa ada yang aneh dengan kekasihnya itu langsung menghampirinya dan memeluknya dari belakang. Ternyata benar dugaannya bahwa kekasihnya sedang menangis. "Kamu kenpa? Apa kamu mendengarnya tadi ehmm" Dain memutar tubuh kekasihnya hingga menghadap ke arahnya. Kini Dain bisa melihat bahwa kekasihnya benar-benar menangis dan itu terlihat dari air mata yang jatuh berlinang membasahi pipinya. Mengetahui hal itu Dain, segera memeluk tubuh Freya dengan sangat erat. "Sabar sayang, aku yakin kedua orangtuaku tak lama akan menyetujui hubungan kita" "Sampai kapan itu hon?" "Sabarlah sayang, biar itu menjadi urusanku menyakinkan kedua orangtuaku. Kamu hanya perlu sabar menanti akan hal itu. Kamu percaya kan sama aku" mendengar akan hal itu Freya menganggukkan kepalanya membuat Dain semakin erat memeluk tubuh itu. Lama pelukan itu diberikan Dain untuk menenangkan kekasihnya ini, namum saat di rasa sudah cukup, dia melepaskannya karena dia harus segera pulang. "Aku pulang dulu hon, besok aku antar berangkat ke kampusnya ya" Freya kembali menganggukkan kepalanya. Kemudian dengan berat dia melepaskan kepergian kekasihnya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD