Penghianatan

1696 Words
Penghianatan : Pagi harinya, Viona tampak enggan bangun pagi. jam sudah menunjukkan pukul sepuluh kurang beberapa menit. namun, Viona masih setia bergelut di bawah selimut tebalnya. Semalam setelah berbalas chat dengan Bayu, Vio tak bisa tidur dan memutuskan untuk membaca novel saja. Karena keasyikan, Viona sampai lupa waktu hingga tak terasa dia baca sampai larut malam. Jam 2 dini hari dia baru bisa tidur itupun dia memaksa untuk memejamkan mata. Alarm di ponsel Vio yang dia stel pukul 10 kini berbunyi nyaring mengusik ketenangan sang empu kamar. Mau tak mau dia harus bangun. Dengan malas Viona meraba-raba, mencari ponselnya dan mematikan alarm itu. Menit kemudian dia mulai bangun dan duduk bersandar di papan ranjang. Mengusap wajahnya untuk menghilangkan rasa kantuk. Menatap ke arah jam di atas nakas, menunjukkan pukul 10 lebih 10. Hari ini, Vio mendapatkan projek baru, ada seorang pengusaha lain yang tertarik dengan hasil pekerjaannya. Mereka memutuskan untuk bertemu di salah satu restoran mewah di tengah kota untuk membahas kerjasamanya. “Aku ajak Bayu aja kali ya, sekalian jalan.” Gumam Vio kemudian mengambil ponsel di atas nakas dan menelepon kekasihnya itu. “Halo, Sayang.” ucap Bayu saat panggilan tersambung. Vio tersenyum bahagia mendengar suara yang selalu dia rindukan itu. “Kamu sibuk nggak hari ini?” tanya Vio. “Hmm.. aku ada janji sih sama Reza, sayang.” Jawab Bayu, membuat Vio kecewa. “Kenapa emangnya?” sambung Bayu. “Hmm... Tadinya aku mau ajak kamu buat ketemu clien aku sekalian makan siang.” Ucap Vio. “Oohh… Sorry ya, Sayang. Lain kali aku temenin ya.” Jawab Bayu. “Iya nggak papa kok.” Ujar Vio mencoba untuk memahami kesibukan Bayu. Bagaimana pun dia juga sibuk dan tak ingin mempermasalahkan hal kecil seperti ini. “Kalau begitu aku tutup ya teleponnya, mau siap-siap dulu,” pamit Vio. “Okey, Sayang. Kamu hati-hati ya. Semangat kerjanya. sekali lagi aku minta maaf gak bisa nemenin kamu.” ucap Bayu membuat Vio tersenyum bahagia. Sesederhana itu sudah mampu membuatnya sebahagia ini. “Iya gak papa kok, kamu juga semangat kerjanya ya.” Jawab Vio. “siap Sayang.” Sahut Bayu. Setelah sambungan telepon terputus, Vio bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Tak butuh waktu lama, hanya 20 menit dia sudah keluar dengan baju kerjanya. Berjalan ke depan cermin untuk memoles sedikit make up agar tak terlihat pucat. Dia memang tak suka berdandan, namun tak membuatnya kehilangan pesona. Banyak yang bilang dia tetap terlihat cantik tanpa make up. Merasa sudah cukup dan berkas-berkas kerjasamanya juga sudah siap. Vio pun bergegas keluar kamar dan turun menuju meja makan, sesampainya di ujung tangga dia langsung disambut oleh bi Rumi, Asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya. “Baru berangkat, Non.?” Tanya bi Rumi melihat ke arah Vio yang baru turun. “Iya, Bi. Hari ini aku ada pertemuan dengan clien baru sekalian makan siang.” Jawab Vio ramah dan mencomot satu donat kentang kesukaannya. “Alhamdulillah.. semoga sukses ya kerja samanya.” Ucap bi Rumi. “Aammiin..” jawab Vio tersenyum bahagia. “Vio berangkat ya, Bi. Takut clien Vio nunggu lama.” Pamit Vio membenarkan tas kecil miliknya. “Iya, Non. Hati-hati.” Jawab bi Rumi. “Iyaa ….” Sahut Vio yang sudah berjalan menuju pintu. Dengan mengendarai mobil kesayangannya, Vio berangkat menuju restoran tempatnya membuat janji dengan clien barunya. Sekitar dua puluh menit, Vio sampai di tempat tersebut. Mengecek kembali berkas-berkas yang dia bawa, memastikan semua sudah lengkap dan siap untuk bertemu cliennya. Masuk ke dalam restoran dan memesan minum sambil menunggu tamunya datang. Tak lama pesanan datang, jus Melon dengan campuran s**u coklat membuatanya tampak menggoda. Drt… drt… drt… Ponsel di tasnya bergetar, ada panggilan masuk dari sekretaris clien yang membuat janji denganya. “Halo.. selamat siang. Dengan mbak Viona.” Ucap seseorang dari sebrang sana. “Iya, dengan saya sendiri.” Jawab Vio ramah. “kami dari PT. Duo Raja. Ingin meminta maaf, jika saat ini atasan kami tidak bisa bertemu dengan anda hari ini. Beliau mengalami kecelakaan dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit.” Ujar sang penelepon. “Innalillahi… Iya tidak papa. Semoga beliau segera sembuh. Dan bisa beraktivitas seperti sedia kala.” Jawab Vio. “Terima kasih, atas pengertiannya. Mungkin itu saja yang dapat kami sampaikan. Terima kasih, dan selamat siang.” Ujar nya lagi. “Selamat siang.” Sahut Vio, kemudian sambungan itu pun terputus. Menghembuskan nafas panjang, sedikit kecewa sih, namun tak apalah. Bagi Vio jadi tidaknya kerjasama itu sudah menjadi keputusan dan takdir dari yang di atas. Jadi dia tetap berusaha mensyukurinya. Memesan makan siang untuk mengisi perutnya yang mulai demo. Menikmati makan siang itu dengan sesekali mengecek email yang masuk ke ponselnya. Tak berselang lama, saat dia hendak meninggalkan tempat untuk kembali ke rumah. Matanya menangkap kedatangan kekasihnya dengan seorang wanita menuju ruangan khusus. dengan tangan si pria memeluk bahu si wanita. “Bukannya tadi Bayu bilang kalau dia ada janji dengan Reza. Kenapa sekarang malah disini dengan wanita lain.” Batin Vio. Karena penasaran dan perasaan yang mulai tak enak, Vio memutuskan untuk mengikuti Bayu dan wanita itu. Mereka masuk ke dalam ruangan VIP yang mungkin sudah mereka pesan sebelumnya. Vio mendekat untuk mencari tahu apa yang mereka lakukan. Berdiri di depan pintu yang sedikit terbuka. Detik kemudian matanya melotot dengan tangan menutup mulutnya yang menganga. Di dalam sana, tampak jelas Bayu tengan b******u dengan wanita lain di depan matanya dengan posisi membelakangi pintu. “Kamu cantik banget hari ini.” Puji Bayu dengan mengelus pipi wanita di depannya dan tangan yang satu mulai berjelajah ke daerah lain. “Kamu juga tampan, Sayang.” Sahut sang wanita dengan bibir merah dan baju seksi yang melekat di tubuhnya. Mengelus d**a bidang Bayu dengan gaya manjanya. “Hari ini kita bersenang-senang. Aku semalam mendapat uang banyak.” Ucap Bayu mencolek dagu wanita itu. “Pasti dari pacar kamu yang oon itu.” Sindirnya dengan senyum merendahkan. Deg... Sakit… itulah yang dirasakan Vio saat ini. Laki-laki yang selalu dia banggakan. Kini tengah bermesraan dengan wanita lain di depan matanya. Bahkan secara terang-terangan dia memanfaatkan rasa cintanya untuk memoroti hartanya. Berusaha untuk tak menangis, namun air mata itu semakin deras. Di saat butiran bening itu menetes, ada sebuah tangan yang menengadah, menangkap tetesan air itu dengan telapaknya. Vio yang terkejut langsung mendongak untuk melihat tangan siapa itu. Detik kemudian keningnya berkerut saat melihat, cowok tampan yang kini tangah menatap ke arah genangan air di telapak tangannya. “Air mata kok di buang sia-sia.” Cibirnya kemudian menatap ke arah Vio yang sama tengah menatapnya dengan mata sembab. “Cari cowok itu yang gentle luar dalam, bukan kek badak gitu.” Lanjutnya dengan wajah tengil buat Vio pengen menggetok pakek cintah… eeaakk… “Berisik..!” sungut Vio kemudian pergi dari tempat tersebut, meninggalkan cowok tampan yang masih berdiri di tempatnya. Mata yang terus menatap kepergian Vio dengan senyum yang terukit di bibir manisnya. ‘Manis.’ Batinnya. Detik kemudian dia menatap ke arah ruangan yang tadi menjadi penyebab Vio menangis. Geleng-geleng kepala saat tak menemukan dua orang yang tak punya hati tadi. “Ckk.. pasti udah ganti ke ruangan sebelah. Dasar Badak cula empat.” Umpat cowok yang di ketahui bernama Dio itu. Memutuskan untuk tak peduli lagi dan segera pergi karena pesanannya sudah jadi. Sementara itu, Vio bergegas masuk ke dalam mobilnya untuk meluapkan emosi dalam hati. Di dalam mobil, tangis Vio pecah untung kaca mobil tersebut gelap, jadi tak khawatir ada yang mengetahui kepiluan nasib asmara Vio. "Kenapa kamu tega sama aku, Bay? Apa salah aku? "ucap Vio di sela tangisnya. Laki-laki yang selalu menjadi kebanggaan dan sandarannya ternyata tega mengkhianatinya. Menit kemudian, tangis Vio mulai reda dan hatinya lebih tenang, dia mengambil ponsel di tasnya dan menghubungi sahabatnya. "Halo, Vi. " ucap seseorang di sebrang sana. "Halo, Di. Loe di mana? Dinas nggak? " tanya Vio kepada sahabatnya itu. "Dirumah, gue libur hari ini. Ada apa? Kok suara loe kek habis nangis gitu. " sahut Diana. "Gue ke rumah loe ya..nanti gue ceritain. " jawab Vio menahan untuk tak menangis lagi. "Oke, gue sharelok ya." jawab Diana. "Oke.. " Tut... Panggilan itu pun terputus. Detik kemudian terdaat notifikasi pesan dari Diana yang mengirim lokasi rumahnya saat ini. tak mau menunggu lagi, Vio segera menyalakan mobilnya dan berlalu meninggalkan area restoran tersebut. Dia butuh seseorang yang untuk mencurahkan kegalauannya. dan memutuskan untuk menemui sahabatnya yang bernama Diana. Sahabat masa kecilnya yang kini berprofesi sebagai bidan di salah satu rumah sakit swasta di kota ini. Karena hanya Diana yang selalu ada untuk Vio selain Bayu setelah kedua orang tuanya meninggal. Perlahan mobil merah tersebut berjalan meninggalkan area parkir restoran. kemudian masuk ke bahu jalan menuju tempat yang di tunjukkan oleh g*ogle maps di ponselnya. Tak berselang lama, tampak cowok tampan yang mengenakan kaos putih polos di tumpuk dengan kemeja kotak-kotak berwarna navy keluar dari dalam restoran, membawa dua kantong berisi makanan pesanan sang kakak, dan langsung berjalan menuju motor sport miliknya. Cowok yang tadi sempat melihat penghianatan yang di lakukan oleh kekasih Vio. Menoleh ke kanan dan ke kiri, seperti mencari sesuatu. 'apa dia sudah pergi?' batinnya. Kemudian tanpa menunggu lagi, Dio (nama cowok tampan itu) mengedikkan bahunya dan naik ke atas motor kesayangannya itu. menyalakan mesinnya dan perlahan meninggalkan area restoran tempat di mana dia melihat dengan mata kepalanya sendiri sebuah penghianat yang jelas. Sungguh, dia sendiri merasa marah dan kecewa dengan apa yang baru saja dia lihat. Ya, meskipun dia juga di cap playboy oleh teman-temannya. Tapi, sangat benci dengan penghianatan. Apalagi sampai melihat si korban itu menangis. Ingin rasanya dia tonjok hingga meminta ampun dan benar-benar menyesali perbuatannya. Drtt... Drt... ponsel di saku celananya bergetar membuat Dio langsung berhenti dan membuka ponselnya. Ada pesan dari sang kakak. Kakak : 13:09 [Dio, Tolong sekalian beliin kopi di mini market depan komplek ya. yang merk biasanya.] Dio : 13:12 [Iya..] pesan yang dia kirim pun langsung centang biru, tanpa menunggu lagi, Dio memasukkan ponselnya ke saku. dan kembali menyalakan motornya menuju tempat yang di maksud oleh sang kakak untuk membelikan pesanan kakak tercintanya. Ya.. Mereka berdua memang sejak kecil hidup mandiri dan saling menyayangi satu sama lain. Jadi, saling menolong dan merepotkan sudah menjadi hal biasa bagi mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD