Prolog

439 Words
        Seorang pria tersenyum keluar dari sebuah pintu. Senyumnya membuat wajahnya terlihat berkali kali lipat lebih tampan. Iris birunya terlihat bercahaya karena perasaan puas. Pria itu mengendus bau amis yang menyelimuti tangannya. Tapi dia sama sekali tidak terganggu. Kebalikannya dia malah terlihat menikmati. Sang pria berjalan ke sebuah wastafel yang berada tidak jauh dari pintu . Dia mencuci lengannya membiarkan cairan merah itu hilang tersapu air.         "Kamu terlihat sangat menikmatinya"         Sang pria tersenyum mengenali siapa yang memanggilnya. Dia berbalik dan iris biru indahnya berjumpa dengan iris abu gelap yang menatapnya tanpa ekspresi, "Kamu yang paling tahu betapa aku menikmati momen ini Steven"         Pria bernama Steven itu tersenyum kecil.         "Sudah mendapat kabar baru mengenai kejadian yang menimpaku dulu?"         Steven menggeleng, "Informasi mengenai peristiwa itu masih samar. Maafkan aku Jared"         Jared mendesah, "Apa aku masih harus menunggu? Bertahun tahun dan aku masih belum mengetahui apapun"            Steve tersenyum. "Aku tahu organisasi terkesan lamban. Tapi percayalah mereka sebenarnya sudah tahu. Hanya saja, Mereka belum memberitahumu, menunggu waktu yang sempurna."         Jared menggeleng,"Yah apapun yang kamu katakan, tapi aku fikir mereka hanya memanfaatkanku untuk terus membunuh"         "Tapi kamu menikmatinya"         Jared tertawa. Dia lalu tersenyum begitu manis, tapi matanya berkilat penuh obsesi mengerikan,  "Kamu yang paling mengenalku Steven"         "Oh, aku jadi ingat. Ada seorang wanita yang mengincarmu"         Jared menatap tidak minat, "Aku tidak peduli. Dari dulu banyak yang mengejarku. Sudah menjadi takdir para wanita tertarik pada pria berwajah tampan."         Steve terkekeh, "Sombong sekali Jared". Steve lalu menyeringai, "Kamu akan peduli pada yang satu ini".         Jared mengangkat sebelah alisnya menunggu lanjutan perkataan Steve.         "Dia ingin mengejarmu bukan karena menyukaimu, tapi dia ingin menuntut balas atas kematian orangtuanya. Kamu tau siapa?"         "Banyak yang sudah kubunuh. Aku tidak ada waktu utnuk mengingatnya."         "Keluarga Alexander"         Mata Jared berkilat. Steve menyeringai semakin lebar mengetahui bahwa Jared tertarik dengan apa yang disampaikannya, "Kamu ingat anak perempuannya? Yang dulu kuliah di Amsterdam? Dia kembali ke New York dengan dendam padamu. Entah dari mana dia tahu kalau orang tuanya bukan meninggal karena kegilaan sang ayah seperti yang sudah kita rencanakan. Dan dia sedang mencari pelakunya. Kamu tahu apa yang menarik?"         Jared menggeleng.         "Dia tahu kalau kamu adalah pelakunya."         Jared tersenyum lebar sangat menawan. Tapi matanya berkilat mengancam. Membuat sosoknya menjadi tampak menyeramkan.         "Dia perempuan hebat kalau begitu"         "Ini fotonya”, Steve memberikan sebuah foto. Jared mengambilnya dan melihat sosok wanita yang sedang tersenyum memakai baju wisuda. Perempuan itu tampak cantik dengan kulit putih dan pahatan wajah yang lembut. Iris hijau indah wanita itu menyita perhatian Jared.         "Dia megambil hukum. Kemungkinan besar dia akan melamar di firma hukum milikmu. Jangan terlalu keras pada wanita ini. Dia masih muda"         Jared terkekeh, "Kita lihat saja nanti "   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD