bc

Mimpi Azalea

book_age16+
864
FOLLOW
4.3K
READ
fated
friends to lovers
goodgirl
sensitive
drama
tragedy
bxg
betrayal
first love
tricky
like
intro-logo
Blurb

Azalea adalah seorang gadis yang selama hidupnya penuh cobaan, orang tua yang berpisah dan tak kunjung tahu siapa papanya. Hingga suatu saat kenyataan terbuka, ia menemukan papanya dan ikut papahnya melarikan diri ke Perancis tempat tinggal papanya. Di sanapun ia menemukan kesakitan saat jatuh cinta untuk pertama kalinya pada seorang pria Perancis, hingga laki-laki bernama Roi membalut lukanya dan hidup bahagia.

chap-preview
Free preview
1
"Zeeee...," teriakan Mevi yang keras seolah mampu memecahkan seluruh kaca jandela di sekolah mereka. Dan Azalea tetap saja melangkahkan kaki ke luar pagar sekolah dengan tenang tanpa terpengaruh teriakan keras itu.         "Dasar monyet tuh anak, kerjaan belum kelar dia malah pulang," Mevi marah-marah tak jelas. Teman-temannya yang tahu model Azalea hanya tertawa saja. Mereka semua sibuk menyelesaikan pernak pernik Dies Natalis sekolah mereka. ***        Penat yang dirasakan Azalea, atau biasa dipanggil Zee seolah sudah sampai batas maksimal, sejak kemarin, ia menyelesaikan perlengkapan keperluan dies natalis sma nya, mulai perlengkapan pentas theater, funbike, dan lomba dance, semalam ia dan teman-temannya sampai menginap di sekolah untuk menyelesaikan semuanya, matanya sudah tak tahan untuk tidur, biarlah teman-temannya yang baru datang melanjutkan pekerjaan yang hanya tinggal 20% lagi, Zee heran juga, terbuat dari apa badan Mevi kok bisa tahan dan nggak ada capeknya. Ia melangkah ke kamar saat suara berat menyapanya.         "Semalam menginap di mana Zee?" tanya Refan.         "Eh kakak, di sekolah kak, nyelesein pernak pernik dies natalis sekolah, aku tidur ya kak, ngantuk pol," suara Zee terdengar lemah. Refan hanya memperhatikan sampai Zee menghilang masuk ke kamarnya. *** Zee adalah anak tunggal dari seorang perempuan yang sibuk mengelola salon, butik dan spa, hampir tidak ada komunikasi antara Zee dan mamanya, setelah mamanya menikah lagi dengan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai pelaut barulah mamanya agak betah di rumah, itupun hanya saat Om Hardi, papa tiri Zee, begitu biasa Zee memanggilnya, ada di rumah, tapi begitu Om Hardi berlayar, mamanya jarang lagi di rumah. Papa tiri Zee, mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Refan, dengan Refanlah, Zee merasa agak dimanusiakan, disapa, diajak makan dan sedikit diperhatikan, sedikit banyak Zee merasa seperti benar-benar punya saudara. Zee sudah terbiasa mengatur semua keperluan hidupnya sendiri, ia tidak pernah kekurangan uang, ia hanya dahaga kasih sayang. Mengenai papa kandungnya Zee tidak pernah tau, ia hanya tahu mamanya, saat kecil Zee pernah bertanya tentang papanya, jawaban mama sangat tidak memuaskan, meninggal, hanya itu saja, pusaranya di mana, mamanya tidak pernah menjawab. Zee jadi pilu tiap melihat teman-temannya selalu bercerita kehebatan papa mereka. Zee hanya tau bi Munah yang merawatnya sejak kecil sampai sekarang. *** Zee menggeliat, lalu bangun, dilihatnya jam menunjukkan pukul 19.30, wah cukup lama juga ia tidur, sejak jam 14.30 masuk kamarnya tadi. Perutnya terasa sangat lapar, ia melangkah ke luar kamar. Zee kaget waktu melihat Refan masih di sofa ruang tengah, tertidur meringkuk di sana. Saat Zee melangkah ke ruang makan, tiba-tiba Refan bangun. "Makanlah Zee, bi Munah sudah menyiapkan makan malammu," kata Refan.          "Ayo kakak, makan juga," ajak Zee.          "Kakak sudah tadi, oh iya, mungkin sebulan ini kakak nggak ke sini Zee, kakak KKN, kalo kamu merasa sepi, ajak saja temanmu menginap di sini," kata Refan menyarankan. Zee hanya mengangguk saja. Lalu Refan pamit kembali ke apartemennya. ***          Zee hanya menatap malas teman-temannya yang bersiap funbike, dengan kaos meriah, warna biru elektrik, sayap putih, mahkota putih, rok rumbai-rumbai putih, sementara teman-teman cowoknya memakai jubah putih berseliweran ditiup angin. Kemeriahan semakin terasa saat bapak kepala sekolah membuka rangkaian acara dies natalis dan bersama-sama seluruh guru dan siswa melakukan kegiatan funbike dan membagi-bagikan sembako pada masyarakat yang membutuhkan.         Selesai acara sekitar jam 11.00, Zee melangkahkan kakinya ke arah kantin, setelah meletakkan sepedanya di tempat parkir. Sepertinya sebagian besar teman-temannya sudah pulang. Ia duduk menyendiri di pojok kantin menikmati es teh dan semangkuk mi ayam. Tiba-tiba suara yang sangat dikenalnya membuatnya kaget.         "Selalu sendiri Zee?" tanya Farrel, kakak kelasnya XII IPA 7.         "Nggak juga, kebetulan saja Mevi sudah pulang," ujar Zee tetap melahap mi ayamnya.         "Aku menunggu jawabanmu Zee," kata Farrel dengan suara yang agak ditekan. Zee menghembuskan napas dengan berat.         "Mau menunggu apa? Jawabanku sama, dalam hidupku tidak ada yang namanya cinta, aku tidak akan jatuh cinta, tidak akan mencobanya, dalam hidupku yang ada bagaimana caranya bertahan hidup itu saja, kau salah orang kak, aku sudah cukup rumit memikirkan hidupku, maka aku tidak akan menambah rumit dengan menghadirkan orang lain dalam hidupku," Zee menjawab dengan tatapan mata dingin pada Farrel, lalu melangkah ke kasir dan keluar dari kantin. Farrel hanya memandang sendu, adik kelas yang ia suka sejak pertama kegiatan penerimaan siswa baru. Matanya yang selalu murung membuat Farrel ingin membantu menghapus kesedihannya. Ia menghela napas berat, seakan tak ada jalan lagi, buntu dan tak berujung. ***         "Zee, Sayaaaang, Mama pulaaaang!" panggil mama Zee, Puspa, dengan nada manja. Zee yang ada di kamarnya hanya menoleh sekilas pada pintu yang terbuka, tampak wajah mamanya menyembul, dan melambaikan tangan. Mamanya menutup pintu kamar Zee dan Zee kembali menatap layar ponselnya. Tumben mama pulang pikir Zee, mungkin Om Hardi akan pulang dari berlayar. Ternyata benar, keesokan harinya Om Hardi datang, membawa bermacam oleh-oleh untuk mamanya dan Zee, parfum bermerk, coklat, baju-baju mahal. Zee mengangguk hormat sebagai tanda ia berterima kasih telah diberi oleh-oleh yang tidak murah. Selama seminggu ini, berarti Zee akan lebih sering di rumah Mevi, ia tidak akan mengganggu aktivitas kedua orang tuanya. Karena justru aktivitas mereka berdualah yang membuat Zee terganggu.           Untunglah ada alasan bagi Zee untuk keluar rumah dan tidak kembali selama seminggu dengan alasan pelaksanaan dies natalis. Kebetulan pentas theater yang memakan waktu berhari-hari dan lomba dance yang belum juga kelar persiapannya semakin memantapkan alasan Zee untuk tidak pulang. Dan ia yakin, mamanya tidak akan mencarinya meski berhari-hari ia tidak pulang. *** "Kamu yakin mo nginep di rumah seminggu?" tanya Mevi. "Yawdah klo gak boleh," sahut Zee ngeloyor pergi. Dan Mevi mengejar Zee. "Heh nyet, monyet bener ni anak, siapa yang bilang gak boleh, kan aku cuman nanya, tumben mo nginep di rumah ampe seminggu, biasanya juga nggak kek gini, paling lama dua hari,"Mevi bertolak pinggang di hadapan Zee. Zee cuma menggeleng pelan. "Om Hardi datang, aku males, aktivitas mereka bikin aku mual," ujar Zee dingin. Dan Mevi menepuk pundak Zee pelan. "Yup, di rumah ku saja, kita bikin hal menggembirakan ya nyet,"ujar Mevi dengan wajah lucu. "Bolak balik bilang aku monyet, wajah kamu tuh lebih mirip klo kek gitu," balas Zee tanpa senyum. "Lah bukan masalah wajah cuy, kamu kalo lagi bete kan biasanya naik-naik ke pohon, gelantungan kayak monyet," ejek Mevi. Tiga hari sudah Zee di rumah Mevi, hal yang sangat Zee suka sekaligus bikin hatinya sakit adalah saat makan malam,  semua keluarga lengkap dan berkumpul. Zee hanya menelan ludah saat papa mama Mevi menanyakan perihal kegiatan anak-anaknya sehari itu. Zee pun makan tanpa bersuara. Orang tua Mevipun tahu bagaimana kondisi keseharian Zee karena Mevi dan Zee bersahabat sejak kelas X sma. "Ayo Zee ditambah sayang nasi dan lauknya," ujar mama Mevi lembut. Zee hanya menggeleng pelan dan berusaha tersenyum. Setelah selesai makan Mevi dan Zee membantu mama membereskan piring dan gelas kotor ke dapur. Setelah selesai semua Mevi dan Zee naik ke lantai dua,  ke kamar Mevi. "Heh ngapain kamu jutek kayak gitu wajahnya?" tanya Mevi. Zee menggeleng dan duduk meringkuk di samping jendela, memandang ke bawah,  lalu lalang kendaraan yang masih enggan untuk menepi di malam yang mulai turun. "Emmmm sorry ya Zee, aku liat tiga hari lalu ka Farrel,  deketin kamu pas lagi makan di kantin,  kasian ka Farrel loh Zee, dia dua tahun ini cuman dekatin kamu, ngga ke yang lain-lain, ngapa ga kamu trima aja,  belajar mencintailah Zee," tanya Mevi pelan, tumben. Zee menoleh cepat. "Tumben kamu nyeponsori ka Farrel, kamu lebih tau alasanku, ga perlu aku jelasin lagi, aku ga akan menuhin otak aku dengan hal ga berguna," ujar Zee dingin. Dalam hati Mevi sebenarnya sakit,  ia mengharap Farrel menyukainya ternyata Farrel menyukai sahabatnya yang tidak akan pernah menyentuh hal bernama cinta,  sebagai sahabat Mevi tahu derita batin Zee. "Tidur yuk nyet,  dah malem," ajak Mevi. Dan Zee menurut ia ikut menenggelamkan badannya ke dalam selimut di samping Mevi yang langsung nyenyak, Zee memandang wajah sahabatnya yang selalu ceria,  namun selalu berusaha menutupi kenyataan bahwa sahabatnya mencintai orang yang menyukainya. Zee pun memejamkan mata,  berusaha tidur. *** "Nyeeet bangun nyeeet ya Allah kenapa jadi gini sih, haduh mana pake ngigo-ngogi lagi, nyeet banguuun, tak bangunkan mama saja," Mevi berlari kencang ke kamar,  turun dan mengetok sekencangnya. Mama dan Mevi segera berlari ke lantai dua, mama memeluk Zee dan mendekap kepalanya ke dadanya. "Zeeee sayaaang bangun naaak mimpi apaaa, hei sayaaang banguun, ambilkan air Mev, tuh di meja dekat jendela," ujar mama Mevi sambil mengeluk kepala Zee. Akhirnya Zee membuka mata dan menangis sesenggukan. "Papa..papaaa..jangan pergi, Zee ikut papa," Zee meracau tak jelas. Mama Mevi masih memeluk Zee. Saat Zee sadar, dia segera melepaskan pelukannya perlahan. "Maafkan saya tante,  maafkan saya," ujar Zee sambil mengusap air matanya. Mama Mevi tersenyum lembut. "Nggak papa, berceritalah pada tante ato Mevi, agar tidak menyiksa dirimu nak, ini kali ketiga kamu bermimpi sampai seperti ini,  pasti mengganggu dan menyakitkan,  jangan menyakiti diri sendiri,  berceritalah pada orang yang kamu percaya ya sayang," ujar mama Mevi tersenyum bijak. "Maafkan saya tante,  saya nggak akan ganggu lagi, saya besok pulang saja ya,biar nggak ganggu," kata Zee sambil menunduk. "Heh bukan gitu nyet, kamu itu perlu bicara,  terbuka gitu aja kok resepnya," sahut Mevi cepat. "Husss nyat nyet nyat nyet,  orang punya nama," kata mama marah pada Mevi,  Mevi cuma nyegir saja. "Kalian tidurlah,  besok kan masih ada acara di sekolah," kata mama sambil beranjak ke luar kamar. "Nggak kok ma,  lomba dancenya masih lusa,  pentas teater sudah dua hari lalu,  jadi besok mau hibernasi aja,  tidur seharian," ujar Mevi. Mama menutup pintu. Tinggallah Mevi dan Zee yang sama-sama terdiam. Mevi mengerti kondisi sahabatnya, dia tidak akan langsung bertanya,  biar besok saja,  saat ini Zee pasti sibuk berbicara dengan hati kecilnya.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.6K
bc

My Secret Little Wife

read
97.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook