Tempat Baru

1059 Words
Tania terkejut bukan main, dari mana dirinya ditarik? Sementara Xavier tetap pada tempatnya, dan itu tidak mungkin orang lain, karena ... hanya mereka berdua di tempat ini. Hingga akhirnya, ia memilih untuk mengabaikan kejadian janggal tersebut. Tania pun tak pernah berpikir jika ia harus kalah pada akhirnya, karena menjadi penebus kesalahan dari seorang Valerie dan Sean. Xavier, pria di sampingnya yang sedang mengemudikan mobil ini, tengah fokus berkendara, dia gila dan aneh, tetapi sedikit tampan. "Belum genap setengah hari untuk menjadi janda, diriku sudah terperangkap dalam mobil si pria gila, kapan kau akan melepaskanku, Xavier?" "Tak akan pernah, karena kau akan tetap bersamaku, tinggal di rumahku, dan melayaniku layaknya kau melayani Sean ketika menjadi istrinya," jawab Xavier. "Tidak mungkin, diriku bukan janda biasa yang harus tinggal bersama pria asing sepertimu, dan itu akan membawa firasat buruk orang-orang terhadap kita." "Firasat buruk? Karena apa?" "Bagaimana bisa kita tinggal seatap sementara kita tidak ada hubungan apa-apa!" "Jangan banyak bicara, sudah jelas jika kita sepasang kekasih? Dan suatu hal yang wajar jika kita seatap dengan status tersebut," jawab Xavier. "Itu bagimu, tetapi tidak diriku, dan kuharap kau tidak berpikir untuk menyamakanku dengan mantan kekasihmu yang murahan itu, paham?!" "Aku paham, tetapi mau tidak mau, kau harus menuruti permintaanku," balas Xavier yang sama keras kepalanya juga. Xavier dengan pelan pergi ke pinggir jalan kemudian berhenti di sana, ia pun menatap Tania, kemudian bertanya, "Ngomong-ngomong, ke mana anakmu? Dia bisa tinggal di rumahku juga, bahkan akan kuanggap sebagai anakku pula," tanyanya, yang membuat Tania tidak percaya, dan beruntung ... dirinya tidak memiliki anak dari Sean itu. "Sayang sekali, aku tak memilikinya, di umurku yang ke-28 tahun ini, aku belum pernah melahirkan, karena Sean adalah pria mandul." Suatu jawaban yang mengejutkan untuk Xavier, pria itu bersyukur jika ternyata, Valerie mendapatkan pria yang ampas daripada dirinya. Namun, ada hal yang ingin Xavier pertanyakan lagi. "Jika dia mandul, mengapa kau tetap bertahan?" "Sebelum itu, aku sangat mencintainya, apa pun kekurangannya sudah pasti kuterima, karena aku tidak ingin mengingkari sumpah pernikahan, akan tetapi ... untungnya Seanlah yang mengingkar, bukan diriku," jawab Tania, sedikit menghela napas kemudian. Dirinya masih sedikit sakit hati, karena sepercik cinta pun juga ada, dan dirinya berharap semoga saja perasaan itu musnah seiring waktu yang berlalu. "Bagus, aku tidak salah memilih pengganti dari si pengkhianat Valerie," gumam Xavier, lalu melanjutkan perjalanan. Tania sendiri mendengar ucapan kecil dari pria di sampingnya, hanya saja ia malas untuk bercekcok dengan pria itu lagi, karena akan menghabiskan tenaga serta membuat kepalanya semakin pusing. Beberapa menit perjalanan, mereka pun sampai di tujuan, yaitu rumah Xavier yang tidak semegah rumah yang ia tempati sebelumnya, tetapi tergolong cukup besar juga. "Kuharap kau tidak terlalu terkejut atas perbedaan tempat tinggalmu dengan rumahku, tetapi kau pun harus berterima kasih atau bersyukur, karena aku menerimamu dengan gratis," ujar Xavier, setelah Tania turun dari mobilnya. Tania rasa, ucapan gratis itu juga percuma dan sama saja bohong, mengapa? Akan Tania katakan di hadapan pria menyebalkan ini, "Gratis? Tidak sama sekali, aku tinggal di sini memiliki bayaran, apa itu? Bayarannya berupa: merawatmu, melayanimu, serta menyiapkan pakaianmu dan lain sebagainya yang diriku sama saja sebagai pembantu di rumah ini, oh ... dan jangan lupakan aku harus menjadi kekasihmu bukan? Kekasih pengganti lebih tepatnya." "Pembantu? Siapa yang bilang? Aku memiliki enam asisten rumah tangga di sini, kau tidak perlu repot untuk menjadi seorang pembantu, maka dari itu ... anggap saja dirimu sebagai istriku dan lakukan hal-hal yang menjadi kewajiban sebagai mestinya saat kau menjadi pasangan dari Sean, paham?" "Konyol sekali, aku tidak mungkin menganggap diriku menjadi seperti istrimu, sama saja aku berpura-pura bukan?" "Tentu berpura-pura untuk menjadi istri, tapi untuk seorang kekasih, aku menganggapnya serius, jadi ... untuk itu, tolong dimengerti Nyonya?" Xavier lupa menanyakan siapa nama wanita ini. "Ingin mengetahui namaku? Maaf, tidak akan kuberitahukan, ha ha." "Namamu Tania bukan?" tanya Xavier, dengan senyum tipisnya, Tania tidak mengerti, kenapa dia dengan mudahnya menebak secara benar? Apakah dia seorang penyihir yang bisa membaca segala sesuatu yang terdapat dalam diri seseorang? Oh ... tidak mungkin! "Diam terlalu lama sangatlah tidak sopan ketika ditanya, jawab Tania!" "Haish ... iyah, namaku Tania, dan tebakanmu benar tuan pemaksa nan menyebalkan." "Baiklah, sekarang ikuti aku." Tania menurut, daripada harus berbincang lebih lama dengan Xavier, lebih baik dirinya menjadi janda yang penurut, kalau tidak ... darah tingginya akan naik. Xavier berhenti, begitupun Tania, timbul pertanyaan dari bibir pria tersebut, dengan ucapan, "Tumben dirimu terdiam, apa penyebabnya?" "Aku malas bersilat lidah denganmu, jadi ... diamlah Xavier, aku malas berdebat," jawab Tania, membuat Xavier tersenyum nakal, juga lekat dan misterius terhadap Tania. "Bersilat lidah?" tanya Xavier. "Tentu, jika aku bersilat lidah denganmu, maka aku akan sangat pusing." "Benarkah?" Suara Xavier sedikit berat. "Benar sekali!" "Sepertinya aku tidak percaya, bagaimana jika aku membuktikannya?" "Tidak perlu kau buktikan karena baru saja kau sudah membuatku kesal, Tuan Xavier!" "Bukti apa? Aku tidak merasakannya, Baiklah aku akan memintanya baik-baik serta ingin membuktikan secara pelan-pelan pula, bolehkah?" "Baiklah Tuan bodoh, buktikan sekarang dengan cepat karena aku tidak bisa menahan segala kejengkelan dari dirimu i-" Terasa basah, juga terasa hangat ketika bibir Xavier menetap di bibir Tania, bibirnya pun bergerak bagaikan melodi yang indah, yah ... sangat lembut. Namun, Tania segera memundurkan wajahnya dan hampir berteriak, untunglah Xavier menahan pekikan tersebut dengan meletakkan jari manisnya pada bibir lembut Tania kemudian seraya berkata, "Hushh, tenanglah, aku takkan terburu-buru melakukannya, Tania." Tania melepaskan jari Xavier kemudian menatapnya dengan tajam. "Tidakkah kau semakin gila, Tuan bodoh? Kau memotong pembicaraanku dan dengan lancangnya menetapkan bibirmu pada bibirku? Hei, itu tidak sopan dan merupakan pelecehan!" Tania menatap Xavier dengan pandangan tidak terima menjelaskan bahwa dirinya bukanlah w************n. Xavier tersenyum miring, dengan santainya pria itu membalas ucapan Tania dengan kalimat, "Beberapa detik yang lalu bibir kita bertaut, bukankah kau suka dengan perlakuanku dalam mencumbumu? Atau kau ingin gerakan lain yang semakin membuatmu mabuk kepayang?" goda Xavier agar Tania hanyut dalam rayuannya, tapi ... Xavier merasa bahwa dia butuh usaha lebih untuk meyakinkan Tania agar dia menerima cumbuan mautnya. "Tidak! Kau terlalu percaya diri, Tuan gila! Aku membenci kecupanmu itu yang bagaikan racun, serta bisa ular yang kapan saja membuat wanita seolah-olah terperdaya, dan aku tidak mau menerima hal itu!" "Berarti, secara tidak langsung kau mengakuinya bukan?" tanya Xavier, lagi dan lagi bibirnya tersenyum miring. "Percaya diri sekali, tentu ti-" Sekali lagi, Xavier menautkan bibirnya pada bibir Tania tapi kali ini lebih menekan dan memberitahu bahwa Tania akan menyukai cumbuannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD