Setelah kejadian dengan Gara tadi, Maura jadi semakin pediam. Dia lebih terlihat bengong dan melamun seperti orang yang tengah memikirkan sesuatu. Arjun datang dengan membawa nampan berisikan mangkuk dan segelas s**u ke dalam kamarnya. “Makanlah, sejak kamu datang ke sini kamu belum menyentuh makanan sedikit pun.” Dia meletakkannya di atas nakas, lalu menyahut mangkuk dan menyodorkannya tepat di depan wajah Maura. “Kenapa, apa Gara mengatakan sesuatu yang menyakitimu?” Maura tidak menyahut. “Apa pun yang dikatakan Gara, jangan dimasukkan ke dalam hati. Dia memang seperti itu, tidak punya perasaan dan ... sedikit kasar. Tapi jangan khawatir, jika sudah dekat dengannya, kamu akan terbiasa dengan itu.” “Kenapa aku harus terbiasa?” “Karena ... mmm ... ah, sudahlah. Itu terserah kamu.

