Rencana Kejam
"Semuanya sudah berakhir, bahkan sebelum aku memulainya."
***
Hidupnya begitu sempurna. Miss Perfect yang menguasai bisnis perhiasan dengan brand yang cukup terkenal. Ya, begitu semua orang membicarakanya. Memiliki kekasih, yang tinggal hitungan jam akan menjadi suami sah-nya.
Di tengah-tengah tamu undangan, Maura tetap menyunggingkan senyum terbaik mengalahkan duta iklan pasta gigi. Tapi tidak dengan pikirannya.
"Nona Maura, akan menjadi suatu kehormatan bagi kami jika anda berkenan untuk memberikan sambutan pada hari bahagia anda ini."
Pembawa acara pada pagi ini mempersilakan Maura, naik ke atas podium sebelum mereka mengambil sumpah janji suci perikahan diiringi riuhnya tepuk tangan yang menggema di sebuah ballroom hotel mewah.
Tentu saja dia dengan sangat senang hati melangkah maju. Gaun putih yang menenggelamkan kaki jenjangnya itu ia angkat sedikit untuk naik ke atas podium. Sebelum dia berbicara, matanya menyisir anggota keluarganya sendiri dan pandangannya jatuh pada sang Calon Suami.
Radit memberikan tepuk tangan dengan begitu semangat, padahal dia adalah lelaki paling b******k yang pernah dia kenal. Maura tersenyum pahit membalas senyum pria itu. Kemudian dia melirik ke adiknya sendiri sekilas dan kembali memalingkan pandangan.
"Selamat sore semuanya," sapa Maura basa-basi menyambut semua tamu kehormatannya.
"Saya sangat berterima kasih atas kehadiran kalian di acara ini. Saya tidak akan banyak bicara, karena saya akan memberikan sedikit kejutan untuk calon suami saya sebagai bentuk terima kasih."
Radit merasa sangat tersanjung. Dia kembali memberikan tepuk tangannya dengan senyum lebar. Pria yang berada di barisan paling depan itu menjadi sorotan beberapa kamera sekarang. Wajahnya tampan rupawan. Tidak heran kalau dia menjadi calon suami idaman wanita terpopuler versi akun media sosial berlogo kamera yang dipopulerkan oleh adiknya sendiri sebagai blogger.
"Untuk calon suami saya, terima kasih karena kamu sudah memberikan pelajaran berharga untukku. Aku persembahkan ini untukmu."
Maura menekan remot control kecil yang sejak tadi dia bawa. Dia memang sudah merencanakan ini sehari sebelum pernikahan mereka, kemudian sebuah cuplikan video mulai berputar di layar proyeksi di mana ada foto-foto mereka berdua yang terlihat romantis.
Hanya di awal dengan beberapa slide, kemudian semua tamu undungan membelalakkan matanya hingga beberapa di antara mereka ternganga dengan menutup mulut.
Itu adalah video di mana Maura memutar rekaman Radit yang tengah melakukan adegan ranjang dengan adiknya sendiri-Mitha. Seorang blogger dengan miliaran followers.
Meskipun hanya potongan scene yang pendek, tapi kedua wajah mereka terlihat dengan jelas sejelas-jelasnya.
"Ara!" bentak Permana-ayah angkatnya.
"Kenapa? Menyedihkan sekali bukan?" Maura tersenyum miris dengan melirikkan matanya. "Maaf sekali, tapi aku terlalu berharga untuk bersanding dengan lelaki b******k sepertimu."
Kemudian dia turun dari podium dan meninggalkan mereka semua. Hatinya begitu hancur, menyadari perselingkuhan antara adiknya sendiri dengan calon suaminya. Ribuan tamu undangan membukakan jalan untuk Maura.
Maura telah dipermainkan, air matanya menetes begitu saja tanpa suara seiring dengan langkah kakinya. Dadanya begitu sesak, untuk menarik napas saja dia melakukannya lewat mulut. Pernikahan mewah yang dia rancang berbulan-bulan yang lalu runtuh sudah.
Dia tidak berpikir apa pun lagi, selain pergi dari tempat menjijikkan itu. Tidak peduli bagaimana Radit dan keluarga besarnya serta Mitha dengan keluarganya sendiri di dalam sana.
Di depan hotel, sudah ada sopir pribadinya yang menunggu. Seolah semuanya sudah dia persiapkan dengan sangat matang.
Pengantin baru, menghancurkan pernikahannya sendiri dan itu adalah dirinya. Air matanya menetes tanpa henti. Kedua mata bulat dan hitam itu terpejam dengan menyandarkan dirinya di jok mobil.
***
"Ara, keluar kamu!" teriak Permana sekali lagi. Bukan hanya Permana, tapi Ririn yang merupakan ibunya pun ikut meneriaki namanya. Di lantai bawah, sudah ada Radit dan juga Mitha menunggu dia turun dari kamar.
"Hallah, dia gak bakal keluar, Pa! Biar aku yang menariknya ke sini." Saat Mitha hendak melangkah ke atas, Permana sudah terlebih dulu mencekal tangan Mitha dengan berkata, "Biar Papa yang melakukannya."
Tidak ada yang melarang satu pun dari mereka. Semua orang hanya menatap kamar Maura yang berada di lantai atas dengan penuh kemarahan.
Permana melangkah dengan geram. Kedua tangannya mengepal dengan langkah berat. Sebelum dia membuka pintu kamar Maura, gadis itu terlebih dulu keluar dengan wajah datar.
"Kenapa, apa kalian tidak terima, anak kalian aku permalukan?"
Wajahnya begitu dingin, tidak ada air mata lagi. Seperti tidak pernah merasakan penyesalan sedikit pun setelah dia melakukannya tadi. Mereka, memang bukan keluarganya. Permana hanya adik dari ayahnya yang sudah meninggal.
Jika kalian bertanya, apa dia bahagia selama ini?
Jawabannya, BIG NO!
"Dasar, anak kurang ajar! Kemari kamu."
Permana menatapnya penuh kebencian. Dia menyeret tangan Maura begitu kasar dengan mencekram pergelangan tangan itu. Maura didorong dan dihempaskan ke tengah-tengah. Mereka semua mengelilinya dengan menatap Maura jijik.
Mitha mendekat dengan menjambak rambut Maura dan berkata, "Dasar, wanita b******n!"
Maura tidak diam begitu saja. Dia pun membalasnya dengan hal yang serupa. Tapi saat dia melakukannya, Radit justru menghempaskan tangan Maura dengan berkata, "Jangan pernah menyentuh gadisku."
Maura menatap mereka satu persatu bergantian dengan berkata, "Kalian akan mendapatkan balasan lebih kejam dariku!"
PLAKK
Maura tersungkur, setelah tangan kekar Permana mendarat di pipinya begitu keras. Ujung bibirnya sedikit mengalirkan darah. Dia seperti terperangkap dengan empat ekor serigala yang siap mencincangnya.
Hanya sesaat, kemudian Maura bangkit dengan berteriak, "Mulai saat ini aku mengusir kalian dari rumahku, dan menghapuskan nama kalian selamanya."
Mendengar itu, mereka justru tertawa mengerikan bersamaan. Maura tidak mengerti, dia berputar-putar melihat semua orang yang menertawakannya seperti mengejek.
Mitha kembali mendekat, dia menjentikkan jarinya beberapa kali dengan berkata, "Wake up Ra! kamu bukan siapa-siapa lagi."
"Kamu hanya akan menjadi gembel sebentar lagi." Maura memutar tubuhnya menatap Ririn yang berkata seperti itu.
"Ra, Ra. Kamu wanita menyedihkan." Maura kembali memutar tubuhnya, dan itu adalah suara Radit.
Kemudian Permana kembali berkata, "Kami tidak pernah menginginkanmu, jadi aku ucapkan selamat tinggal padamu. Mulai hari ini, Morgan Company resmi menjadi milikku."
Maura tersenyum miring dengan berjalan mendekat ke arah Permana, "Jangan bermimpi! Sampai aku meregang nyawa pun aku tidak pernah memberikan perusahaan keluargaku padamu."
"Baiklah, itu pilihanmu." Kemudian dia menepuk kedua tangannya dan setelahnya keluarlah beberapa orang dengan pakaian serba hitam ke arah Permana.
"Bereskan dia!" titahnya dengan melirik ke arah Maura.
Lima orang tersebut mendekat ke arah Maura dengan tatapan menyeringai. Maura semakin mundur, tapi di belakangnya, sudah ada Radit dan juga Mitha yang malah mendorong tubuhnya ke depan.
"Habisi dia!" teriak Mitha.
***