Pengganggu

2119 Words
Keduanya masih asyik dengan kegiatan mereka, sampai ada yang mengetuk pintu ruangan. Ketukan pintu itu mengganggu keasyikan keduanya. Mereka pun menyudahinya begitu ketukan pintu tidak juga berhenti. Resty merapikan dirinya, mendesah kesal pada suara mengganggu tersebut. Dewa pun segera merapikan setelan kerjanya setelah kekasihnya berdiri dan berjalan untuk membuka pintu. Begitu pintu dibuka, dia mendengus kesal melihat orang tersebut. Seorang gadis cantik, perpaduan wajah oriental dan Arab serta berambut keriting sebahu, sedang berdiri di depan pintu. Tangan kanannya menjinjing tas bekal bersusun tiga. Senyum polosnya menghiasi wajah cantik itu. “Ada apa, Sa?” tanya Resty ketus. Dewa yang mendengar suara jutek Resty pun mengernyitkan dahinya. Tidak biasanya kekasihnya itu sekasar itu. Yang dia tahu perempuan kesayangannya itu ramah kepada seluruh karyawan PT Mega Star. Kecuali kepada satu orang. Seorang gadis yang beberapa bulan ini menjadi lalat pengganggu hubungan mereka. Setiap waktu ada saja alasan untuk berada di sekitar keduanya. “Ada apa Larisa?” tanya Dewa setelah berjalan mendekati pintu dan berdiri sambil mendekap erat kekasihnya. Resty pun menggenggam lengan kekar kekasihnya yang mengelilingi pinggang rampingnya. Dewa merasa perlu melakukan itu, karena yang berdiri di hadapan mereka adalah Larisa. Staff junior divisi desain yang selalu mengejar-ngejar Dewa dari awal gadis itu masuk kerja. “Selamat pagi Pak Dewa, Kak Resty. Hari ini ada meeting membahas tema untuk peluncuran produk baru loh,” sapa Larisa ceria. Sesaat ekspresi wajahnya berubah sendu ketika melihat lengan Dewa yang melilit pinggang ramping kekasihnya. Tetapi beberapa detik kemudian dia kembali ceria. Tangannya mengangkat tas bekalnya ke hadapan pasangan mesra itu. “Sudah sarapan Pak Dewa? Saya bawa kimbap loh, mau? Ini bawa banyak kog, cukup kalau dimakan berdua dengan Bapak,” cerocos Larisa tanpa jeda. Tangannya menggoyangkan tas bekal tersebut. Selalu seperti itu tiap pagi. Gadis itu datang tanpa diundang ke ruangan Dewa, mau ada atau tidak ada Resty di dekatnya. Kemudian menawarkan sesuatu untuk dimakan berdua. Meski selalu ditolak, Larisa pantang menyerah. Dewa sudah malas mengingatkan Larisa bahwa dia sudah memiliki Resty. Karena gadis berambut keriting itu bebal dan sangat tidak tahu malu. Resty melepaskan dekapan Dewa. Melangkah lebih dekat ke arah gadis yang baru saja lulus dan jadi wisudawan terbaik di almamaternya tersebut. Kemudian tangan kekasih Dewa menghempaskan kotak bekal berisi Kimbap yang ditawarkan tadi dari pegangan tangan Larisa. Ekspresi wajahnya begitu kesal tanpa bisa lagi ditutupinya. Muak dengan kebebalan gadis yang berdiri di hadapannya itu. Wajah Larisa tampak sedih melihat kotak bekalnya terlempar ke lantai. Bisa dibayangkannya pasti isinya sudah babak belur di dalam sana karena lemparan yang cukup kencang dari Resty. “Kenapa dilempar? Aku udah capek-capek bikin dari subuh tadi lho Kak,” desis Larisa sedih, masih menatap kotak bekalnya itu. Tatapan matanya terluka mengarah kepada Resty yang merah padam siap memuntahkan amukan ke hadapan makhluk cantik nan bebal di depannya ini.. “Memang ada yang menyuruhmu bikin?” tanya Resty pedas, macam seblak pake rawit setan 100 biji. “Nggak ada, sih. Tapi aku emang bikin buat kukasih ke Pak Dewa,” jawab gadis imut tersebut dengan santai. Kemudian mengambil kotak bekalnya itu. Wajahnya tidak ada ekspresi takut sedikit pun. Luar biasa memang. Senyum selalu terukir meski Resty sudah memarahi berkali-kali. “Kak Resty kalau mau kan bisa minta baik-baik, pasti kubagi,” ujar gadis itu, malah semakin membuat kekasih Dewa kesal. Kepalanya mau pecah setiap berhadapan dengan juniornya itu. “Heh! Siapa yang sudi minta makananmu? Dasar tebal muka!” Dewa segera memeluk Resty. Bagaimana pun ini kantor, bisa gaduh nanti kalau kekasihnya ini terus berteriak ke hadapan junior mereka tersebut. Yang dia khawatirkan adalah kekasihnya dianggap mengganggu kinerja divisi yang dia pimpin. “Sudah, Yang,” bisik Dewa berusaha menenangkan hati perempuan berusia 28 tahun itu. “Ini anak kurang ajar, Yang! Sengaja banget ngerusak hubungan kita!” teriak Resty. Dia benar-benar kesal dengan sikap tak tahu malu Larisa. “Emang Kak Resty merasa hubungannya dengan Pak Dewa rusak?” tanya Larisa seolah-olah tidak tahu apa kesalahannya. Bola matanya berbinar. Dewa mengernyitkan dahinya, tidak tahu arah pembicaraan gadis itu. Dengan terpaksa, da menoleh ke arah Larisa. “Masudmu apa, Sa?” tanya Dewa dengan tatapan bingung. “Lah itu tadi Kak Resty bilang kalau saya merusak hubungan kalian. Makanya tadi nanya, memang iya hubungan kalian rusak?” Larisa balik bertanya dengan santai. Resty geram, ingin rasanya menjambak rambut keriting gadis muda itu. “kamu bisa merusak hubungan kami, tahu nggak?!” seru Resty kesal. “Masak Kak Resty nggak yakin sama hatinya Pak Dewa? Kalau begitu, aku ada peluang dong!” mata bulat gadis berusia 23 tahun itu bersinar ceria. Merasa punya harapan terhadap atasannya itu. Resty semakin kesal, dia pun melepas pelukan kekasihnya dan benar-benar ingin menjambak rambut kriwil Larisa sampai habis. Dewa yang merasa suasana semakin tidak kondusif, segera memeluk erat Resty. “Sa, kamu pergi dulu! Persiapkan presentasimu!” Segera ditutupnya pintu ruangannya, membiarkan Larisa tetap di luar. Prioritasnya sekarang adalah menenangkan hati kekasihnya yang sudah hampir meledakkan amarahnya. “Hei Sayang, beri aku ciuman!” seru Dewa sambil meraih tengkuk kekasihnya itu, mencium bibir Resty, berusaha meredam kemarahan kekasihnya itu. Setelah ciuman itu, Dewa mengurai pelukan mereka kemudian menangkap wajah oval wanitanya yang masih menyisakan emosi. “Hei Sayang, dengar! Aku hanya milikmu, oke?” sorot kemarahan Resty perlahan surut setelah mendengar bujukan kekasihnya itu. Nafasnya naik turun, pertanda masih ada emosi di diri perempuannya tersebut. “Dia selalu mengganggu kita," adu Resty. Bibirnya mencembik kesal. Dewa tersenyum, dia tahu sekali sedalam apa kekasihnya mencintainya. Karenanya sangat tersanjung dengan polah cintanya itu. Cup Dewa mengecup bibir Resty sekilas. Kemudian ibu jarinya mengusap pipi kekasihnya dengan lembut. “Dia hanya anak kecil, jangan terlalu diambil hati,” sergah Dewa. “Anak kecil tapi bisa bikin nafsu laki-laki naik,” kesal Resty. Dewa tertawa mendengarnya. Dekapannya pun semakin erat. Mencoba mengurai kekhawatiran kekasihnya akan kehadiran boneka seksi macam Larisa. Tidak dipungkiri oleh Dewa, Larisa punya pesona tersendiri yang bisa membuat banyak laki-laki tertarik kepadanya. Dengan tubuhnya yang mungil dan wajah perpaduan oriental macam idol Korea dan hidung mancung ala Ratu Rania dari Jordania, jelas membuat banyak lelaki berebut ingin mendekap dan melindunginya. Belum lagi rambut kering kecilnya yang menjuntai sampai dibahunya, bikin gemas untuk memainkannya. Lucu, imut dan seksi, itu kesan pertama yang diberikan oleh gadis muda tersebut kepada setiap orang yang bertemu dengannya. Ditambah Larisa itu punya talenta yang spektakuler, pintar dan novatif. Sebagai staf junior yang masih baru di tim desain untuk busana remaja, usul-usulnya sering didengar oleh Reina, kepala timnya. Bisa dibilang, dia adalah salah satu andalan untuk timnya. Reina sayang sekali terhadap juniornya itu. Dia berusaha sekuat tenaga untuk melindungi dari senior-seniornya yang tidak menyukai aura kebintangannya, termasuk Resti. Tak heran jika banyak laki-laki di perusahaan yang naksir dia. Gadis itu unggul secara fisik dan punya kecemerlangan otak yang luar biasa. Tetapi tidak untuk Dewa, hati dan hidupnya hanya terpusat dengan Resty. Sudah tidak ada tempat untuk perempuan lain, termasuk Larisa, secemerlang apapun gadis muda itu bersinar. Laki-laki itu sudah terlanjur bucin kepada wanitanya. Tetapi wanitanya merasa terganggu dan tidak aman dengan kehadiran si anak baru, apalagi Larisa terang-terangan mengejar dan melakukan segala cara untuk menarik perhatian Dewa. Untuk itu lah laki-laki tampan tersebut memilih bersikap tegas di depan Larisa, dan memperlihatkan kemesraan mereka. Selain untuk memperingatkan gadis muda itu, juga untuk menenangkan hati kekasih hatinya. Memberi isyarat tegas, bahwa hanya Resty lah yang ada di hatinya. “Kenapa sih, kamu gak singkirin dia aja?” rengek Resty, itu adalah jurus andalannya setiap Larisa mengganggu mereka. Dia selalu berusaha supaya si pengganggu itu terdepak dari sekitar lantai tujuh. Kalau bisa dipecat sekalian. Dewa menggelengkan kepala, tersenyum dan mengelus pucuk kepala Resty dengan sayang. “Kinerja dia baik, Reina selalu kasih kredit A+ kepadanya. Aku tidak punya alasan jelas jika mendepaknya,” jawabnya. “Ya kasih aja alasan kalau dia mengganggu suasana kerja Divisi desain,” sergah Resty kesal. Dia masih gigih mengusulkan pemecatan Larisa kepada Dewa. Baginya, jika berhasil mendepak Larisa, ada dua keuntungan yang dia dapat. Dewanya aman tidak ditempel terus oleh lalat cantik itu, dan perhatian laki-laki di kantor kembali kepadanya. Ya, sebelum kehadiran Larisa, Resty adalah primadona PT Mega Star. Julukan itu pun kini beralih, semenjak gadis itu hadir. “Dia hanya mengganggu kita, Yang. Bukan divisi desain,” jawab Dewa logis. Hidungnya yang mancung mengendus di sekitar leher Resty, sangat menggoda dan menenangkan suasana hatinya. “Ahhh Dewa...tetapi itu menyebalkan, dia bikin mood-ku jelek setiap hari,” Resty mendesah sambil terus berusaha membujuk kekasihnya untuk mendepak si pengganggu kekasihnya itu. Dewa menghentikan kegiatannya itu. Mendesah pelan. Bukannya tak ingin dirinya menyingkirkan Larisa dari divisi yang dipimpinnya itu, dia pun jengah dengan kelakuan juniornya tersebut. Bahkan dirinya pernah berusaha mengusulkan hal itu kepada Arya, CEO tempat mereka bekerja, ketika rapat internal petinggi perusahaan. Entah ke divisi lain yang bisa menampung kepintaran gadis itu. Tetapi usulan itu belum disetujui oleh pimpinannya. Arya melihat Larisa membuat kinerja tim desain busana remaja meningkat. Jelas Sang CEO tidak mau berjudi dengan memindahkan staff juniornya ke divisi lain, yang hasilnya belum tentu sebagus sekarang. Dewa yang merasa terganggu dan ingin menjaga hati wanitanya itu pun pernah adu argumen dengan Arya, demi Larisa bisa segera enyah dari lantai tujuh. Tetapi masalahnya bukan dia pengambil kebijakan yang bisa seenaknya menyingkirkan orang yang tidak disukainya. Dia hanya pegawai di sini, bukan pemilik perusahaan. Hanya Arya yang berhak melakukannya. Dan Big Boss tersebut hanya memandang masalah Larisa yang mengejar-ngejar Dewa adalah masalah sepele. Menurutnya memindahkan gadis itu dari Divisi Desain jelas belum diperlukan. “Sabar ya, yang penting hatiku untukmu,” bujuknya. Saat ini hanya itu yang bisa Dewa lakukan. Meyakinkan dan membujuk wanitanya. Resty mencembik. Meski dia sudah tidak marah lagi, tetap saja dia masih kesal. Hatinya yang masih belum tenang karena calon mertuanya belum memberi restu, masih juga harus menghadapi gangguan dari juniornya yang sedang naik daun di kantor. Resty akan santai saja jika Larisa itu biasa saja. Tetapi gadis itu secara fisik melebihinya, dia mengakui itu, apalagi kenyataannya banyak pegawai laki-laki yang terpesona kepada si kriwil cantik itu. Arya sendiri beberapa kali berusaha menggodanya dan menyatakan ketertarikannya. Laki-laki itu bahkan pernah bilang, kalau bukan karena dia mencintai anak dan istrinya, akan dikejarnya Larisa sampai takluk kepadanya. Belum lagi banyak laki-laki di kantor ini jadi fans berat si rambut kriwil tersebut. Gimana Resty tidak takut kekasihnya itu bisa berpaling kepada si gadis kecil itu coba? Meski berkali-kali Dewa mencoba menenangkan hatinya, tetapi gadis berambut lurus sepinggang itu tetap merasa insecure dan tidak yakin. “Mau kubuktikan hati ini hanya milikmu?” goda Dewa ketika dilihatnya hati sang kekasih belum tenang. Wajah gadis itu berbinar, jemari Resty mengusap d**a bidang kekasihnya dengan gerakan menggoda. “Gimana caranya?” Dewa terkekeh pelan. “Nantangin hm?” godanya seraya melirik jam tangannya, memastikan waktu. Resty tersenyum seksi, menggoda lelakinya. Jelas itu membuat Dewa gemas. Diremasnya pinggang kekasihnya sejenak, kemudian menariknya ke arah kursi kebesarannya. “Kamu tahu, hanya tubuhmu yang membuatmu candu,” bisik Dewa seraya menempatkan kekasihnya di pangkuannya. “Hati dan tubuhmu cuma untukku,” lanjutnya. Resty menangkup wajah kekasihnya seraya tersenyum manis. Ya, dia tahu betapa bucin-nya Dewa padanya. Tidak bisa dia lewatkan kesempatan untuk sekedar mencumbu tubuhnya meski itu masih di kantor. “Hati dan tubuhmu hanya untukku?” tanya Resti memastikan. “Mau bukti?” suara Dewa sudah penuh gairah. Tangannya sudah mengusap dua aset mahal milik Resty yang masih dibalut busana kerjanya. “Dewa, kita mau meeting ini,” desis Resty mengingatkan. Dia pun tergoda dengan sikap lelakinya itu. Tetapi juga takut terlambat untuk meeting. “Sepuluh menit, Baby,” bisiknya tanpa mau dibantah. Bibirnya sudah menjelajah ke area leher terbuka kekasihnya. Resty mendesah, pahanya melebar, memberi akses tangan Dewa yang sudah merayap ke sana. Dia menyadari kalau tubuh dan hatinya butuh Dewa untuk ditenangkan. Untuk meyakinkan bahwa semua baik-baik saja. “Dewa-ah,” dia tahu, dirinya sudah basah sempurna. Tangan Dewa sudah membuatnya begitu mendamba. “Honey, I love you,” suara Dewa yang seksi sungguh membuainya. Bagaimana bisa perempuan itu sanggup kehilangan lelakinya? Dia tahu tidak mungkin. Itu kenapa dirinya mati-matian menjaga lelakinya. Karena cintanya sudah habis hanya untuk Dewa. “More Dewa, aku ingin lebih,” kata Resty. “Latter, Baby..sekarang tanganku saja untukmu,” desis Dewa penuh hasrat. “Aku janji, nanti setelah meeting, di ruang rapat aku akan memasukimu,” bisiknya melanjutkan. “Janji?” kedua telapak tangan Resty menangkup kedua sisi wajah Dewa. “Yes, pegang janjiku,” sahut Dewa seraya mengusap pipi kekasihnya. Oh! Kalau tidak ingat ada rapat penting nanti jam sepuluh, dia pun ingin segera menyeret perempuan itu ke sofa dan memakannya. Niat hati hanya ingin menenangkan kekasihnya. Tetapi seperti yang sudah-sudah, dia pun terbawa gairah yang membara. Resty adalah candu bagi hidupnya. Jelas tidak mungkin bagi Dewa meninggalkan Resty. Perempuan yang sudah mengikat hati dan tubuhnya hanya untuk kekasihnya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD