Mulut Desha masih terkatup. Serasa hatinya diberatkan oleh ribuan ton rasa kecewa dan sakit hati. Merasa belum ikhlas untuk memaafkannya. "Des ... bicaralah!" imbau Morgan. Desha masih dalam pelukannya. Wajahnya masih menempel di dadaanya. "Kalau aku ngomong, pasti kamu akan sakit hati." "Aku dengarkan, tidak masalah." Desha mendongakkan wajahnya, menatap Morgan. "Kamu orang yang sangat menyebalkan!" rutuknya. Morgan terkekeh. "Terus, apalagi?" "Suka memaksa dan gak peka" "Apalagi?" Desha memukul dadaanya dengan kepalan tangan. "Lagi?" tanya Morgan dengan mengangkat kedua alisnya. Desha mengulangnya. "Kalau dengan cara memukulku, akan sedikitnya melepaskan sakit hatimu. Pukullah aku sepuas hatimu." Desha malah menghentikan pukulannya. Kemudian .... "Kamu yakin, Danisha ad

