Prolog

326 Words
  Tess… Tess… Aruna membuka matanya perlahan. Kepalanya terasa pusing, seluruh badannya terasa sangat sakit dan bisa terlihat dengan samar di sebelahnya, Aruni sudah tidak sadarkan diri dengan darah yang terus mengucur di kepalanya. Mobil yang ia tumpangi dalam posisi terbalik, dan di kemudi depan, Ibunya yang mengalami luka-luka lebih parah terlihat sama seperti kembarannya, sudah tidak sadarkan diri. Aruna bahkan masih bisa mendengar samar-samar orang-orang yang berada di luar mobil meneriakinya. “Hidup!! Satu hidup!!” Hidup? Batin Aruna, seketika pikirannya melayang memikirkan Ibu dan saudara kembarnya. “Panggil ambulan!” “Dek, dek…” Aruna melirik seseorang yang mencoba meraih tubuhnya, dan mencoba menggapai tangan seseorang tersebut. Namun sebelum seseorang yang tidak ia kenal tersebut menggapai tangannya, ia sudah tidak sadarkan diri.   *   Dengan napas terengah dan keringat yang membanjiri tubuhnya, Aruna bangun dari tidurnya sambil menjerit dan menangis ketakutan. Mimpi itu datang lagi. Mimpi itu datang bak sebuah reka ulang kejadian, dan adegan-adegan yang tidak ingin ia ingat terus memenuhi kepalanya. Dan, setelah ini, gadis itu tahu apa yang akan terjadi padanya. Seseorang di sebelahnya bangun dari tidur, dan sudah siap memarahinya dengan memasang ekspresi kesal. Laki-laki itu bertelanjang d**a, dan berada di balik selimut yang sama dengannya. “Bisa nggak sih, semalem aja lo nggak ganggu gue tidur?” tanya laki-laki itu, ia merampas gulingnya, lalu kembali tidur membelakangi Aruna yang masih menenangkan dirinya. Sambil menghela napasnya, Aruna mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia meraih tisu yang berada di nakas samping ranjangnya, lalu baru menyadari bahwa dirinya tidak mengenakan sehelai benang pun, selain selimut putih yang menutupi tubuhnya. Aaruna baru ingat, Libra kembali melakukan itu lagi padanya. Gadis itu tidak mengerti. Jika memang Libra tidak menerima pernikahan ini, kenapa ia terus mengajaknya melakukan hal itu? Sambil kembali membaringkan badannya, Aruna menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Membayangkan bagaimana hidupnya setelah kejadian itu sungguh membuatnya ingin sekali menangis. “Una kangen kalian.” ujar Aruna lirih, dan ia mulai menangis.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD