Two

1533 Words
Happy Reading^-^ Maaf kalau nemu typo yah Calvin menyanggah wajahnya dengan kedua tangan di atas meja. Tatapannya tertuju pada Catherine yang sedang menyiapkan spaghetti kesukaannya. Calvin tersenyum tipis. Dia bangkit dari kursi dan berjalan ke arah Catherine. "Hmmm aromanya sangat enak," Calvin mengendus aroma makanan. Catherine tertawa pelan, "Kau duduk saja. Jangan merusak makanannya sebelum aku selesai memasaknya." Calvin bersandar di meja dapur. Dia melipat kedua tangan di depan dadanya. Dirinya terus saja memandangi wajah Catherine yang terlihat serius menyiapkan makanan untuknya. "Kenapa kau masak banyak sekali?" tanya Calvin setelah sadar Catherine memasukkan banyak sekali pasta. "Untuk temanmu juga," jawab Catherine sedikit menekan kata teman. Calvin tertawa pelan menyadari maksud Catherine, "Dia tidak suka pasta jadi biarkan saja dia memakan yang lain." "Wah, sepertinya hubungan kalian cukup dekat sampai kau sangat tahu apa yang dia suka dan tidak dia suka," Catherine sedikit menyindir. Dia juga mengaduk-aduk saos pastanya dengan cepat karena kesal. "Dulu. Kami memang dekat," jawab Calvin. Mendengar jawaban itu, Catherine melemparkan sendoknya hingga membuat Calvin terkejut. Catherine menghadap ke arah Calvin yang memasang wajah tanpa rasa bersalah. Sebelumnya pertengkaran mereka bukan di sebabkan oleh hal seperti ini sehingga Calvin tidak tahu kalau ucapannya yang tanpa sengaja itu justru membuat Catherine cemburu.  "Kalau begitu, suruh saja temanmu itu memasakkan pasta untukmu!" ucap Catherine masih menekankan kata teman.  Catherine mematikan apinya. Saat dia akan pergi Calvin justru menahan pundaknya. Catherine mengalihkan tatapannya seolah enggan menatap lelaki di depannya itu. "Aku berbicara jujur supaya kau tahu dan tidak salah paham," ucap Calvin. "Lalu apa hubungan kalian sekarang? Apa masih sedekat dulu, hah? Lepaskan aku. Lebih baik aku pulang saja." "Kami hanya teman," jawab Calvin. "Berhenti berbicara seperti itu. Kalian pernah dekat dan mungkin saja kalian akan dekat kembali." Calvin hanya diam dan menatap bola mata Catherine. Dia ingin Catherine menatapnya saat sedang berbicara dengannya. Catherine perlahan menatap Calvin. Dia mengerutkan keningnya karena merasa kesal pada Calvin. "Benar bukan? Kau bahkan tidak membalas ucapanku. Kau hanya diam karena kenyataannya seperti itu. Kau masih menyukainya bukan? Aku kira hubungan kita adalah yang pertama dan terakhir untukmu, tapi aku salah. Kau pernah berhubungan dengannya dan sekarang juga mungkin akan seperti dulu. Cinta lama yang belum selesai," Catherine memutar bola matanya sekilas dan kembali menatap Calvin, "Selesaikan cinta lama kalian. Lanjutkan hubungan kalian seperti dulu-" Catherine menggantungkan ucapannya karena Calvin mencium bibirnya sekilas. Dia mengerjapkan matanya merasa gugup Calvin menciumnya tiba-tiba seperti itu. "Hilangkan pikiran burukmu itu. Hubungan kita tidak akan pernah berubah sebelum 11 Oktober." "Ma-maksudmu?"  Calvin menatap ke arah lain dan memeluk Catherine, "Hmmm," gumamnya seolah sedang berpikir sehingga membuat Catherine mendongakkan tatapannya. "Dua bulan lagi, aku akan memasangkan cincin pernikahan di jari manismu." "Hah?!" Catherine membelalakkan matanya. Sejak kapan Calvin mempersiapkan hal sebesar itu tanpa memberitahunya lebih dulu? Calvin tersenyum, "Keth, memang benar aku dekat dengannya, tapi itu dulu. Aku belum pernah mencintai seseorang seperti aku mencintaimu. Jadi, berhenti berpikir buruk seperti itu, mengerti?" Catherine menundukkan tatapannya, "Tapi, kau tidak pernah menceritakan hubunganmu dengannya padaku." "Karena menurutku itu tidak penting." Catherine mengalihkan tatapannya. Calvin tersenyum dan semakin menarik Catherine kedalam pelukannya. Dia memperhatikan keadaan sekeliling ruangan diikuti Catherine. "Kau sedang apa?" tanya Catherine bingung. "Tidak ada orang." "Lalu?" Calvin tersenyum dan mencium Catherine. Dia menangkup wajah Catherine. Setelah beberapa saat Catherine langsung melepaskan ciuman mereka.  "Kenapa?" tanya Calvin. "Pastanya," jawab Catherine cepat dan melepaskan tangan Calvin. Dia mendekat ke arah kompor dan melihat pastanya terlalu matang karena terlalu lama di dalam air panas. "Ya Tuhan," desah Catherine. Calvin melongok ke dalam panci, "Terlalu matang?" Catherine melirik ke arah Calvin, "Ini karena kau. Kalau saja tadi tidak membuatku kesal pasti tidak akan seperti ini." Calvin tersenyum dan mengelus kepala Catherine, "Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa memakan pasta yang terlalu matang." "Ck, itu karena kau selalu membuatku kesal saat sedang masak." "Kau sedang datang bulan?" tanya Calvin tiba-tiba membuat Catherine terkejut. "Apa?! Bukan urusanmu!" "Satu detik yang lalu kita sudah baikan dan sekarang, kau kembali kesal." Catherine menarik napas panjang dan menyelesaikan masakannya tanpa menggubris ucapan Calvin. Dia membawa sepiring pasta ke atas meja makan dan diikuti Calvin. Mereka duduk berdampingan. "Habiskan makananmu," perintah Catherine. Calvin mulai menyantap pasta yang terlalu matang sedangkan Catherine menuangkan segelas air untuknya. Dia memperhatikan lelaki itu. Seperti apapun jadinya spaghetti buatan Catherine, Calvin pasti akan selalu menghabiskannya. Pernah sekali karena mereka bertengkar saat Catherine memasak spaghetti, akhirnya membuat pastanya hancur dan Calvin masih saja memakannya.  Catherine tersenyum mengingat semua itu. Dia tidak tahu Calvin memakan semua itu karena memang menyukainya atau hanya untuk membuatnya merasa senang.  "Calvin," panggil Catherine. "Hmm?" Calvin mendongakkan tatapannya tanpa berhenti memasukkan sendok kedalam mulutnya. Suara Catherine tertahan saat suara lain mendahuluinya berbicara, "Kalian sedang makan bersama?" tanya Caitlin yang tiba-tiba berada di depan mereka. Calvin menghentikan aktivitas makannya, "Kau sudah bangun? Kau tidak apa-apa?" Caitlin tersenyum, "Sedikit lebih baik. Apa aku boleh bergabung?" Tidak, batin Catherine dan mengalihkan tatapannya. "Kau bisa duduk," jawab Calvin. "Kau makan ... spaghetti?" tanya Caitlin ragu melihat spaghetti yang terlalu matang itu. "Iya," jawab Calvin dan kembali menyantapnya. "Tapi," Caitlin melirik ke arah Catherine, "Itu tidak terlihat seperti spaghetti." "Aku suka yang seperti ini." "Oh," jawab Caitlin singkat dan memaksakan diri untuk tersenyum. Dia terus saja memperhatikan Catherine. "Dia ... " Caitlin bertanya dengan ragu. "Dia tunanganku, Catherine Sea." "Oh," jawab Caitlin lagi, dia tersenyum pada Catherine begitupun dengan Catherine. "Calvin, aku pulang dulu," ucap Catherine cepat. Dia langsung berdiri hendak pergi namun Calvin mencegahnya. "Tunggu," pinta Calvin. Dia menoleh ke arah Caitlin sekilas, "Caitlin belum punya tempat tinggal, bagaimana kalau dia tinggal denganmu?" "Iya?" Catherine tertegun mendengar pertanyaan Calvin. Apa lelaki itu tidak cukup peka kalau dirinya tidak menyukai temannya?  Catherine menoleh sekilas ke arah Caitlin. Dia sangat ingin menolaknya dengan keras tapi dia juga tidak tega mengatakan hal itu. Tapi, kalau dirinya menolak apa itu berarti wanita itu akan tinggal dengan Calvin disini? "Baiklah," jawab Catherine pelan. Calvin tersenyum dan menatap Caitlin, "Kau bisa tinggal dengannya sementara waktu. Setelah aku menemukan tempat tinggal untukmu, kau bisa pindah disana." Dada Catherine terasa nyeri mendengar kalimat itu. Dia tidak tahu sebelumnya kalau Calvin juga bersikap manis pada wanita itu. Bahkan sekarang Calvin akan mencarikan tempat tinggal untuknya. Apa Calvin memang masih mempunyai perasaan di dalam hatinya untuk wanita itu? Berapa lama mereka berhubunga dulu sampai membuat Calvin masih mengkhawatirkannya? "Calvin, aku ingin berbicara denganmu," pinta Catherine dan menarik lengan Calvin menuju kamar. Catherine menutup pintu kamar dan kembali menggandeng Calvin ke arah jendela. Disana Catherine langsung melepaskan tangannya dan menatap Calvin. "Ada apa denganmu? Kenapa kau sangat perhatian dengannya?" "Kau marah lagi hanya karena masalah ini?" tanya Calvin balik. "Ini bukan masalah sepele Calvin. Kau bisa membuat dia salah paham dengan sikapmu yang seperti ini. Berhenti mengkhawatirkannya seolah kau takut kehilangannya," jawab Catherine dengan cepat dan nada tinggi. "Keth, ber-" "Berhenti berpikiran buruk? Itu kan yang ingin kau katakan? Bagaimana aku bisa berhenti memikirkan hal-hal buruk kalau kau saja selalu bersikap seperti itu padanya. Sepertinya kau sangat mencintainya." "Aku tidak seperti itu. Aku hanya mencintaimu." Catherine membuang wajahnya. Bagaimana dia akan percaya kalau Calvin saja seperti itu. "Kalau begitu, berhenti bersikap berlebihan seperti itu padanya. Bersikaplah yang wajar-wajar saja seperti sikapmu pada orang lain," ucap Catherine dan pergi meninggalkan Calvin.  Catherine berhenti tepat di depan Caitlin. Mereka saling menatap hingga akhirnya suara helaan napas terdengar dari arah Catherine. "Maaf, aku punya teman lain di apartemenku. Aku juga harus membicarakan masalah ini lebih dulu dengannya. Aku akan memberitahumu secepatnya," ucapnya dengan cepat tanpa mempedulikan apakah Caitlin memahaminya atau tidak. Catherine kembali melanjutkan langkahnya. Dari arah belakang dia mendengar Calvin memanggilnya. Namun Catherine tidak berhenti atau peduli. Dia terus berjalan hingga keluar dari apartemen.  "Keth!" panggil Calvin dan melewati Caitlin begitu saja. "Kutu kaki!" Calvin terpaksa memanggilnya seperti itu supaya Catherine menghentikan langkahnya. Benar, Catherine berhenti tepat satu meter dari lift. Dia menutup kedua matanya karena kesal sampai mengepalkan kedua tangannya. Calvin berhenti di belakang Catherine. "Kenapa kau pergi sebelum aku selesai bicara?" tanya Calvin kesal. Catherine berbalik. Tatapan mereka bertemu. "Karena kau bukan Calvin yang aku kenal," jawab Catherine sembari menajamkan tatapannya. "Setiap orang pasti berubah." Catherine memalingkan wajahnya. Benar, setiap orang pasti berubah. Tapi, kenapa Calvin harus berubah seperti ini? Dulu dia tidak seperti ini. Catherine lebih senang dengan sikap Calvin yang dulu. "Kau benar, dan perasaan juga bisa berubah," gumam Catherine pelan. "Apa maksudmu?" Catherine diam sejenak. Dia menatap Calvin dalam diam. Calvin menurunkan tatapannya saat melihat Catherine menggerakkan jari tangannya. Calvin terkejut saat tahu apa yang sedang Catherine lakukan.  Setelah melepaskan benda di jarinya, Catherine meraih tangan Calvin dan meletakkan cincin itu diatas telapak tangan lelaki itu hingga membuat Calvin sangat terkejut.  "Hatimu juga pasti berubah. Berikan saja ini pada wanita lain," gumam Catherine dan langsung berbalik.  Dia berjalan cepat ke arah lift dan langsung masuk kedalam lift. Calvin tersadar saat pintu lift itu sudah tertutup. Dia menggenggam cincin itu erat dan masuk ke lift satunya.  Catherine tidak boleh meninggalkannya hanya karena kesalahpahaman ini. Dua bulan lagi dia akan menikahinya. Dirinya juga sudah mempersiapkan semuanya. Calvin tidak ingin semuanya gagal begitu saja.  Pintu lift itu terbuka. Calvin langsung keluar dan berlari ke depan gedung apartemennya. Pandangannya mencari-cari Catherine tetapi belum menemukannya juga. Calvin mulai kesal dan berjalan di sepanjang trotoar. "Keth!" panggil Calvin kesal bercampur khawatir. ~ TBC ~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD