Bab.2. Kesempatan Kedua.

1027 Words
"Ada apa? Kenapa setelah lama menghilang kau meminta bertemu lagi padaku?" tanya Farraz dengan tatapan dingin. Tatapannya begitu menusuk ke arah Maula yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wanita itu tidak menjawab, dia mengulurkan sebuah kertas yang akan mewakili setiap hal yang akan ia ucapkan. Farraz menerima kertas itu, dia membaca dengan tatapan tak percaya ke arah Maula. 'Apakah malam dulu itu, Maula yang tidur denganku?' 'Seumpamanya tidak, kenapa hasil tes DNA ini menunjukkan bayi itu anakku?' Farraz hanya bisa bertanya dalam hati. Dia diam-diam mengambil gambar hasil tes DNA itu ke orang kepercayaannya. 'Cari tahu kebenaran semua dokumen ini!' Setelah selesai, tatapan lekaki tampan itu tertuju pada Maula. "Setelah perawatan pasca melahirkan selesai, aku akan menikahimu!" Maula tersenyum puas, semua rencananya berhasil dan dia akan hidup bahagia dengan lelaki yang ia cintai. Bahkan anak itu akan menjadi perisai untuknya, selama hidupnya. Setelah Farraz pergi dari kamar rawatnya, Maula melepas semua infusan yang dipasang secara pura-pura itu. Dia menuju kamar sebelahnya, di mana Kieran berada. Masih dengan sisa-sisa darah bekas melahirkan, wanita malang itu mencoba berdiri untuk bisa dekat dengan kakak angkatnya itu. "Di mana anakku?" tanya Kieran dengan air mata berderai. Maula tertawa renyah, dia menatap penuh kebencian kepada adik angkatnya itu. "Anak? Kau melahirkan bayi yang sudah mati, Kieran." "Tidak. Aku mendengar dengan jelas bayiku menanagis kencang setelah aku berhasil melahirkan," jawab Kieran dengan air mata berderai. Menatap tak percaya kepada Maula yang seolah mengejek atas masalah yang ia alami. "Kau tidak akan percaya, Kieran. Agar kau yakin jika anakmu tiada, aku akan mengantarkanmu kepadanya." "Kalian berhak hidup bahagia bersama, selama ini, aku sudah menyiksamu. Sudah waktunya kau bersenang-senang." Tatapan Maula tertuju pada orang kepercayaannya. Dia memberikan isyarat agar segera melakukan tugasnya. Lelaki berbadan pendek itu, langsung mengacungkan pist*l ke arah Kieran. "Maula, jangan lakukan ini! Kenapa kau begitu kejam padaku?" Semua kalimat permohonan itu tidak didengar oleh Maula. Dalam hitungan detik, suara pistol menggelegar di ruangan itu. Kemudian Kieran jatuh ke lantai. "Buang dia sejauh mungkin, agar tidak ada yang menemukannya, termasuk Farraz!" "Baik, Nona!" Maula tertawa puas, hari ini dia begitu senang, semua hal yang ia takutkan sudah dia lenyapkan satu per satu. "Akhirnya, semua harta dan jodohmu aku yang menguasai Kieran." ___ Dua jam kemudian, Kieran sadar dia sudah berada di dalam hutan yang gelap, bahkan sepi. Semua ingatan mengenai hidupnya yang tragis membuat dia menangis. Merasakan hati juga tubuhnya yang sakit, ia hanya bisa menangis tersedu sendiri. "Tapi, aku masih hidup. Dengan semua yang aku lalui, nyatanya, sang pemilik hidup masih memberikannya kesempatan kedua." Kieran meraba semua tubuhnya, dia mencari luka bekas tembakan itu, namun tak ia temukan. Tangannya meraba bagian d**a, terdapat kalung dengan liontin berbentuk naga. "Kalung ini milik lelaki misterius itu. Karena hal inilah, aku selamat. Mungkinkah?" "Maula, aku akan datang untuk membalas semua hal yang sudah kau lakukan. Kesempatan yang Allah kasih ini, tidak akan aku siakan," ucap Kieran dengan air mata menggenang dan tatapan kebencian. Dengan langkah tertatih, dia mencoba mencari jalan keluar dari hutan belantara itu. Malam masih panjang, dirinya juga tidak akan bisa kembali pulang. "Aku harus ke rumah sakit dulu, mengenai biaya, aku ada sejumlah uang di bank. Hanya saja, aku tidak membawa apa pun, untuk bisa mengambil uangku," gumam Kieran dengan nafas terengah. Keringat membasahi wajah cantiknya yang terlihat pucat. Dia juga baru saja melahirkan, tenaganya masih belum pulih sepenuhnya. "Ya Allah, tolonglah aku! Aku hanya ingin hidup untuk mengambil semua hal yang seharusnya menjadi milikku," ucap Kieran dalam ketakutannya. Setelah menghabiskan waktu yang lama, akhirnya dia menemukan jalan raya. Kieran masih bingung dia di daerah mana, karena merasa asing dengan sekililingnya. Nafasnya semakin terengah, dia juga merasa haus dan lapar. Sehingga membuat tubuh Kieran semakin melemah kemudian pinsan di tepi jalan. Bertepatan dengan sebuah kendaraan mewah melintas, dan membuat seorang supir turun untuk melihat keadaan Kieran. "Pak, dia seorang wanita yang tak sadarkan diri. Melihat dari penampilannya, dia bukan seorang tuna wisma," ucap sopir itu. "Kalau begitu, bawa dia ke sini, lalu ke rumah sakit!" "Baik, Pak!" Seorang pria paruh baya itu ikut keluar dari kendaraannya. Dia memberikan akses untuk sopir pribadinya merebahkan wanita yang pinsan itu. Lalu, dia pindah tempat duduknya di depan. "Apakah dia kabur dari rumah? Melihat kondisinya, dia seperti tidak sehat?" tanya Wira, seorang pengusaha yang mempunyai banyak perusahaan. "Kalau enggak kabur, dia dibuang oleh keluarganya, Pak!" "Malang sekali nasibnya," ucap Wira dengan helaan nafas panjang. Setelah sampai di rumah sakit, Kieran langsung masuk IGD. Dia mendapatkan perawatan intensif sebelum akhirnya dipindahkan ke ruangan. Dokter yang memeriksa akhirnya keluar. "Bagaimana dengan wanita itu, Dok?" tanya Wira dengan wajah cemas. "Dia sepertinya habis melahirkan, Pak. Kemudian ada beberapa luka di tubuhnya dan memar. Mungkin saat bangun nanti, anda bisa bertanya mengenai keadaannya," jelas dokter. "Lalu bagaimana dengan kondisinya sskarang?" tanya Wira. "Dia sudah stabil. Hanya saja, dia perlu perawatan intensif," jawab Dokter. "Baiklah. Lakukan yang terbaik untuk pasien itu, dok. Saya akan mengurus biaya perawatannya," ucap Wira. Dokter mengangguk, kemudian kembali ke ruangan di mana Kieran terbaring. Sedangkan Wira menyuruh sopirnya mengurus semua hal untuk biaya perawatan wanita yang ditemukan. "Malang sekali nasibmu, Nak!" Wira merasa kasihan dengan keadaan Kieran. Satu jam berlalu, Kieran sadar, dia mengamati sekelilingnya dengan wajah bingung. Wira yang menyadari pun, akhirnya mendekat dengan senyum tipis. "Ka-kamu siapa?" tanya Kieran dengan wajah takut dan terus bergerak gelisah di atas ranjang rumah sakit. "Tenanglah! Aku yang menemukanmu di jalan. Aku tidak akan menyakitimu," jawab Wira mencoba menenangkan. "Haruskah aku percaya padamu?" Kieran merasa sangat takut. "Jika aku jahat, kau tidak akan di rumah sakit. Aku pasti sudah menyekapmu di sebuah tempat," jawab Wira. Kieran hanya diam, dia mencoba percaya dengan lelaki paruh baya di depannya ini. "Apakah kau sengaja dibuang oleh keluargamu?" tanya Wira setelah terdiam beberapa saat. Kieran langsung mendongak menatap Wira. Kemudian dia menunduk lagi, menyembunyikan rasa marah kepada kakak angkatnya. "Aku akan membantumu jika semua itu benar terjadi," ucap Wira dengan nada tenang. Kieran akhirnya menceritakan semua masalah hidupnya dari jebakan malam panas kemudian di sekap selama sepuluh bulan, hingga dia melahirkan. Lalu, dia dib*n*h, namun gagal karena takdir baiknya. "Kalau begitu, maukah kau melakukan sesuatu untukku? Sebagai balasannya kau akan bisa membuat semua orang yang jahat tunduk kepadamu," ucap Wira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD