Terpaksa Menjadi Pelakor

"Kenapa kau begitu kejam padaku, Kakak?" tanya Kiera saat dia dipaksa duduk di depan kakak angkatnya. Tawa renyah begitu indah terdengar dari bibir Maula Qirani kakak angkat Kieran Minara. "Nikmati saja apa yang seharusnya kau nikmati, Kieran. Tak ada waktu bagimu untuk menolak semua perintahku!" Tatapan Maula begitu penuh dengan kebencian tertuju pada anak semata wayang keluarga yang sudah membesarkannya. Maula mengambil gelas yang berisi air putih yang sudah dicampur dengan obat per@ngs@ng. "Jangan lakukan ini padaku, Kak! Jika ayah dan ibu tahu kelakuanmu, kau akan diusir dari rumah tanpa harta sepeserpun," ucap Kieran mencoba membuat kakaknya takut. Namun ucapannya semakin membuat Maula tertawa senang. "Biarkan saja mereka mengetahui, aku tidak akan takut. Maula bangun dari tempat duduknya. Ia berjongkok agar posisinya bisa sejajar dengan Kieran. Kedua tangan halusnya mengambil dagu adiknya kemudian dia cengkram erat, tatapan keduanya beradu. "Mereka berdua tidak akan lagi menganggu apa pun yang aku lakukan, Kieran. Karena aku sudah membawa mereka ke tempat yang jauh dan lebih indah." Maula menjeda ucapannya. Tangannya semakin mencengkram erat dagu adiknya. "Surga adalah tempat mereka berada sekarang!" Maula tertawa puas karena membuat keluarga angkatnya menderita. "A-apa maksudmu, Kakak?" tanya Kieran dengan air mata berurai. "Aku sudah membunuh orang tuamu. Dan kau harus patuh pada apapun perintahku. Karena semua milik orang tuamu sudah atas nama diriku, Kieran!" "Tidaaak!" Kieran berteriak frustasi dengan denyut sakit di kepala yang mulai terasa. "Jangan banyak protes, Kieran. Malam ini adalah malam di mana engkau harus mewujudkan impianku!" Tatapan Maula tertuju pada orang kepercayaannya, "Bawa dia dan dandani secantik mungkin!" "Baik, Nona!" "Kau mau membawaku kemana, Kak? Kenapa kau begitu jahat?" Kieran hanya bisa berteriak dan mencoba berontak. Namun tenaganya tidak bisa mengalahkan orang suruhan kakaknya. Apalagi badannya sudah mulai merasa aneh. Dia tiba di sebuah kamar, di sana ada seorang pelayan wanita. Kieran diberikan kepada pelayan itu, namun belum sempat dia tahu mau diapakan, dia sudah tidak sadarkan diri. Beberapa menit berlalu, Kieran terbangun dengan badan lemas, dia merasa panas pada sekujur tubuhnya. Dengan susah payah dia mencoba meredakan semua rasa yang ada, namun rasanya sia-sia. "Apa yang terjadi pada tubuhku?" Kieran mencoba bangun, namun kepalanya terasa berat. Hingga sebuah pintu terbuka dan seseorang masuk ke sana. Kedaan pria itu pun sama dengan Kieran. Tentu saja semua sudah diatur sedemikian rupa oleh Maula. Entah rencana tersembunyi apa yang sedang direncanakan wanita itu. sehingga dia menjadi wanita yang begitu keji menghabisi semua keluarga yang telah memberikannya kehidupan dan nama baik. "Kamu siapa? Kenapa berada di kamarku?" tanya Farraz Ekawira seorang CEO di sebuah perusahaan ternama. Banyak wanita yang ingin dekat dengannya. Namun sifatnya yang angkuh dan tak tersentuh membuat para gadis berpikir ulang untuk mendekatinya, kecuali Farraz yang memintanya. Kieran dengan susah payah bisa bangun dari ranjang da berjalan mendekat ke arah lelaki dengan tubuh tinggi tegap. "A-aku—" Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, dia sudah dibungkam oleh Farraz. Karena lelaki itu begitu tertarik dengan wajah cantik alami Kieran. Apalgi gaun tidur berbahan satin warna abu yang membuat kulit putih wanita itu semakin terlihat bersinar. Keduanya saling bercium@n dengan gejolak yang kian memanas. Tubuh saling menempel membuat hawa panas semakin terasa. Farras tak peduli dengan siapa dirinya menghabiskan malam. Karena dia menyukai wanita di bawahnya meski baru pertama kali bertemu. Pikirnya, esok hari, dia akan mencari tahu semua hal tentang wanita beraroma manis dan cantik alami ini. Dengan semua koneksi yang ia punya, membuat dia yakin tak akan kesulitan melakukan hal kecil ini. Kieran merasa terbang melayang menemukan kebahagiaan yang ia idamkan selama ini. Hingga desahan halus lolos begitu saja, saat Farraz menggigit lehernya yang jenjang. "Aaah ...." Hal itu membuat Farraz semakin gila, suara lembut dengan wajah terlihat tenang itu terus dia buat terbang. Dalam ketidak berdayaan itu, keduanya saling menyatu. Membuat seseorang yang mengintip dibalik pintu bercat hitam itu terlihat begitu senang, meski dia juga menyembunyikan rasa yang tidak bisa dijelaskan. "Setelah malam ini, aku akan memberikanmu neraka, Kieran. Sudah cukup rasa iri dan mengalah itu aku pendam. Dulu, kau menjadi putri satu-satunya yang dibanggakan keluarga." "Sekarang, akulah pemenangnya, kau akan merasakan kepedihan melebihi apa yang aku rasakan," ucap Maula sambil berlalu dari depan kamar Farraz. Keluarga Dipta dan keluarga Ekawira adalah dua kubu dengan kedekatan juga keharmonisan dalam bersahabat juga berbisnis. Tak heran, akses masuk tidak dibatasi oleh keluarga Ekawira. Sehingga Maula begitu bebas keluar masuk rumah mewah itu. Farraz belum lama pulang dari luar negeri kemudian diangkat menjadi pewaris tunggal perusahaan milik keluarganya. ___ Empat jam berlalu, Kieran merasa kepalanya semakin sakit dari sebelumnya. Belum lagi, badannya juga merasa pegal dan nyeri dibagian sensitifnya. "Shht .... Desisan lirih menandakan betapa Kieran merasa tak berdaya akan keadaan tubuhnya. Dia menoleh, melihat wajah tampan sedang terlelap. Mata Kieran melotot pucat. Mengetahui siapa yang berada di sebalahnya. "Astaga, Fa-Farraz? Bagaimana bisa—?" Ingatan Kieran mulai pulih, bagaimana semua rasa tak nyaman muncul dia akhirnya paham. Dengan gerakan cepat, dia memakai pakaiannya. "Aku tidak boleh di sini, kalau dia bangun, mungkin saja, aku bisa dib*n*h," gumam Kieran lirih. Dengan semua sifat Farraz yang arogan dan begitu kejam, Kieran akhirnya melarikan diri dari kamar itu. Sampai di rumahnya, belum sempat dia masuk ke kamar, dia sudah dibekap oleh seseorang. Kieran memberontak, namun tenaganya belum pulih. Dia mengerang mencoba berteriak, namun bibirnya dibekap dengan kedua mata ditutup dengan sebuah kain. Setelah itu, tubunya terasa melayang, hanya untuk beberapa saat. "Lepaskan lakban di bibirnya dan buka penutup matanya!" "Baik, Nona!" Mendengar suara itu, Kieran paham siapa pelakunya. "Kau tidak pantas aku panggil kakak!" tatapan penuh kemarahan juga kebencian itu tertuju ke arah Maula yang tersenyum tipis. "Aku bukan kakakmu. Sekarang kamu adalah musuhku. Dan semua kemewahan yang kau punya, sudah menjadi milikku. Kau tak lebih dari seorang gelandangan, Kieran!" "Kurang ajar kau, Maula. Kau bajing@n!" umpat Kieran dengan air mata menggenang di pelupuk mata. "Shuutt ...! Tenang saja, kau tidak akan kelaparan dan kekurangan makanan meski aku kurung. Giliranmu untuk mat* masih jauh, Kieran," ucap Maula dengan tawa menggema. Maula mengurung adik angkatnya di sebuah ruangan kosong di rumah megah itu. Sedangkan Kieran menangis tersedu meratapi nasibnya yang berubah hanya dalam hitungan jam saja. "Mungkinkah yang dikatakan wanita gil@ itu benar, jika ayah dan ibu sudah dibun*h?" tanya Kiera dengan air mata menggenang. Suara tangis yang begitu memilukan dari seorang anak dan seorang wanita yang kehilangan orang tua. Dan kini dia pun tidak tahu, akan nasib hidupnya bersama wanita gil@ yang sudah dia anggap keluarga.