SECOND: THE STRENGTH OF DEMON LORD

2084 Words
Di suatu pagi, di ladang bunga. Matahari pagi menerpa kulit putih s**u seorang wanita cantik yang memakai gaun berwarna biru muda. Zabrina berada di ladang bunga yang sangat luas. Ladang bunga yang ditumbuhi berbagai macam jenis bunga dan tertanam dengan rapi berdasarkan jenis dan warnanya. Ada banyak jenis bunga di sana, ada bunga mawar, lavender, anggrek, lily, dan masih banyak jenis bunga lainnya. Sungguh ini yang membuat Zabrina melupakan semua kesedihan dalam hidupnya ketika berada di ladang itu. Mencium aroma bunga yang dapat menenangkan pikiran dan hatinya. Ladang bunga yang sangat luas itu adalah milik Lord Aaric, raja tertinggi di Dunia Dreoxiaroth. Walaupun itu milik dari Lord tersebut, tapi ladang bunga itu bebas dikunjungi dan dipetik bunganya untuk digunakan seperlunya. Walaupun dia terkenal dengan kekejaman, angkuh, cuek dan memiliki ekspresi datar tapi dia adalah Lord yang bijaksana. Yah, semua yang ada di dunia itu adalah miliknya karena dia adalah pemilik dunia itu. Tidak ada satu makhluk pun yang berani menantangnya bahkan hanya dengan menatap matanya pun mereka tidak berani. Menatap matanya sama saja mengundang murkanya. Karena peraturan di dunia itu, seseorang dengan kasta rendah tidak boleh menatap mata seorang raja secara langsung. Dengan tangan yang cekatan, Zabrina memetik dengan hati-hati berbagai macam bunga dan beristirahat sejenak ketika merasa bunga yang diperlukannya sudah cukup sebelum membawanya ke toko bunga di pasar. Zabrina selalu beristirahat di pinggiran sungai. Sungai itu terletak tak jauh dari ladang bunga itu. Sungai yang memiiliki air yang begitu jernih hingga batu-batu di dalam sungai itu terlihat saking jernihnya. Terdapat batu besar di tepi sungai. Batu yang biasanya digunakan Zabrina untuk duduk dan menurunkan kakinya di sungai sambil memainkan alat musik erhu miliknya. Zabrina sangat pandai memainkan alat musik erhu dengan nada yang begitu indah. Nada itu didapatkanya dari mimpi-mimpi yang selalu datang disetiap tidurnya saat ia berusia 7 tahun melalui seorang wanita cantik tapi entah, Zabrina tidak tahu siapa wanita yang selalu muncul dalam mimpinya itu. Musik kesukaan Zabrina yang sering ia mainkan adalah berjudul rain in jiang nan dan carrying you ~castle in the sky~. Namun, saat ini Zabrina tidak membawa alat musiknya. Jadi, ia memilih duduk ditepi sungai beralaskan rerumputan hijau yang asri.  Sudah merasa cukup untuk beristirahat. Zabrina melangkahkan kakinya ke ladang dan mengambil beberapa keranjang yang di dalamnya terdapat bunga dari hasil petikannya tadi. Ia melangkahkan kakinya menuju pohon besar yang ditempati untuk mengikat kudanya, menaikkan keranjang bunga itu ke atas kudanya, mengikatnya dengan erat agar tidak jatuh dan pergi ke pasar. *** Di sebuah singgasana yang tebuat dari emas, yang terdapat pada istana megah dan mewah. Duduklah seorang pria dengan pakaian serba hitam, disertai dengan jubah yang berwarna senada dengan pakaiannya. Pria yang memiliki tatapan tajam yang mematikan, aura kepemimpinan yang begitu kuat, muka datar tanpa ekspresi sedang memegang cawan emas ditangan kanannya. Cawan yang berisi cairan kental berwarna merah.  Pria itu memiliki rambut hitam sepekat malam, manik mata sebiru samudra, bulu mata lentik, alis yang tebal, bibir tipis berwarna pink muda, rahang yang kokoh, tubuh yang tegap dengan d**a bidang dan perut sixpack, tinggi 188 cm. Ketampanannya bak dewa Yunani. Pria itu adalah Lord Aaric, raja dari segala raja di dunia itu. Raja yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Semua makhluk di dunia itu tunduk kepadanya. Lord Aaric menempati istana yang mewah dan megah, istana utama yang terdapat di dunia itu. Istana yang bernama Istana Oshala. Istana yang sangat megah dan sangat luas dibanding istana-istana yang ditempati oleh makhluk lainnya di dunia itu. Istana itu memiliki beberapa lantai yang menjulang tinggi bagai pencakar langit. Istana yang didominasi warna putih dan ukiran dari emas murni. Sekelebat bayangan merah berubah menjadi sosok lelaki dengan wajah tertunduk dengan salah satu kaki berlutut dan tangan kanannya di silangkan di depan dadanya. Laki-laki itu adalah tangan kanan Lord Aaric, dia adalah Alex. Alex adalah anak dari mendiang tangan kanan dari Lord sebelumnya, Lord Arnold ayah dari Lord Aaric. Mereka adalah orang kepercayaan kerajaan itu. “Hormatku pada Yang Mulia Lord.” Alex berkata dengan sangat sopan sambil menundukkan wajahnya lebih dalam. “Hmm. Ada apa?” tanya Lord Aaric dengan nada datarnya. “Para traitors menghancurkan rumah-rumah di desa kaum elf. Mereka sengaja melakukannya untuk mengadu domba kaum elf dan kaum werewolf. Mereka mengaku bahwa mereka adalah suruhan dari kaum werewolf, Yang Mulia Lord,” kata Alex, ia menjelaskan panjang lebar tentang kejadian yang terjadi di pedesaan dikaum elf itu. Aaric memutar-mutar cawan emas yang ada ditangannya, mengarahkan kebibirnya dan menyesap cairan kental berwarna merah itu hingga habis. Dengan tatapan tajam yang menikam, bagai beribu pedang tajam menatap kearah jendela besar yang ada di ruangan singgasananya itu. Matanya mulai berubah warna menjadi merah kehitama,  menandakan bahwa Lord itu sedang dalam keadaan marah. “Pangeran dari masing-masing kaum itu sudah mengarahkan pasukannya dan mereka turun langsung menanganinya namun para traitors itu sangat kuat dan jumlahnya cukup banyak hingga mereka kewalahan menghadapinya, Yang Mulia Lord,” lanjut Alex dengan menunduk lebih dalam karena merasakan aura yang sangat mencekam dari Lordnya itu. “Ahh.. apa kamu bisa menanganinya, Alex?” tanya Aaric dengan tatapan yang begitu datar dan dingin mengarah ke tangan kanannya itu. Manik matanya sudah berubah kewarna sebelumnya, warna biru samudra. Lord Aaric adalah Lord yang tidak pernah menampakkan senyumnya kepada siapapun. Tidak ada satupun makhluk di dunia itu yang pernah melihatnya tersenyum. Saat lahir, demon itu tidak pernah menangis maupun tersenyum. “Ya. Yang mulia Lord,” jawab Alex dengan tegas. “Maka lakukanlah. Aku tidak mau mengotori tanganku dengan darah traitors s****n itu jika kamu masih bisa menanganinya,” ucap Aaric dengan nada yang masih memberikan aura mencekam di ruangan itu. Bukannya dia tidak mampu menangani masalah itu. Jika tangan kanannya masih bisa melakukannya kenapa dia harus turun tangan langsung. Alex pun berbalik dan siap untuk menghilang dari hadapan Lordnya itu. Namun, belum sempat pergi dari ruangan itu. Suara datar yang tak lain dari Aaric itu menghentikan kepergiannya. “Tunggu," kata Aaric dengan suara baritonnya yang datar dan dingin. Alex berbalik mendengar suara itu, ia menunduk di depan rajanya. “Ada apa Yang Mulia Lord?” tanya Alex yang nampak bingung. Kenapa Lordnya itu tiba-tiba menghentikannya. Apakah Ia melakukan kesalahan? Ia nampak gelisah dengan tangan dan kaki yang terasa dingin karena ketakutannya. “Sepertinya aku berubah pikiran," ucap Aaric dengan nada datarnya, "aku yang akan langsung menangani masalah traitors itu. Sudah lama sekali aku tidak menggunakan sedikit kekuatanku dalam melenyapkan pengganggu duniaku semenjak kesibukanku mencari mateku di dunia lain (bumi).” Lord Aaric berbicara dengan tatapan dinginnya. Dia memang sudah beberapa tahun ini sibuk dengan urusannya di dunia lain yaitu dunia yang jauh dari dunianya. Dunia yang dihuni oleh manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan apapun seperti dengan dunianya. “Sepertinya bermain-main dengan mereka sangat menyenangkan,” lanjutnya dengan menaikkan satu alisnya. “Ya, Yang Mulia Lord,” ucap Alex dengan perasaan lega. Karena ia pikir, tadi Ia melakukan sebuah kesalahan ternyata Lordnya itu hanya ingin turun langsung dalam masalah itu. Dalam sekejap Aaric sudah berada disamping Alex. “Tunggu apa lagi. Ayo kita berangkat,” titah Aaric sambil menoleh sedikit kearah Alex yang masih tertunduk semakin dalam. Namun belum sempat mereka ke tempat tujuannya. Dua pintu besar yang terbuat dari emas itu, pintu masuk dalam singgasana tempat Aaric dan Alex berada terbuka dan menampakkan sosok wanita cantik dengan rambut hitam dibawah bahu, manik mata biru samudra sama seperti manik mata milik Lord Aaric, kulit putih pucat, bibir tipis berwarna pink, alis dan bulu mata yang tebal, tinggi badan sekitar 163 cm. melangkah mendekati pria yang memiliki struktur wajah yang mirip dengan wanita itu, yang tak lain adalah Aaric Raymond, Sang Lord Wanita yang bernama Pricilla Raymond itu adalah putri dari kerajaan tertinggi di dunia itu, dia adalah adik kandung dari Lord Aaric. Putri Pricilla semakin mendekati kakaknya dan berhenti ketika jarak mereka sekitar 1 meter. “Kakak, bisakah kau menemaniku bermain catur hari ini? Kau tahu aku begitu bosan," pinta Putri Pricilla dengan memanyungkan bibirnya dan terlihat begitu menggemaskan. Dia memang sangat manja kepada kakaknya itu, setelah kepergian kedua orang tuanya. Lord Aaric sangat memperhatikan dan menyanyangi adik perempuan satu-satunya itu. “Aku tidak bisa Pricilla. Ada yang harus kuselesaikan hari ini." Aaric menolak dengan suara datar kepada adiknya itu. Walaupun Aaric menyayangi adiknya. Kesan datar dan dinginnya itu tidak hilang bahkan ketika bersama adiknya. Itu yang menyebabkan Putri Pricilla menjuluki kakaknya itu sebagai muka tembok yang datar tanpa ekspresi. “Hufft.. selalu saja seperti itu. banyak urusan. MENYEBALKAN!” teriak Pricilla dengan menekankan kata menyebalkan itu pada kakaknya. Ia pun berbalik, sedikit memanyungkan bibir tipisnya itu dan menghentakkan kakinya dan pergi meninggalkan kakaknya bersama Alex di dalam ruang singgasana. “Adik yang cerewet," ucap Aaric dengan nada seperti bisikan. Namun, masih bisa didengar oleh Alex. Alex hanya diam tertunduk tersenyum mendengar pertengkaran kecil dari kedua demon itu. “Baiklah. Ayo kita berangkat,” kata Aaric dan diangguki Alex dengan sangat sopan sambil menunduk dalam kepada Aaric.  Dalam sekejap mereka pun menghilang dalam ruangan megah itu dan berada disalah satu desa kerajaan Elf. Desa yang bernama Desa Hunderfossen. *** Seorang pria tampan berbadan tegap dengan d**a bidangnya yang mengenakan pakaian serba hitam, terdapat bordiran emas pada bagian kerah baju itu dan lambang kerajaan pada kedua bahu yang terbuat dari emas pula, ia dengan jubah hitamnya yang terdapat lambang kerajaan pada bagian belakang jubah itu, lambang yang berbentuk naga bersayap dari emas melingkari sebuah mahkota yang terbuat dari emas pula dan terdapat berlian merah pada tengah mahkota itu. Jubah itu terseret ditanah saat ia berjalan mendekati tempat para traitors itu melakukan aksinya.  Aaric semakin geram melihat keadaan desa yang indah itu sudah hancur lebur akibat para traitors itu. Matanya berubah menjadi merah pekat kehitaman. Angin berhembus begitu mencekam, kabut hitam muncul dari segala arah membuat semua makhluk yang berada ditempat itu bergidik ngeri akibat aura yang begitu mencekam yang mereka rasakan.Semua makhluk yang berada di tempat itu merasa ketakutan, melihat sosok yang tak lain adalah raja tertinggi dari dunia itu. Ini baru pertama kalinya Aaric turun langsung menghadapi para traitors karena sebelumnya hanya diselesaikan oleh tangan kanannya Alex. “s**l! Kenapa dia harus turun langsung menangani masalah ini,” gumam salah satu traitors itu dengan nada yang gemetar. “KALIAN TIDAK PANTAS HIDUP DI DUNIAKU INI,” kata Aaric-murka dengan nada datar namun begitu mencekam kepada para traitors itu, yang membuat mereka semakin gemetar ketakutan. “Hempaskan.” Para traitors itu terlempar jauh dan mengeluarkan darah segar dari mulutnya ketika Aaric mengeluarkan kata itu. Aaric kembali mengibaskan tangannya dengan tatapan yang sangat tajam kepada traitors itu dan dalam seketika para traitos itu membelalakkan matanya kemudian mati mengenaskan dengan luka cabikan disekujur tubuhnya. Semua makhluk yang berada ditempat itu termasuk pangeran-pangeran dari kaum Elf dan werewolf menyaksikan dengan mata terbelalak, karena kaget bagaimana Lord itu menghabisi para traitors dalam sekejap. “Wah..wah.. Yang Mulia Lordku memang sangat..sangat hebat. Dia akan menjadi milikku. Hanya milikku," ucap seorang wanita yang menyaksikan sendiri ketampanan dan kehebatan Aaric dari kejauhan.  Wanita itu tak lain adalah adik perempuan Pangeran Ellard dari blue moon pack. Dia adalah Putri Regina, seorang putri dari salah satu kerajaan terbesar kaum werewolf. Dia memiliki kulit kuning langsat, manik mata berwarna cokelat, rambut sebahu berwarna kuning kecoklatan, hidung mancung, bibir yang tipis berwarna pink, dan tinggi 160 cm. Putri Regina memang sudah jatuh hati pada Lord Aaric pada pandangan pertama. Saat itu, ia melihat Aaric di pesta pengangkatan Alpha pada salah satu kerajaan werewolf dan sampai sekarang ia berharap akan memiiki Lord itu bagaimanapun caranya. “Ohh.. jadi adikku ini sudah jatuh cinta kepada Yang Mulia Lord rupanya,” bisik Pangeran Ellard dengan nada mengejek kepada adiknya itu dan menaik turunkan alisnya sambil terkekeh. “Ahh. Itu bukan urusan kakak,” kata Regina dengan wajah memerah seperti tomat karena perkataan kakaknya tadi membuatnya merasa malu. *** “Apakah kamu sudah menyuruh kedua kaum itu menyelesaikan masalah yang terjadi antara mereka?” tanya Aaric kepada Alex tentang masalah di desa Hunderfossen itu. “Ya, Yang mulia Lord. Masalah itu sudah terselesaikan dengan baik. Saya juga sudah menyuruh beberapa prajurit untuk menangani kerusakan di desa Hunderfossen dan dibantu oleh kedua kaum itu," jawab Alex dengan nada sopan sambil menunduk kepada Lord Aaric. “Bagus," ucap Aaric dengan datar dan singkat. “Hari ini aku ingin mengunjungi salah satu pasar terbesar yang terdapat di perbatasan kaum werewolf dan witch. Aku ingin melihat langsung keadaan pasar di sana,” lanjut Aaric dengan melirik kearah tangan kanannya itu. “Ya, Yang mulia Lord. Saya selalu siap mendampingi Anda," kata Alex dan menunduk dalam kepada Lordnya itu ❤❤❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD